WHO Duga Provinsi Yunnan di China Jadi Biang Malapetaka COVID-19

Jum'at, 19 Maret 2021 - 10:39 WIB
loading...
WHO Duga Provinsi Yunnan di China Jadi Biang Malapetaka COVID-19
Setelah penyelidikan selama berbulan-bulan, WHO menemukan fakta bahwa peternakan satwa liar di China kemungkinan menjadi sumber pandemik COVID-19. Foto/Ist
A A A
NEW YORK - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menduga peternakan di Provinsi Yunnan di China selatan menjadi biang malapetaka COVID-19.

Setelah penyelidikan selama berbulan-bulan, WHO menemukan fakta bahwa peternakan satwa liar di China kemungkinan menjadi sumber pandemik COVID-19 .

Peternakan satwa liar ini, banyak di antaranya di atau sekitar provinsi Yunnan di China selatan, kemungkinan besar memasok hewan ke pedagang di Pasar Grosir Makanan Laut Huanan di Wuhan, tempat kasus awal COVID-19 ditemukan tahun lalu, kata Peter Daszak, ahli ekologi penyakit pada tim WHO yang melakukan perjalanan ke China, kepada NPR.

Dikatakannya, beberapa dari hewan liar tersebut bisa saja tertular SARS-CoV-2 dari kelelawar di daerah tersebut.

WHO diperkirakan akan merilis temuannya dalam laporan dalam beberapa pekan mendatang. Pada Januari lalu, tim ahli WHO melakukan perjalanan ke China untuk menyelidiki bagaimana pandemik mematikan, yang sekarang telah menginfeksi lebih dari 120 juta orang dan menewaskan 2,6 juta di seluruh dunia, pertama kali dimulai, seperti dilaporkan Live Science sebelumnya.

Banyak teori konspirasi telah menyebar tentang asal-usul virus, termasuk bahwa virus itu lolos dari laboratorium Wuhan. Bulan lalu, penyelidik WHO menepis penjelasan itu.

Konsensus umum di antara para ilmuwan adalah bahwa virus Corona beredar di kelelawar dan melompat ke manusia, kemungkinan melalui spesies perantara. Itulah tepatnya yang ditemukan oleh penyelidikan WHO. Ya, virus itu kemungkinan ditularkan dari kelelawar di China selatan ke hewan di peternakan satwa liar, dan kemudian ke manusia.

Peternakan satwa liar adalah bagian dari proyek yang telah dipromosikan Pemerintah China selama 20 tahun untuk mengangkat penduduk pedesaan keluar dari kemiskinan dan menutup kesenjangan pedesaan-perkotaan, menurut Daszak.

"Mereka mengambil hewan eksotis, seperti musang, landak, trenggiling, anjing rakun dan tikus bambu, dan mereka membiakkannya di penangkaran," sebut Daszak.

Tetapi pada Februari 2020, China menutup peternakan itu, kemungkinan karena pemerintah China mengira bahwa itu adalah bagian dari jalur transmisi dari kelelawar ke manusia. "Pemerintah mengirimkan instruksi kepada peternak tentang bagaimana mengubur, membunuh atau membakar hewan dengan cara yang tidak menyebarkan penyakit," ungkapnya.

Banyak dari peternakan ini membiakkan hewan yang dapat membawa virus Corona, termasuk musang, kucing, dan trenggiling. Sebagian besar berlokasi di atau dekat Provinsi Yunnan di China selatan, tempat para ilmuwan sebelumnya menemukan virus kelelawar yang 96% mirip dengan SARS-CoV-2, menurut NPR. WHO masih belum mengetahui hewan apa yang membawa virus dari kelelawar ke manusia.

"Saya pikir SARS-CoV-2 pertama kali menyerang orang-orang di China Selatan. Tampaknya seperti itu," ujar Daszak. WHO juga menemukan bukti bahwa peternakan satwa liar ini memasok pedagang di Pasar Grosir Makanan Laut Huanan.

"China menutup jalur itu karena suatu alasan," kata Daszak. Yakni, mereka mungkin berpikir bahwa ini adalah jalur penularan yang paling mungkin, yang juga akan disimpulkan oleh laporan WHO.
(iqb)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1867 seconds (0.1#10.140)