Ilmuwan Mengingatkan Akan Ada Wabah yang Lebih Buruk dari Virus Corona
loading...
A
A
A
JAKARTA - Para ilmuwan mengingatkan bahwa sesuatu yang sama buruk atau bahkan lebih buruk dari virus corona mungkin akan terjadi setelah wabah SARS-CoV-2 ini berakhir.
Jauh sebelum kasus pertama Covid-19 dilaporkan dan bahaya SARS-CoV-2 diketahui, para ilmuwan menyadari wabah mematikan dari sesuatu yang tidak diketahui dapat terjadi sewaktu-waktu. Tidak siapnya manusia untuk menghadapi wabah tersebut dapat menyebabkan korban meninggal begitu banyak. (Baca: Johnson&Johnson Ungkap Ketakutan Pembuat Vaksin Soal Mutasi Virus Corona)
Diterbitkan di Jurnal Nature, para ilmuwan dari Scripps Research di San Diego, California, berpendapat bahwa pemerintah dan sektor swasta perlu mulai berinvestasi dari sekarang dalam penelitian dan pengembangan antibodi penetralisir secara luas agar menghasilkan protein pelindung yang efektif melawan berbagai varian virus.
“Antibodi semacam itu dapat digunakan sebagai obat lini pertama untuk mencegah atau mengobati virus dalam keluarga tertentu, termasuk garis keturunan atau varian baru yang belum muncul,” kata Dennis Burton dan Eric Topol seperti dilansir Sciencealert.
Secara efektif, para peneliti menekankan penanganan Covid-19 lebih mudah. Karena protein lonjakan SARS-CoV-2 dari molekuler partikel virus yang membuat rancangan vaksin lebih mudah. (Baca juga: Ungkap Misteri Kehidupan di Planet Merah, Ilmuwan Selidiki Bukan Masr Phobos)
Namun, yang akan datang mungkin tidak seberuntung itu. "Patogen berikutnya yang muncul mungkin kurang akomodatif," katanya.
Sebuah vaksin bisa memakan waktu lebih lama untuk dibuat. Bahkan SARS-CoV-2 bisa menjadi lebih bermasalah untuk vaksin, karena munculnya varian baru.
Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan mengembangkan vaksin pan-virus, yang dirancang dengan antibodi penetralisir luas yang secara individual dapat menargetkan virus prioritas, termasuk kemungkinan varian SARS-CoV-2, HIV, subtipe influenza, Ebola, MER, dan lainnya.
Meskipun mengisolasi antibodi ini tidak mudah dan membutuhkan banyak waktu dan uang untuk melakukannya. Namun pengeluarannya lebih kecil jika harus mengatasi ketika virus itu sudah merajalela. (Baca juga: UEA Rayakan Kemennagan Perlombaan ke Mars)
Para peneliti memperkirakan untuk mencapai uji coba fase I, investasi per virus mungkin mencapai US$ 100 juta hingga us$ 200 juta selama beberapa tahun. Ini lebih murah dibandingkan dengan triliunan dolar kerusakan yang diakibatkan oleh pandemi seperti Covid-19 .
"Tidak seperti program reaktif yang beraksi saat patogen baru muncul, proposal kami memiliki tujuan yang dapat dijelaskan sekarang dan proyek yang dapat segera dimulai dalam skala besar," jelasnya.
Jauh sebelum kasus pertama Covid-19 dilaporkan dan bahaya SARS-CoV-2 diketahui, para ilmuwan menyadari wabah mematikan dari sesuatu yang tidak diketahui dapat terjadi sewaktu-waktu. Tidak siapnya manusia untuk menghadapi wabah tersebut dapat menyebabkan korban meninggal begitu banyak. (Baca: Johnson&Johnson Ungkap Ketakutan Pembuat Vaksin Soal Mutasi Virus Corona)
Diterbitkan di Jurnal Nature, para ilmuwan dari Scripps Research di San Diego, California, berpendapat bahwa pemerintah dan sektor swasta perlu mulai berinvestasi dari sekarang dalam penelitian dan pengembangan antibodi penetralisir secara luas agar menghasilkan protein pelindung yang efektif melawan berbagai varian virus.
“Antibodi semacam itu dapat digunakan sebagai obat lini pertama untuk mencegah atau mengobati virus dalam keluarga tertentu, termasuk garis keturunan atau varian baru yang belum muncul,” kata Dennis Burton dan Eric Topol seperti dilansir Sciencealert.
Secara efektif, para peneliti menekankan penanganan Covid-19 lebih mudah. Karena protein lonjakan SARS-CoV-2 dari molekuler partikel virus yang membuat rancangan vaksin lebih mudah. (Baca juga: Ungkap Misteri Kehidupan di Planet Merah, Ilmuwan Selidiki Bukan Masr Phobos)
Namun, yang akan datang mungkin tidak seberuntung itu. "Patogen berikutnya yang muncul mungkin kurang akomodatif," katanya.
Sebuah vaksin bisa memakan waktu lebih lama untuk dibuat. Bahkan SARS-CoV-2 bisa menjadi lebih bermasalah untuk vaksin, karena munculnya varian baru.
Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan mengembangkan vaksin pan-virus, yang dirancang dengan antibodi penetralisir luas yang secara individual dapat menargetkan virus prioritas, termasuk kemungkinan varian SARS-CoV-2, HIV, subtipe influenza, Ebola, MER, dan lainnya.
Meskipun mengisolasi antibodi ini tidak mudah dan membutuhkan banyak waktu dan uang untuk melakukannya. Namun pengeluarannya lebih kecil jika harus mengatasi ketika virus itu sudah merajalela. (Baca juga: UEA Rayakan Kemennagan Perlombaan ke Mars)
Para peneliti memperkirakan untuk mencapai uji coba fase I, investasi per virus mungkin mencapai US$ 100 juta hingga us$ 200 juta selama beberapa tahun. Ini lebih murah dibandingkan dengan triliunan dolar kerusakan yang diakibatkan oleh pandemi seperti Covid-19 .
"Tidak seperti program reaktif yang beraksi saat patogen baru muncul, proposal kami memiliki tujuan yang dapat dijelaskan sekarang dan proyek yang dapat segera dimulai dalam skala besar," jelasnya.
(ysw)