Fisikawan Capai Terobosan Baru Fusi Nuklir, Bisa Jadi Sumber Energi Baru

Rabu, 18 Agustus 2021 - 09:29 WIB
loading...
Fisikawan Capai Terobosan Baru Fusi Nuklir, Bisa Jadi Sumber Energi Baru
Gambar berwarna dari fusi kurungan Inersia NIF, ledakan deuterium-titium. Foto/Don Jedlovec
A A A
CALIFORNIA - Ilmuwan nuklir yang menggunakan laser seukuran tiga lapangan sepak bola mengklaim telah menghasilkan sejumlah besar energi dari fusi nuklir . Keberhasilan ini bisa menjadi harapan untuk pengembangan sumber energi bersih baru.

Para ahli memfokuskan susunan raksasa mereka yang terdiri dari hampir 200 sinar laser ke sebuah titik kecil. Percobaan ini untuk menciptakan ledakan energi yang besar, ini delapan kali lebih banyak daripada yang pernah mereka lakukan di masa lalu.



Meskipun energi hanya bertahan untuk waktu yang sangat singkat, sekitar 100 triliun detik namun hasil ini membuat langkah ilmuwan sudah lebih dekat ke penyalaan fusi, momen ketika mereka menciptakan lebih banyak energi daripada yang mereka gunakan.

"Hasil ini merupakan kemajuan bersejarah untuk penelitian fusi kurungan inersia," kata Kim Budil, direktur Laboratorium Nasional Lawrence Livermore, yang mengoperasikan Fasilitas Pengapian Nasional di California, tempat eksperimen berlangsung bulan ini sepertidikutip Sciencealert, Rabu (18/8/2021).

Fusi nuklir dianggap oleh beberapa ilmuwan sebagai energi potensial masa depan karena sedikit menghasilkan limbah dan tidak ada gas rumah kaca. Ini berbeda dari fisi, teknik yang saat ini digunakan di pembangkit listrik tenaga nuklir, di mana ikatan inti atom berat diputus untuk melepaskan energi.



Dalam proses fusi, dua inti atom ringan diikat untuk membuatnya memiliki gaya. Dalam percobaan ini, para ilmuwan menggunakan dua isotop hidrogen hingga menghasilkan helium. Ini adalah proses yang bekerja di bintang-bintang, termasuk Matahari kita.

"Tim NIF telah melakukan pekerjaan yang luar biasa. Ini adalah kemajuan paling signifikan dalam fusi inersia sejak dimulai pada tahun 1972," kata Profesor Steven Rose, co-direktur pusat penelitian di bidang ini di Imperial College London.
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1951 seconds (0.1#10.140)