Kurangi Sampah, Amerika Daur Ulang Kantong Plastik Jadi Pakaian

Selasa, 16 Maret 2021 - 11:54 WIB
loading...
Kurangi Sampah, Amerika Daur Ulang Kantong Plastik Jadi Pakaian
Foto/dok
A A A
JAKARTA - Para ilmuwan Amerika membuat kain dari plastik untuk mengurangi sampah plastik dan membuat industri fesyen lebih bergairah. Tekstil baru memiliki kegunaan potensial dalam pakaian olahraga, dan bahkan mode kelas atas.

Dr Svetlana Boriskina, dari departemen teknik di Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Cambridge, AS, mengatakan kantong plastik dapat diubah menjadi kain berkinerja tinggi untuk membuat BUmi lebih hijau. (Baca: Fakta Temuan Emas di Gunung Kongo, Sungai Eufarat dan Akhir Zaman)

"Kita benar dapat memanfaatkan sampah menjadi pakaian berkinerja tinggi yang memberikan kenyamanan dan dapat didaur ulang beberapa kali menjadi pakaian baru," katanya kepada BBC News.

Dalam mendaur ulang plastik itu, Polythene ditenun menjadi kain. Yang terpenting, serat dirancang untuk memungkinkan air keluar dari sela-sela serat seperti kain dari bahan katun.

Para peneliti mengatakan kain tersebut tidak terlalu merusak lingkungan dibandingkan dengan bahan wol, katun, linen, sutra, nilon dan poliester, dan dapat dicuci dengan air dingin, yang selanjutnya mengurangi sampah. (Baca juga: Pendaratan Manusia Pertama di Bulan Masih Dianggap Hoax)

Plastik dapat diwarnai dengan warna berbeda sebelum ditenun menjadi kain. Karena hanya terbuat dari satu jenis plastik, maka baju ini dapat didaur ulang menjadi pakaian baru berkali-kali.

Kain tersebut berpotensi untuk digunakan dalam pakaian olahraga, seperti pelatih, rompi, dan legging. Dalam jangka panjang, itu juga bisa memiliki aplikasi sebagai pakaian luar angkasa berkinerja tinggi, direkayasa untuk melindungi dari radiasi kosmik.

Mengomentari penelitian yang dipublikasikan di Nature Sustainability, Dr Mark Sumner dari University of Leeds mengatakan sifat khas dari plastik cenderung membatasi penggunaannya sebagai pakaian, seperti halnya penyerapan air yang sangat rendah.

"Tantangan mendasar yang saya lihat dengan perkembangan ini, seberapa baik serat tersebut dengan kenyamanan, nuansa, dan persyaratan tirai dari konsumen," katanya. (Baca juga: Warninn Bagi Penduduk Bumi, Jumlah Asteroid yang Mengancam Bertambah Ribuan)

"Jika kain terasa seperti lilin, atau kaku dan kurang nyaman maka konsumen tidak akan membeli produk, dan oleh karena itu, penggunaan serat untuk pakaian terbatas."

Industri fashion merupakan salah satu industri paling berpolusi di dunia. Manufaktur tekstil mengonsumsi air dalam jumlah besar dan menghasilkan jutaan ton limbah, serta 5-10% emisi gas rumah kaca global setiap tahun.

Mencuci dan mengeringkan pakaian seringkali menghabiskan lebih banyak energi dan air daripada fase produksi.
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2285 seconds (0.1#10.140)