Satu Badak Putih Langka Dipensiunkan dari Program Pengembangbiakan Buatan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Para ilmuwan telah memensiunkan salah satu dari dua badak putih utara terakhir di dunia dari program pengembangbiakan yang mencoba menyelamatkan spesies dari kepunahan.
Dikutip dari BBC News, Sabtu (23/10/2021), keputusan untuk berhenti memanen telur Najin yang berusia 32 tahun karena mempertimbangkan usia dan faktor lainnya.
Baik Najin maupun putrinya, Fatu, tidak dapat melahirkan anak secara normal karena jantan terakhir dari spesies tersebut mati pada tahun 2018. Untungnya ilmuwan berhasil mengumpulan spermanya sang jantan untuk digunakan membuahi sel telur.
Prosedur ini melibatkan tim dokter hewan yang mengekstraksi telur badak, menggunakan teknik yang dikembangkan melalui penelitian bertahun-tahun. Telur kemudian dikirim ke laboratorium Italia untuk pembuahan, menggunakan sperma dari dua jantan yang sudah meninggal.
Dua belas embrio telah dibuat sejauh ini dan para ilmuwan berharap untuk menanamkannya ke ibu pengganti yang dipilih dari populasi badak putih selatan.
BioRescue, kelompok ilmiah yang memimpin skema tersebut, mengatakan telah mempertimbangkan beberapa risiko sebelum memutuskan untuk berhenti mengambil sel telur dari Najin.
"Mengundurkan satu individu dari program konservasi ini sudah dipikirkan lama, kami sudah mempertimbangkan keputusan ini berkali-kali," kata kepala dokter hewan Frank Göritz dan Stephen Ngulu.
Selain usia lanjut, pemindaian ultrasound telah mengungkapkan beberapa tumor kecil jinak di leher rahim dan rahim Najin, serta kista di ovarium kirinya.
Tapi BioRescue mengatakan dia akan tetap menjadi bagian dari skema dengan cara lain, seperti menyediakan sampel jaringan untuk penelitian sel induk.
Badak putih utara berada di ambang kepunahan oleh perburuan dan hilangnya habitat.
Najin lahir di kebun binatang Ceko tetapi dipindahkan satu dekade kemudian ke Ol Pejeta Conservancy di Kenya, di mana dia tinggal di bawah perlindungan bersenjata.
Dikutip dari BBC News, Sabtu (23/10/2021), keputusan untuk berhenti memanen telur Najin yang berusia 32 tahun karena mempertimbangkan usia dan faktor lainnya.
Baik Najin maupun putrinya, Fatu, tidak dapat melahirkan anak secara normal karena jantan terakhir dari spesies tersebut mati pada tahun 2018. Untungnya ilmuwan berhasil mengumpulan spermanya sang jantan untuk digunakan membuahi sel telur.
Prosedur ini melibatkan tim dokter hewan yang mengekstraksi telur badak, menggunakan teknik yang dikembangkan melalui penelitian bertahun-tahun. Telur kemudian dikirim ke laboratorium Italia untuk pembuahan, menggunakan sperma dari dua jantan yang sudah meninggal.
Dua belas embrio telah dibuat sejauh ini dan para ilmuwan berharap untuk menanamkannya ke ibu pengganti yang dipilih dari populasi badak putih selatan.
BioRescue, kelompok ilmiah yang memimpin skema tersebut, mengatakan telah mempertimbangkan beberapa risiko sebelum memutuskan untuk berhenti mengambil sel telur dari Najin.
"Mengundurkan satu individu dari program konservasi ini sudah dipikirkan lama, kami sudah mempertimbangkan keputusan ini berkali-kali," kata kepala dokter hewan Frank Göritz dan Stephen Ngulu.
Selain usia lanjut, pemindaian ultrasound telah mengungkapkan beberapa tumor kecil jinak di leher rahim dan rahim Najin, serta kista di ovarium kirinya.
Tapi BioRescue mengatakan dia akan tetap menjadi bagian dari skema dengan cara lain, seperti menyediakan sampel jaringan untuk penelitian sel induk.
Badak putih utara berada di ambang kepunahan oleh perburuan dan hilangnya habitat.
Najin lahir di kebun binatang Ceko tetapi dipindahkan satu dekade kemudian ke Ol Pejeta Conservancy di Kenya, di mana dia tinggal di bawah perlindungan bersenjata.
(ysw)