Aevum Membuat Drone Pembawa Satelit Pertama di Dunia
loading...
A
A
A
STARTUP luar angkasa yang berbasis di Amerika Serikat (AS), Aevum, telah membuat drone untuk meluncurkan satelit pertama di dunia. Drone tersebut dapat membawa muatan baru ke orbit setiap 180 menit.
Aevum memiliki tekad kuat dalam membuat drone yang mampu menerbangkan satelit ke luar angkasa. Dijuluki dengan Ravn X, drone ini sepenuhnya berjalan otonom dan dapat digunakan kembali untuk mengirim satelit berikutnya. (Baca: Mahasiswa ITS Kembangkan Drone untuk Solusi Keselamatan Kerja)
Pembuatan drone tidak dilakukan sendiri oleh Aevum. Ia bekerja sama dengan Angkatan Luar Angkasa AS.
Perusahaan Aevum mengatakan bahwa mereka ingin menata ulang akses ke luar angkasa dengan fokus pada otonomi dan logistik yang lebih baik. Alasannya adalah akses sekarang membutuhkan biaya yang sangat besar.
Drone dapat lepas landas dari landasan pacu mana pun untuk mencapai ketinggian di mana ia menyebarkan tahap kedua, yang membutuhkan muatan kecil di sisa perjalanan ke luar angkasa. Setelah meluncurkan roket tahap kedua ke orbit Bumi yang rendah, drone kembali ke landasan pacu asalnya, mendarat dan kemudian parkir di garasinya.
Para pembuat drone sudah tidak sabar ingin segera menerbangkan satelit dengan produk ciptaannya. Mereka berharap peluncuran pertama satelit menggunakan Ravn X menjadi misi peluncuran satelit kecil Angkatan Luar Angkasa AS, ASLON-45, pada 2021 mendatang. (Baca juga: Biaya Kesehatan di Indonesia Diperkirakan Naik di 2021)
Ravn X memiliki teknologi yang memungkinkan satelit dikirim ke orbit tanpa pilot. Menurut Aevum, landasan peluncuran roket besar akan menghilangkan risiko keselamatan bagi kehidupan manusia.
Ravn X memiliki panjang dua bus sekolah atau sekitar 24 meter. Ia dapat membawa satelit dengan berat hingga 500 kg secara mandiri tanpa infrastruktur yang mahal.
Pengembang drone mengatakan bahwa selain implikasi militer, kendaraan peluncur drone dapat membantu para ilmuwan menempatkan sensor ke orbit lebih cepat dan murah. Kelebihan ini dapat dimanfaatkan untuk eksperimen tertentu yang berhubungan dengan luar angkasa.
"Kami mendorong logistik ke generasi berikutnya dengan perangkat lunak dan teknologi otomasi," kata Jay Skylus, pendiri sekaligus CEO Aevum, dikutip dari Dailymail. (Baca juga: Canggih, India Gunakan Robot untuk Merawat Pasien)
Aevum memiliki tekad kuat dalam membuat drone yang mampu menerbangkan satelit ke luar angkasa. Dijuluki dengan Ravn X, drone ini sepenuhnya berjalan otonom dan dapat digunakan kembali untuk mengirim satelit berikutnya. (Baca: Mahasiswa ITS Kembangkan Drone untuk Solusi Keselamatan Kerja)
Pembuatan drone tidak dilakukan sendiri oleh Aevum. Ia bekerja sama dengan Angkatan Luar Angkasa AS.
Perusahaan Aevum mengatakan bahwa mereka ingin menata ulang akses ke luar angkasa dengan fokus pada otonomi dan logistik yang lebih baik. Alasannya adalah akses sekarang membutuhkan biaya yang sangat besar.
Drone dapat lepas landas dari landasan pacu mana pun untuk mencapai ketinggian di mana ia menyebarkan tahap kedua, yang membutuhkan muatan kecil di sisa perjalanan ke luar angkasa. Setelah meluncurkan roket tahap kedua ke orbit Bumi yang rendah, drone kembali ke landasan pacu asalnya, mendarat dan kemudian parkir di garasinya.
Para pembuat drone sudah tidak sabar ingin segera menerbangkan satelit dengan produk ciptaannya. Mereka berharap peluncuran pertama satelit menggunakan Ravn X menjadi misi peluncuran satelit kecil Angkatan Luar Angkasa AS, ASLON-45, pada 2021 mendatang. (Baca juga: Biaya Kesehatan di Indonesia Diperkirakan Naik di 2021)
Ravn X memiliki teknologi yang memungkinkan satelit dikirim ke orbit tanpa pilot. Menurut Aevum, landasan peluncuran roket besar akan menghilangkan risiko keselamatan bagi kehidupan manusia.
Ravn X memiliki panjang dua bus sekolah atau sekitar 24 meter. Ia dapat membawa satelit dengan berat hingga 500 kg secara mandiri tanpa infrastruktur yang mahal.
Pengembang drone mengatakan bahwa selain implikasi militer, kendaraan peluncur drone dapat membantu para ilmuwan menempatkan sensor ke orbit lebih cepat dan murah. Kelebihan ini dapat dimanfaatkan untuk eksperimen tertentu yang berhubungan dengan luar angkasa.
"Kami mendorong logistik ke generasi berikutnya dengan perangkat lunak dan teknologi otomasi," kata Jay Skylus, pendiri sekaligus CEO Aevum, dikutip dari Dailymail. (Baca juga: Canggih, India Gunakan Robot untuk Merawat Pasien)