Mangkuk Emas Berusia 3.000 Tahun Milik Penyembah Dewa Matahari Ditemukan
loading...
A
A
A
WINA - Arkeolog Polandia telah menemukan mangkuk Zaman Perunggu yang terbuat dari emas yang berusia sekitar 3.000 tahun di Austria. Mangkuk emas ini diperkirakan digunakan untuk menyembah Dewa Matahari.
Penemuan benda berharga itu dilakukan di sebuah pemukiman kuno yang berasal dari antara 1300-1000 SM. Diperkirakan benda kunoitu milik orang-orang dari 'budaya Urnfield,' yang sebagian besar dikenal karena ritus kremasi mereka.
Mangkuk tersebut terbuat dari sekitar 90 persen emas, 5 persen perak, dan 5 persen tembaga. Ditemukan di dekat situs dinding rumah prasejarah, diukir dengan motif yang menggambarkan mahatari.
Arkeolog dari Akademi Ilmu Pengetahuan Polandia, Michal Sip mengatakan, mangkuk itu ditemukan pada tahun 2020 tetapi para peneliti menunggu untuk mengumumkan penemuannya sampai setelah analisis terperinci selesai.
Di pemukiman Ebreichsdorf, para arkeolog juga menemukan bukti yang disebut 'bangunan tiang, terbuat dari tanah liat yang digunakan untuk mengisi ruang.
"Satu bangunan persegi yang lebih besar, sekitar 33 kaki kali 36 kaki, kemungkinan adalah sebuah kuil, gedung pertemuan, atau rumah seorang pemimpin," kata Sip dikutip dari Daily Mail, Sabtu (9/10/2021).
Bukti arkeologi menunjukkan masyarakat itu non-nomaden dan bergerak di bidang pertanian, tambahnya, terutama peternakan domba.
Mangkuk matahari itu rencananya akan dipajang di Museum Kunsthistorisches Wina. Penggalian di sktus tersebut akan terus berlanjut hingga 2022.
Penemuan benda berharga itu dilakukan di sebuah pemukiman kuno yang berasal dari antara 1300-1000 SM. Diperkirakan benda kunoitu milik orang-orang dari 'budaya Urnfield,' yang sebagian besar dikenal karena ritus kremasi mereka.
Mangkuk tersebut terbuat dari sekitar 90 persen emas, 5 persen perak, dan 5 persen tembaga. Ditemukan di dekat situs dinding rumah prasejarah, diukir dengan motif yang menggambarkan mahatari.
Arkeolog dari Akademi Ilmu Pengetahuan Polandia, Michal Sip mengatakan, mangkuk itu ditemukan pada tahun 2020 tetapi para peneliti menunggu untuk mengumumkan penemuannya sampai setelah analisis terperinci selesai.
Di pemukiman Ebreichsdorf, para arkeolog juga menemukan bukti yang disebut 'bangunan tiang, terbuat dari tanah liat yang digunakan untuk mengisi ruang.
"Satu bangunan persegi yang lebih besar, sekitar 33 kaki kali 36 kaki, kemungkinan adalah sebuah kuil, gedung pertemuan, atau rumah seorang pemimpin," kata Sip dikutip dari Daily Mail, Sabtu (9/10/2021).
Bukti arkeologi menunjukkan masyarakat itu non-nomaden dan bergerak di bidang pertanian, tambahnya, terutama peternakan domba.
Mangkuk matahari itu rencananya akan dipajang di Museum Kunsthistorisches Wina. Penggalian di sktus tersebut akan terus berlanjut hingga 2022.
(ysw)