Catat Rekor, Beijing Dihantam Badai Pasir dan Polusi Udara Terparah
loading...
A
A
A
BEIJING - Beijing telah diselimuti salah satu badai pasir paling parah dalam lebih dari satu dekade terakhir. Ditambah polusi udara yang juga parah, kondisi ini menciptakan kabut asap beracun yang mengubah langit menjadi oranye dan membuat cakrawala menghilang.
Badai pasir melanda ibu kota China pada Senin pagi (15/3/2021), setelah angin kencang dari Mongolia meniup debu dari gurun Gobi melewati perbatasan. Di Mongolia, 341 orang hilang setelah badai pasir yang sama bertiup di seluruh negeri, menurut The Guardian.
Memperburuk situasi, polusi udara Beijing telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir karena negara itu keluar dari lockdown. Indeks Kualitas Udara (AQI) untuk kota tersebut mencapai tingkat "berbahaya" 999, menurut proyek Indeks Kualitas Udara Dunia. Untuk konteksnya, pada saat yang sama, AQI untuk New York adalah 26.
"Ini adalah cuaca badai pasir paling hebat yang pernah dialami negara kami dalam 10 tahun, serta meliputi wilayah terluas," kata Pusat Meteorologi Nasional China setelah mengeluarkan peringatan cuaca, menurut sebuah pernyataan.
Lebih dari 400 penerbangan masuk dan keluar dari Beijing dibatalkan. Pihak berwenang memerintahkan penduduk untuk tetap di dalam, meskipun banyak yang memberanikan diri untuk mengambil gambar kota menakjubkan saat ditelan debu oranye tebal.
Intensitas Badai Pasir
Badai pasir tidak jarang terjadi di Beijing dan China utara, karena letaknya yang dekat dengan Gurun Gobi.
Selama tahun 1950-an, penggundulan hutan dan erosi tanah, terutama di utara, memicu badai pasir yang lebih sering dan lebih hebat. Orang-orang menebang hutan yang pernah hadir di perbatasan dengan Mongolia dan menyediakan penyangga alami terhadap pasir. Beruntung proyek penanaman pohon massal yang dimulai pada tahun 1970-an telah membantu mengatasi kerusakan tersebut.
Sebagai bagian dari Program Hutan Penampungan Tiga Utara, 87 juta hektare (5 juta hektar) pohon akan ditanam di dekat perbatasan dengan Mongolia pada tahun 2050, menurut Bloomberg.
Akibatnya, jumlah hari di mana pasir berhembus ke Beijing setiap tahun telah turun dari 26 hari pada 1950-an menjadi hanya tiga hari pada 2010. Ini membuat badai pasir seperti ini lebih aneh.
Hanya perubahan iklim telah membuat angin lebih kencang. Sehingga dapat memperburuk badai pasir di masa depan.
Badai pasir melanda ibu kota China pada Senin pagi (15/3/2021), setelah angin kencang dari Mongolia meniup debu dari gurun Gobi melewati perbatasan. Di Mongolia, 341 orang hilang setelah badai pasir yang sama bertiup di seluruh negeri, menurut The Guardian.
Memperburuk situasi, polusi udara Beijing telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir karena negara itu keluar dari lockdown. Indeks Kualitas Udara (AQI) untuk kota tersebut mencapai tingkat "berbahaya" 999, menurut proyek Indeks Kualitas Udara Dunia. Untuk konteksnya, pada saat yang sama, AQI untuk New York adalah 26.
"Ini adalah cuaca badai pasir paling hebat yang pernah dialami negara kami dalam 10 tahun, serta meliputi wilayah terluas," kata Pusat Meteorologi Nasional China setelah mengeluarkan peringatan cuaca, menurut sebuah pernyataan.
Lebih dari 400 penerbangan masuk dan keluar dari Beijing dibatalkan. Pihak berwenang memerintahkan penduduk untuk tetap di dalam, meskipun banyak yang memberanikan diri untuk mengambil gambar kota menakjubkan saat ditelan debu oranye tebal.
Intensitas Badai Pasir
Badai pasir tidak jarang terjadi di Beijing dan China utara, karena letaknya yang dekat dengan Gurun Gobi.
Selama tahun 1950-an, penggundulan hutan dan erosi tanah, terutama di utara, memicu badai pasir yang lebih sering dan lebih hebat. Orang-orang menebang hutan yang pernah hadir di perbatasan dengan Mongolia dan menyediakan penyangga alami terhadap pasir. Beruntung proyek penanaman pohon massal yang dimulai pada tahun 1970-an telah membantu mengatasi kerusakan tersebut.
Sebagai bagian dari Program Hutan Penampungan Tiga Utara, 87 juta hektare (5 juta hektar) pohon akan ditanam di dekat perbatasan dengan Mongolia pada tahun 2050, menurut Bloomberg.
Akibatnya, jumlah hari di mana pasir berhembus ke Beijing setiap tahun telah turun dari 26 hari pada 1950-an menjadi hanya tiga hari pada 2010. Ini membuat badai pasir seperti ini lebih aneh.
Hanya perubahan iklim telah membuat angin lebih kencang. Sehingga dapat memperburuk badai pasir di masa depan.