Roket Luar Angkasa China Bakal Jatuh ke Bumi, Ini yang Dikhawatirkan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Roket luar angkasa China yang membawa modul untuk membuat stasiun luar angkasa jatuh kembali ke Bumi dengan kecepatan sangat tinggi, Dikhawatirkan roket sepanjang 30 meter itu jatuh ke wilayah berpenduduk.
Dilansir halaman Express.co.uk, Roket Long March 5B diluncurkan dengan modul inti Tianhe pada hari Kamis 29 April 2021 sebagai bagian dari misi Beijing untuk membangun stasiun luar angkasa permanen pertamanya. Ini adalah tahap pertama dari 11 misi untuk membangun stasiun luar angkasa yang akan diawaki oleh tiga orang astronot.
Roket sepanjang 30 meter itu diperkirakan akan masuk ke Bumi minggu depan meskipun belum diketahui akan jatuh di daerah mana. Badan roket bergerak dengan kecepatan tinggi, mengorbit Bumi kira-kira setiap 90 menit yang berarti jatuhnya bisa dimanapun. Kemiringan orbitnya 41,5 derajat yang berarti roket itu bergerak di utara New York, Madrid, dan Beijing.
Kemungkin roket luar angkasa China itu akan mendarat di lautan atau area tak berpenghuni. Namun tetap ada risiko jika roket tersebut jatuh ke wilayah yang berpenghuni.
Seperti diketahui, modul Tianhe dibawa ke orbit oleh roket Long March 5B dari Pusat Peluncuran Wenchang di pulau selatan Hainan pada 29 April 2021.
Beijing merencanakan 10 peluncuran lagi untuk mengirim dua modul, empat pengiriman pasokan kargo, dan empat misi dengan awak.
Stasiun luar angkasa China dirancang untuk bertahan selama lebih dari 10 tahun dan akan jauh lebih kecil daripada Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Jonathan McDowell, astrofisikawan Universitas Harvard, membandingkan kembali Long March 5B dengan kejadian sebelumnya dari puing-puing besar yang kembali ke Bumi. Ini termasuk Skylab NASA, yang jatuh kembali ke Bumi tak terkendali 42 tahun lalu.
"Sampai saat ini tidak ada data baru tentang Tianhe yang dapat menunjukkan kemungkinan akan jatuh dimana," katanya.
Dilansir halaman Express.co.uk, Roket Long March 5B diluncurkan dengan modul inti Tianhe pada hari Kamis 29 April 2021 sebagai bagian dari misi Beijing untuk membangun stasiun luar angkasa permanen pertamanya. Ini adalah tahap pertama dari 11 misi untuk membangun stasiun luar angkasa yang akan diawaki oleh tiga orang astronot.
Roket sepanjang 30 meter itu diperkirakan akan masuk ke Bumi minggu depan meskipun belum diketahui akan jatuh di daerah mana. Badan roket bergerak dengan kecepatan tinggi, mengorbit Bumi kira-kira setiap 90 menit yang berarti jatuhnya bisa dimanapun. Kemiringan orbitnya 41,5 derajat yang berarti roket itu bergerak di utara New York, Madrid, dan Beijing.
Kemungkin roket luar angkasa China itu akan mendarat di lautan atau area tak berpenghuni. Namun tetap ada risiko jika roket tersebut jatuh ke wilayah yang berpenghuni.
Seperti diketahui, modul Tianhe dibawa ke orbit oleh roket Long March 5B dari Pusat Peluncuran Wenchang di pulau selatan Hainan pada 29 April 2021.
Beijing merencanakan 10 peluncuran lagi untuk mengirim dua modul, empat pengiriman pasokan kargo, dan empat misi dengan awak.
Stasiun luar angkasa China dirancang untuk bertahan selama lebih dari 10 tahun dan akan jauh lebih kecil daripada Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Jonathan McDowell, astrofisikawan Universitas Harvard, membandingkan kembali Long March 5B dengan kejadian sebelumnya dari puing-puing besar yang kembali ke Bumi. Ini termasuk Skylab NASA, yang jatuh kembali ke Bumi tak terkendali 42 tahun lalu.
"Sampai saat ini tidak ada data baru tentang Tianhe yang dapat menunjukkan kemungkinan akan jatuh dimana," katanya.
(ysw)