Jarang Terjadi, Salju Kembali Selimuti Gurun Sahara yang Panas
loading...
A
A
A
ALJIR - Salah satu tempat terkering di dunia tiba-tiba terbangun karena hamparan lapisan es layaknya salju yang biasa ditemui di belahan dunia lain. Kejadian menarik ini berlangsung pada hari Selasa (19/1/2020).
Di Gurun Sahara di barat laut Aljazair, tepat di luar Kota Ain Sefra, pemandangan bukit pasir bergaris kristal es menghampar sejauh mata memandang. Fotografer lokal Karim Bouchetata menangkap cuaca yang tidak biasa dalam gambar dan video yang menjadi berita utama di seluruh dunia.
Ain Sefra berada sekitar 3.280 kaki (1.000 meter) di atas permukaan laut dan dikelilingi oleh Pegunungan Atlas, dekat perbatasan Aljazair-Maroko. Sementara suhu musim panas di wilayah itu secara teratur melonjak di atas 100 derajat Fahrenheit (38 derajat Celcius), rata-rata hari di bulan Januari jauh lebih ringan 14 derajat Celcius, menurut Sky News. Tampilan embun beku di Selasa pagi yang sangat halus mengikuti peristiwa malam langka yakni suhu mencapai minus 3 C.
Penumpukan salju dan es di Sahara utara memang tidak biasa, tapi ini pernah terjadi sebelumnya. Kejadian kemarin menandai keempat kali dalam 42 tahun Ain Sefra melihat salju. Pertama, kejadian sebelumnya pada 1979, 2016, dan 2018.
Hujan salju yang lalu bahkan jauh lebih tebal daripada tampilan pekan ini. Pada 2018, beberapa daerah di barat laut Aljazair melihat salju setinggi 15 inci (40 sentimeter), sedangkan badai salju tahun 2016 menumpahkan lebih dari 3 kaki (1 meter) di daerah tertentu.
Sahara adalah gurun panas terbesar di dunia yang membentang lebih dari 8,6 juta kilometer persegi melintasi Afrika Utara antara Samudera Atlantik dan Laut Merah. Antartika dan Arktik, yang masing-masing mencakup lebih banyak wilayah daripada Sahara, keduanya dianggap gurun dingin.
Sahara jauh lebih mungkin melihat hujan salju di ketinggian yang lebih tinggi, seperti di Pegunungan Atlas, kata NASA dalam sebuah pernyataan menyusul timbunan salju pada 2018, yang terlihat dari luar angkasa. Sisi Maroko dari Pegunungan Atlas juga mengalami hujan salju yang cukup besar pada 2005 dan 2012, menurut NASA.
Di Gurun Sahara di barat laut Aljazair, tepat di luar Kota Ain Sefra, pemandangan bukit pasir bergaris kristal es menghampar sejauh mata memandang. Fotografer lokal Karim Bouchetata menangkap cuaca yang tidak biasa dalam gambar dan video yang menjadi berita utama di seluruh dunia.
Ain Sefra berada sekitar 3.280 kaki (1.000 meter) di atas permukaan laut dan dikelilingi oleh Pegunungan Atlas, dekat perbatasan Aljazair-Maroko. Sementara suhu musim panas di wilayah itu secara teratur melonjak di atas 100 derajat Fahrenheit (38 derajat Celcius), rata-rata hari di bulan Januari jauh lebih ringan 14 derajat Celcius, menurut Sky News. Tampilan embun beku di Selasa pagi yang sangat halus mengikuti peristiwa malam langka yakni suhu mencapai minus 3 C.
Penumpukan salju dan es di Sahara utara memang tidak biasa, tapi ini pernah terjadi sebelumnya. Kejadian kemarin menandai keempat kali dalam 42 tahun Ain Sefra melihat salju. Pertama, kejadian sebelumnya pada 1979, 2016, dan 2018.
Hujan salju yang lalu bahkan jauh lebih tebal daripada tampilan pekan ini. Pada 2018, beberapa daerah di barat laut Aljazair melihat salju setinggi 15 inci (40 sentimeter), sedangkan badai salju tahun 2016 menumpahkan lebih dari 3 kaki (1 meter) di daerah tertentu.
Sahara adalah gurun panas terbesar di dunia yang membentang lebih dari 8,6 juta kilometer persegi melintasi Afrika Utara antara Samudera Atlantik dan Laut Merah. Antartika dan Arktik, yang masing-masing mencakup lebih banyak wilayah daripada Sahara, keduanya dianggap gurun dingin.
Sahara jauh lebih mungkin melihat hujan salju di ketinggian yang lebih tinggi, seperti di Pegunungan Atlas, kata NASA dalam sebuah pernyataan menyusul timbunan salju pada 2018, yang terlihat dari luar angkasa. Sisi Maroko dari Pegunungan Atlas juga mengalami hujan salju yang cukup besar pada 2005 dan 2012, menurut NASA.
(iqb)