Jarak Bumi 2.000 Tahun Cahaya Lebih Dekat ke Lubang Hitam Supermasif Bima Sakti

Selasa, 01 Desember 2020 - 03:10 WIB
loading...
Jarak Bumi 2.000 Tahun Cahaya Lebih Dekat ke Lubang Hitam Supermasif Bima Sakti
Bumi lebih dekat ke lubang hitam supermasif di pusat Bima Sakti daripada yang kita yakini. Kredit : NAOJ
A A A
Jakarta - Pusat galaksi tempat kita hidup, Bima Sakti adalah lubang hitam supermasif yang disebut Sagitarius A dengan massa kira-kira 4 juta kali massa Matahari. Para ilmuwan telah menemukan bahwa kita berada di 2.000 tahun cahaya lebih dekat ke lubang hitam raksasa tersebut.

Meski begitu, tidak ada yang perlu dikhawatirkan secara serius karena bukan berarti bumi sedang berada di jalur tabrakan dengan lubang hitam. Ini hanyalah hasil dari model Bima Sakti yang lebih akurat berdasarkan data baru.

Baca juga : 1.000 Kali Kuat dari Petir Biasa, Semoga Superbolt Tak Pernah ke Indonesia

Selama 15 tahun terakhir, para astronomi telah melihat adanya lubang hitam di ruang angkasa. Proyek astronomi radio Jepang, VERA, telah mengumpulkan beberapa data terkait lubang hitam tersebut.

Mengutip dari Cnet, VERA mengumpulkan data dari teleskop di seluruh Jepang menggunakan teknik yang disebut interferometri. Data ini digabungkan dengan data dari proyek lain yang ada untuk membuat peta Bima Sakti yang dianggap paling akurat.

Hasil pengabungan seluruh data yang ada, VERA menyimpulkan bahwa lubang hitam supermasif Sagitarius A, di pusat galaksi kita, sebenarnya berjarak 25.800 tahun cahaya dari Bumi. Jarak ini hampir 2.000 tahun cahaya lebih dekat daripada yang diyakini para peneliti sebelumnya.

Baca juga : China Mulus Luncurkan Misi Bersejarah Chang'e 5 ke Bulan

Berdasarkan model terbaru, Bumi bergerak lebih cepat dari yang kita yakini sebelumnya. Model yang lebih tua mencatat kecepatan Bumi mengorbit di sekitar pusat galaksi adalah pada 220 kilometer per detik. Sedangkan, model baru VERA membuat bumi bergerak dengan kecepatan 227 kilometer per detik.

VERA sekarang berharap untuk meningkatkan akurasi modelnya melalui peningkatan jumlah titik pengumpulan data dan memperluas ke EAVN (Jaringan VLBI / Very-Long-Baseline Interferometry Asia Timur). Mereka juga ingin mengumpulkan data dari rangkaian teleskop radio yang lebih besar, yang berlokasi di seluruh Jepang, Korea dan China.
(fan)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1169 seconds (0.1#10.140)