Sejarah Black Box dari Waktu ke Waktu Hingga Menjadi Penting di Pesawat

Rabu, 13 Januari 2021 - 00:15 WIB
loading...
Sejarah Black Box dari Waktu ke Waktu Hingga Menjadi Penting di Pesawat
Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (SAR) Bagus Puruhito (seragam oranye) menyerahkan black box atau kotak hitam pesawat Sriwijaya Air SJ182 kepada Ketua KNKT Soerjanto (seragam putih) di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021
A A A
JAKARTA - Kotak hitam atau black box pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di Perairan Kepulauan Seribu, telah ditemukan, Selasa sore (12/1/2021). (Baca juga: Pencarian Korban Sriwijaya Air, Penyelam Polri Dapatkan 21 Temuan)

Tak seperti namanya, black box i ni bukan berwarna hitam, melainkan sebuah kotak berwarna orange terang. (Baca juga: Bersandar di JICT 2, KRI Tenggiri-865 Bawa 6 Kantong Korban Sriwijaya Air)

Jadi mengapa mereka menyebutnya hitam? Bagaimana sejarah terciptanya benda penting ini?

Salah satu penjelasannya adalah pada tahun 1939, seorang insinyur penerbangan bernama François Hussenot menemukan cara untuk mengabadikan sejarah pesawat terbang ke dalam sekotak foto film

Sensor onboard menyala ke dalam kotak melalui cermin yang dikalibrasi dan menelusuri tab parameter penerbangan yang berjalan, termasuk ketinggian, kecepatan udara, dan posisi kontrol kokpit.

Karena perangkat bekerja seperti kamera, bagian dalamnya harus berada dalam kegelapan total. Jadi dari sinlah kemungkinan kotak tersebut disebut sebagai kotak hitam.
Sejarah Black Box dari Waktu ke Waktu Hingga Menjadi Penting di Pesawat

Hussenot dikatakan menganggap kotaknya begitu penting sehingga dia mengubur prototipe di bukit pasir dekat pantai Aquitaine pada Juni 1940 agar tidak jatuh ke tangan Jerman.

Setelah perang, teknologi perekam penerbangan tersebar luas. Beberapa perangkat menggunakan fotografi, sementara yang lainnya menuliskan data ke gulungan kertas logam. Namun, tidak ada audio kokpit yang merekam.

Kemudian pada tahun 1953, seorang ahli kimia Australia bernama David Warren diminta untuk membantu menemukan penyebab kecelakaan pesawat jet.

"Saya terus berpikir, Andai saja kita bisa menangkap kembali beberapa detik terakhir, itu akan menyelamatkan semua argumen dan ketidakpastian ini," katanya pada 1985 silam, dilansir dari NewYork Times, Selasa (12/1/2021)

Perangkat versi Warren menyimpan audio ke kumparan kawat baja bermagnet. Dalam penuturannya, nama “kotak hitam” berasal dari seorang pejabat pemerintah Inggris, yang pada tahun 1958 menyebutnya menggunakan bahasa gaul Angkatan Udara W.W.II untuk avionik halus.

Pada pertengahan 1960-an, perekam data penerbangan dan suara kokpit wajib digunakan di pesawat komersial. Film fotografi dan kawat magnet digantikan oleh media penyimpanan lain, termasuk memori solid-state, jenis yang digunakan dalam flash drive.

Semakin berkembangnya jaman, beberapa orang telah menganjurkan kotak hitam harus mengirimkan datanya ke satelit saat penerbangan berlangsung.

Black box harus dicat oranye atau kuning cerah, tetapi tidak harus berbentuk kotak.

Menurut peraturan Federal Aviation Administration, perangkat dapat datang dalam berbagai bentuk - termasuk bola, silinder, dan kubah - asalkan tidak terlalu kecil bagi penyelidik untuk menemukan di antara puing-puing pesawat.
(wbs)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1426 seconds (0.1#10.140)