Banyak Dijarah, Arkeolog Asing Soroti Pulau Emas Peninggalan Sriwijaya
loading...
A
A
A
Tanda-tanda bahwa Sungai Musi mungkin menyimpan rahasia Sriwijaya pertama kali muncul pada tahun 2011. Sejak itu pemburu harta karun lokal mencari sejumlah artefak untuk dijual.
John Miksic, profesor studi Asia Tenggara di National University of Singapore mengungkapkan, pemburu harta karun ini menyebabkan kerusakan pada sejumlah artefak.
"Saya pikir penjarahan mungkin masih berlangsung di Sungai Musi," tulis Miksic dalam email ke Live Science. Aktivitas serupa telah dilaporkan di Batanghari di Jambi, sungai besar berikutnya di utara Palembang.
Penjualan artefak Sriwijaya yang ditemukan di Sungai Musi membuat peneliti sulit untuk mempelajarinya. Tetapi karena tidak adanya upaya akademis atau pemerintah yang sistematis untuk melindungi situs tersebut, beberapa artefak dibeli oleh kolektor yang berdedikasi yang berusaha untuk menyatukannya.
Kurangnya sumber daya yang dikhususkan untuk warisan budaya di Indonesia membuat survei arkeologis resmi di Musi akan sulit. "Sayangnya, moratorium tidak melindungi artefak Sungai Musi," kata Kingsley.
Kingsley mengatakan, mungkin belum terlambat bagi pemerintah atau kolektor kaya untuk membeli artefak untuk dipamerkan di museum. Melestarikan sisa-sisa terakhir kejayaan Kerajaan Sriwijaya yang hilang ini untuk semua orang.
"Ini adalah peradaban besar terakhir yang hilang yang tidak pernah didengar siapa pun. Ada kewajiban untuk menyelamatkannya," kata Kingsley.
John Miksic, profesor studi Asia Tenggara di National University of Singapore mengungkapkan, pemburu harta karun ini menyebabkan kerusakan pada sejumlah artefak.
"Saya pikir penjarahan mungkin masih berlangsung di Sungai Musi," tulis Miksic dalam email ke Live Science. Aktivitas serupa telah dilaporkan di Batanghari di Jambi, sungai besar berikutnya di utara Palembang.
Penjualan artefak Sriwijaya yang ditemukan di Sungai Musi membuat peneliti sulit untuk mempelajarinya. Tetapi karena tidak adanya upaya akademis atau pemerintah yang sistematis untuk melindungi situs tersebut, beberapa artefak dibeli oleh kolektor yang berdedikasi yang berusaha untuk menyatukannya.
Kurangnya sumber daya yang dikhususkan untuk warisan budaya di Indonesia membuat survei arkeologis resmi di Musi akan sulit. "Sayangnya, moratorium tidak melindungi artefak Sungai Musi," kata Kingsley.
Kingsley mengatakan, mungkin belum terlambat bagi pemerintah atau kolektor kaya untuk membeli artefak untuk dipamerkan di museum. Melestarikan sisa-sisa terakhir kejayaan Kerajaan Sriwijaya yang hilang ini untuk semua orang.
"Ini adalah peradaban besar terakhir yang hilang yang tidak pernah didengar siapa pun. Ada kewajiban untuk menyelamatkannya," kata Kingsley.