5 Fakta Virus Omicron yang Membuat Dunia Kembali Bunyikan Alarm Bahaya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Beberapa waktu lalu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan varian virus corona baru Omicron sebagai varian yang menjadi perhatian. Tetapi ada yang membuat varian SARS-CoV-2 ini berbeda sehingga para ilmuwan dan negara-negara di dunia khawatir pandemi ini kembali meningkat.
Para ilmuwan melihat virus Omicron memiliki jumlah mutasi yang sangat tinggi. Bukti awal menunjukkan bahwa orang yang sebelumnya pulih dari COVID-19 mungkin memiliki risiko infeksi ulang yang lebih tinggi dengan Omicron dibandingkan dengan varian sebelumnya, menurut pernyataan dari WHO.
Dikutip dari Live Science, Kamis (2/12/2021), para ahli mengatakan kemungkinan vaksin akan kurang efektif karena mutasi ini. Mengenai dari mana asalnya hingga kemungkinan dampaknya, inilah beberapa fakta-fakta tentang virus Omicron:
1. Asal Virus Omicron
Pejabat di Afrika Selatan pertama kali melaporkan Omicron (B.1.1.529) ke WHO pada 24 November 2021, menyusul meningkatknya kasus di provinsi Gauteng. Infeksi pertama yang diketahui dan dikonfirmasi dengan Omicron berasal dari sampel yang diambil pada 9 November 2021. Kini jumlah kasus Omicron meningkat di seluruh Afrika Selatan.
Meskipun Afrika Selatan adalah yang pertama melaporkan Omicron ke WHO, tidak jelas dari negara mana varian itu muncul.
2. Sudah Terdeteksi di Berbagai Negara
Banyak negara mulai memberlakukan larangan perjalanan ke Afrika Selatan setelah virus Omicron merebak. Kendati begitu, kini virus omicron telah terdeteksi di Kanada, Austria, Belgia, Denmark, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Portugal, Skotlandia, Botswana, Israel, Australia, dan Hong Kong.
3. Memiliki Banyak Mutasi
Omicron memiliki lebih dari 30 mutasi pada gen yang mengkode protein lonjakan, menurut Nature. Dari mutasi ini, 10 berada di "domain pengikatan reseptor", atau bagian dari protein lonjakan yang menempel pada sel manusia, menurut The Guardian.
Sementara itu, mutasi lain, menyebabkan penularan yang lebih tinggi atau dapat membantu virus menghindari pertahanan dari vaksin, menurut penjelasan teknis yang dirilis oleh WHO pada 28 November 2021.
4. Gejala Ringan
Dr Angelique Coetzee ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, mengatakan kepada BBC bahwa pasien yang terkena virus omicron ini memiliki gejala ringan. Dari beberapa lusin pasien dites positif omicron, sebagian besar adalah pria muda.
"Awalnya mereka sehat dan mengeluh sangat lelah," kata Coetzee kepada Telegraph. Tidak ada pasiennya yang kehilangan rasa atau penciuman, dan tidak ada yang perlu dirawat di rumah sakit, menurut BBC.
5. Penularan
Belum jelas apakah Omicron menyebar lebih mudah dari orang ke orang dibandingkan dengan varian COVID-19 sebelumnya. Menurut WHO, jumlah orang di Afrika Selatan yang telah dites positif COVID-19 telah meningkat. Tetapi belum jelas apakah kenaikan itu dapat dijelaskan karena penyebaran varian baru atau faktor lain.
Para ahli mengatakan kepada The Guardian bahwa saat ini vaksin yang sudah diberikan ke masyarakat mungkin kurang efektif melawan Omicron dibandingkan dengan varian sebelumnya.
Kini para peneliti di seluruh dunia, termasuk di Pfizer-BioNTech dan Moderna sedang bekerja untuk memahami seberapa efektif vaksin melawan varian tersebut, menurut The Times.
Para ilmuwan melihat virus Omicron memiliki jumlah mutasi yang sangat tinggi. Bukti awal menunjukkan bahwa orang yang sebelumnya pulih dari COVID-19 mungkin memiliki risiko infeksi ulang yang lebih tinggi dengan Omicron dibandingkan dengan varian sebelumnya, menurut pernyataan dari WHO.
Dikutip dari Live Science, Kamis (2/12/2021), para ahli mengatakan kemungkinan vaksin akan kurang efektif karena mutasi ini. Mengenai dari mana asalnya hingga kemungkinan dampaknya, inilah beberapa fakta-fakta tentang virus Omicron:
1. Asal Virus Omicron
Pejabat di Afrika Selatan pertama kali melaporkan Omicron (B.1.1.529) ke WHO pada 24 November 2021, menyusul meningkatknya kasus di provinsi Gauteng. Infeksi pertama yang diketahui dan dikonfirmasi dengan Omicron berasal dari sampel yang diambil pada 9 November 2021. Kini jumlah kasus Omicron meningkat di seluruh Afrika Selatan.
Meskipun Afrika Selatan adalah yang pertama melaporkan Omicron ke WHO, tidak jelas dari negara mana varian itu muncul.
2. Sudah Terdeteksi di Berbagai Negara
Banyak negara mulai memberlakukan larangan perjalanan ke Afrika Selatan setelah virus Omicron merebak. Kendati begitu, kini virus omicron telah terdeteksi di Kanada, Austria, Belgia, Denmark, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Portugal, Skotlandia, Botswana, Israel, Australia, dan Hong Kong.
3. Memiliki Banyak Mutasi
Omicron memiliki lebih dari 30 mutasi pada gen yang mengkode protein lonjakan, menurut Nature. Dari mutasi ini, 10 berada di "domain pengikatan reseptor", atau bagian dari protein lonjakan yang menempel pada sel manusia, menurut The Guardian.
Sementara itu, mutasi lain, menyebabkan penularan yang lebih tinggi atau dapat membantu virus menghindari pertahanan dari vaksin, menurut penjelasan teknis yang dirilis oleh WHO pada 28 November 2021.
4. Gejala Ringan
Dr Angelique Coetzee ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, mengatakan kepada BBC bahwa pasien yang terkena virus omicron ini memiliki gejala ringan. Dari beberapa lusin pasien dites positif omicron, sebagian besar adalah pria muda.
"Awalnya mereka sehat dan mengeluh sangat lelah," kata Coetzee kepada Telegraph. Tidak ada pasiennya yang kehilangan rasa atau penciuman, dan tidak ada yang perlu dirawat di rumah sakit, menurut BBC.
5. Penularan
Belum jelas apakah Omicron menyebar lebih mudah dari orang ke orang dibandingkan dengan varian COVID-19 sebelumnya. Menurut WHO, jumlah orang di Afrika Selatan yang telah dites positif COVID-19 telah meningkat. Tetapi belum jelas apakah kenaikan itu dapat dijelaskan karena penyebaran varian baru atau faktor lain.
Para ahli mengatakan kepada The Guardian bahwa saat ini vaksin yang sudah diberikan ke masyarakat mungkin kurang efektif melawan Omicron dibandingkan dengan varian sebelumnya.
Kini para peneliti di seluruh dunia, termasuk di Pfizer-BioNTech dan Moderna sedang bekerja untuk memahami seberapa efektif vaksin melawan varian tersebut, menurut The Times.
(ysw)