Pandemi Berjalan 3 Tahun, WHO Gagal Ungkap Asal Usul Covid-19
loading...
A
A
A
BEIJING - Meski pandemi Covid-19 sudah memasuki tahun ketiga, dunia masih gagal mengidentifikasi sumber virus yang memicu kondisi tersebut.
Menurut Al Jazeera, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah virus corona sebagai pandemi pada 11 Maret 2020, hanya enam minggu setelah mengumumkan darurat kesehatan global.
Meskipun hewan inang dari virus corona yang menyebabkan wabah Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) 2003-2004 dan MERS 2012 diidentifikasi dalam beberapa bulan, tetapi asal usul virus SARS-CoV-2 saat ini terbukti lebih sulit untuk dipahami.
Pada September tahun lalu, sebuah gugus tugas yang dibentuk oleh Komisi Lancet Covid-19 untuk menemukan asal-usul wabah dibubarkan setelah 14 bulan di tengah tuduhan dan kekhawatiran tentang konflik kepentingan.
Bahkan, investigasi yang dilakukan WHO juga sebagian besar terhenti setelah melakukan kunjungan ke China pada Januari tahun lalu.
Hingga saat ini, China belum menyerahkan bukti kepada WHO untuk mendukung klaim Beijing bahwa penularan virus Corona memiliki transmisi zoonosis alami dari kelelawar ke inang hewan ke manusia serta Pasar Makanan Laut Huanan di mana kasus pertama yang terdeteksi telah didesinfeksi dan segera ditutup.
Upaya mengidentifikasi sumber membantu mengungkap hal-hal lain tentang kemungkinan virus itu berasal dari tempat lain termasuk kebocoran laboratorium.
Seorang profesor dari Pusat Nasional Epidemiologi dan Kesehatan Penduduk di Universitas Nasional Australia, Colin Butler memandang China tidak transparan dalam hal ini.
"Saya percaya China tidak transparan. Mereka sepertinya menghindari beberapa hal, ”katanya.
Akhir tahun lalu, Butler ditugaskan oleh Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menulis laporan tentang Covid-19.
Dalam laporan berjudul Perubahan Lingkungan dan Covid-19: Risiko Pandemi Masa Depan di Asia dan Pasifik, Butler mencantumkan prosedur medis dan laboratorium sebagai faktor risiko yang memungkinkan virus keluar dari lingkungan yang terkendali dan menyebar luas.
“Misalnya, China mengizinkan eksperimen virus corona dilakukan dalam pengaturan biosekuriti rendah yang hanya membutuhkan peralatan pelindung untuk pekerja laboratorium dan wastafel,” jelasnya.
Butler percaya kebenaran tentang pandemi saat ini akan tetap terkubur oleh kepemimpinan China.
Menurut Al Jazeera, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah virus corona sebagai pandemi pada 11 Maret 2020, hanya enam minggu setelah mengumumkan darurat kesehatan global.
Meskipun hewan inang dari virus corona yang menyebabkan wabah Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) 2003-2004 dan MERS 2012 diidentifikasi dalam beberapa bulan, tetapi asal usul virus SARS-CoV-2 saat ini terbukti lebih sulit untuk dipahami.
Pada September tahun lalu, sebuah gugus tugas yang dibentuk oleh Komisi Lancet Covid-19 untuk menemukan asal-usul wabah dibubarkan setelah 14 bulan di tengah tuduhan dan kekhawatiran tentang konflik kepentingan.
Bahkan, investigasi yang dilakukan WHO juga sebagian besar terhenti setelah melakukan kunjungan ke China pada Januari tahun lalu.
Hingga saat ini, China belum menyerahkan bukti kepada WHO untuk mendukung klaim Beijing bahwa penularan virus Corona memiliki transmisi zoonosis alami dari kelelawar ke inang hewan ke manusia serta Pasar Makanan Laut Huanan di mana kasus pertama yang terdeteksi telah didesinfeksi dan segera ditutup.
Upaya mengidentifikasi sumber membantu mengungkap hal-hal lain tentang kemungkinan virus itu berasal dari tempat lain termasuk kebocoran laboratorium.
Seorang profesor dari Pusat Nasional Epidemiologi dan Kesehatan Penduduk di Universitas Nasional Australia, Colin Butler memandang China tidak transparan dalam hal ini.
"Saya percaya China tidak transparan. Mereka sepertinya menghindari beberapa hal, ”katanya.
Akhir tahun lalu, Butler ditugaskan oleh Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menulis laporan tentang Covid-19.
Dalam laporan berjudul Perubahan Lingkungan dan Covid-19: Risiko Pandemi Masa Depan di Asia dan Pasifik, Butler mencantumkan prosedur medis dan laboratorium sebagai faktor risiko yang memungkinkan virus keluar dari lingkungan yang terkendali dan menyebar luas.
“Misalnya, China mengizinkan eksperimen virus corona dilakukan dalam pengaturan biosekuriti rendah yang hanya membutuhkan peralatan pelindung untuk pekerja laboratorium dan wastafel,” jelasnya.
Butler percaya kebenaran tentang pandemi saat ini akan tetap terkubur oleh kepemimpinan China.
(wbs)