Apakah Donald Trump Pro Senjata Nuklir? Simak Bukti dan Pernyataannya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Donald Trump yang kembali maju dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun ini kerap diidentikan sebagai tokoh yang pro terhadap penggunaan senjata nuklir.
Namun mengapa Donald Trump dianggap sebagai seorang yang pro senjata nuklir? Hal tersebut rupanya berkaitan dengan kebijakan yang pernah dikeluarkan ketika dulu dia menjabat.
Selama satu dekade terakhir dan lebih, perang nuklir telah tumbuh di berbagai wilayah. Sebagian besar perjanjian pengendalian senjata nuklir dan perlucutan senjata di masa lalu juga mulai terbuang.
Selain itu, tidak ada lagi negosiasi terkait pengendalian senjata nuklir yang sedang berlangsung. Sebaliknya, kesembilan negara nuklir (Rusia, Amerika Serikat, Cina, Inggris, Prancis, India, Pakistan, Israel, dan Korea Utara) telah memulai perlombaan senjata nuklir baru.
Melansir dari Foreign Policy in Focus, situasi yang mengancam ini rupanya banyak dipengaruhi oleh Donald Trump. Sebagai presiden Amerika Serikat, Trump menyabotase perjanjian pengendalian senjata nuklir utama di masa lalu dan masa depan.
Trump seorang diri berhasil menghancurkan Perjanjian INF, perjanjian nuklir Iran, dan Perjanjian Open Skies dengan menarik Amerika Serikat dari perjanjian tersebut.
Faktanya, Trump memang dinilai jauh lebih tidak tertarik pada pengendalian dan pelucutan senjata dan lebih memilih untuk memenangkan setiap perang.
Bahkan pada tahun 2016 lalu, Trump sempat mengungkapkan "Biarkan ini menjadi perlombaan senjata, kami akan mengalahkan mereka di setiap langkah.”
Karena ingin memfasilitasi penumpukan nuklir ini, pemerintahan Trump mulai menjajaki kemungkinan kembalinya uji coba senjata nuklir AS.
Pada tahun 2020, pejabat senior pemerintahan Trump dilaporkan melakukan diskusi serius tentang dimulainya kembali uji coba nuklir oleh pemerintah AS, yang menyebabkan DPR, yang saat itu berada di bawah kendali Demokrat, memblokir pendanaan untuk itu.
Namun mengapa Donald Trump dianggap sebagai seorang yang pro senjata nuklir? Hal tersebut rupanya berkaitan dengan kebijakan yang pernah dikeluarkan ketika dulu dia menjabat.
Selama satu dekade terakhir dan lebih, perang nuklir telah tumbuh di berbagai wilayah. Sebagian besar perjanjian pengendalian senjata nuklir dan perlucutan senjata di masa lalu juga mulai terbuang.
Selain itu, tidak ada lagi negosiasi terkait pengendalian senjata nuklir yang sedang berlangsung. Sebaliknya, kesembilan negara nuklir (Rusia, Amerika Serikat, Cina, Inggris, Prancis, India, Pakistan, Israel, dan Korea Utara) telah memulai perlombaan senjata nuklir baru.
Melansir dari Foreign Policy in Focus, situasi yang mengancam ini rupanya banyak dipengaruhi oleh Donald Trump. Sebagai presiden Amerika Serikat, Trump menyabotase perjanjian pengendalian senjata nuklir utama di masa lalu dan masa depan.
Trump seorang diri berhasil menghancurkan Perjanjian INF, perjanjian nuklir Iran, dan Perjanjian Open Skies dengan menarik Amerika Serikat dari perjanjian tersebut.
Faktanya, Trump memang dinilai jauh lebih tidak tertarik pada pengendalian dan pelucutan senjata dan lebih memilih untuk memenangkan setiap perang.
Bahkan pada tahun 2016 lalu, Trump sempat mengungkapkan "Biarkan ini menjadi perlombaan senjata, kami akan mengalahkan mereka di setiap langkah.”
Karena ingin memfasilitasi penumpukan nuklir ini, pemerintahan Trump mulai menjajaki kemungkinan kembalinya uji coba senjata nuklir AS.
Pada tahun 2020, pejabat senior pemerintahan Trump dilaporkan melakukan diskusi serius tentang dimulainya kembali uji coba nuklir oleh pemerintah AS, yang menyebabkan DPR, yang saat itu berada di bawah kendali Demokrat, memblokir pendanaan untuk itu.