Rekor Tertinggi, Suhu di Alaska Tembus 19 Derajat Celcius
loading...
A
A
A
KODIAK - Perubahan iklim sudah terbukti di negara bagian Alaska , Amerika Serikat (AS), setelah suhu pada bulan Desember 2021 mencapai rekor tertinggi, yaitu 67 derajat Fahrenheit atau sekitar 19,4 derajat celcius. Rekor tertinggi sebelumnya, tercatat pada tahun 1980-an, sekitar 40 derajat Fahrenheit (4,4 derajat celcius), di atas suhu rata-rata sekitar 30 derajat Fahrenheit (minus 1,1 derajat celcius).
Rekor suhu tertinggi 67 derajat Fahrenheit tercatat di Kodiak, Alaska pada hari Minggu 26 Desember 2021. Kodiak bukan satu-satunya kota di Alaska yang mengalami rekor suhu tertinggi, wilayah Cold Bay, yang terletak di Kepulauan Aleutian, suhu tertinggi mencapai 66 derajat Fahrenheit (18,8 derajat Celcius), di atas rekor suhu tertinggi pada tahun 1999, yaitu 44 derajat Fahrenheit (6,6 derajat Celcius).
The Washington Post melaporkan, suhu di wilayah Unalaska, juga melonjak menjadi 57,3 derajat Fahrenheit (14 derajat Celcius) pada Senin 27 Desember 2021 siang. Suhu terendah di wilayah itu terjadi pada malam hari sekitar 50 derajat Fahrenheit (10 derajat Celcius). (Baca juga; Dalam 5 Tahun Gletser Kiamat Ini Bakal Runtuh, Permukaan Laut Naik 65 Sentimeter )
Cuaca yang lebih hangat di Alaska akibat kubah bertekanan tinggi yang stagnan di area tenggara Kepulauan Aleutian, Samudra Pasifik utara. Cuaca hangat ini menyebabkan curah hujan yang lebih tinggi di Fairbanks, Alaska, sekitar 1,93 inci. Ini terjadi karena kenaikan suhu membuat sekitar 4% air menguap ke udara.
Meningkatnya suhu di Alaska menyebabkan lapisan es menipis atau bahkan hilang, serta meningkatnya curah hujan. Kondisi suhu yang lebih panas, pada musim kering memicu kebakaran hutan. Tahun lalu, lebih dari setengah kebakaran di Alaska dimulai oleh petir. (Baca juga; Suhu Tertinggi di Siberia Tembus 38 Derajat Celcius, PBB Bunyikan Lonceng Bahaya )
Pusat Penelitian Atmosfer Nasional (NCAR) memberikan peringatan pada bulan Februari 2022, jika emisi rumah kaca tidak dikendalikan, jumlah badai petir akan meningkat tiga kali lipat. Peningkatan badai dahsyat ini akan memicu banjir bandang yang meluas, tanah longsor dan kebakaran hutan yang disebabkan oleh petir.
NCAR, bersama dengan tim ilmuwan yang dipimpin oleh para ilmuwan di Paris Sciences and Letters University, melakukan dua penelitian tentang dampak perubahan iklim di Alaska. “Studi lebih lanjut diperlukan untuk menentukan dampak ini terhadap ekosistem dan masyarakat,” kata Basile Poujol, seorang ilmuwan dari Paris Sciences and Letters University.
Rekor suhu tertinggi 67 derajat Fahrenheit tercatat di Kodiak, Alaska pada hari Minggu 26 Desember 2021. Kodiak bukan satu-satunya kota di Alaska yang mengalami rekor suhu tertinggi, wilayah Cold Bay, yang terletak di Kepulauan Aleutian, suhu tertinggi mencapai 66 derajat Fahrenheit (18,8 derajat Celcius), di atas rekor suhu tertinggi pada tahun 1999, yaitu 44 derajat Fahrenheit (6,6 derajat Celcius).
The Washington Post melaporkan, suhu di wilayah Unalaska, juga melonjak menjadi 57,3 derajat Fahrenheit (14 derajat Celcius) pada Senin 27 Desember 2021 siang. Suhu terendah di wilayah itu terjadi pada malam hari sekitar 50 derajat Fahrenheit (10 derajat Celcius). (Baca juga; Dalam 5 Tahun Gletser Kiamat Ini Bakal Runtuh, Permukaan Laut Naik 65 Sentimeter )
Cuaca yang lebih hangat di Alaska akibat kubah bertekanan tinggi yang stagnan di area tenggara Kepulauan Aleutian, Samudra Pasifik utara. Cuaca hangat ini menyebabkan curah hujan yang lebih tinggi di Fairbanks, Alaska, sekitar 1,93 inci. Ini terjadi karena kenaikan suhu membuat sekitar 4% air menguap ke udara.
Meningkatnya suhu di Alaska menyebabkan lapisan es menipis atau bahkan hilang, serta meningkatnya curah hujan. Kondisi suhu yang lebih panas, pada musim kering memicu kebakaran hutan. Tahun lalu, lebih dari setengah kebakaran di Alaska dimulai oleh petir. (Baca juga; Suhu Tertinggi di Siberia Tembus 38 Derajat Celcius, PBB Bunyikan Lonceng Bahaya )
Pusat Penelitian Atmosfer Nasional (NCAR) memberikan peringatan pada bulan Februari 2022, jika emisi rumah kaca tidak dikendalikan, jumlah badai petir akan meningkat tiga kali lipat. Peningkatan badai dahsyat ini akan memicu banjir bandang yang meluas, tanah longsor dan kebakaran hutan yang disebabkan oleh petir.
NCAR, bersama dengan tim ilmuwan yang dipimpin oleh para ilmuwan di Paris Sciences and Letters University, melakukan dua penelitian tentang dampak perubahan iklim di Alaska. “Studi lebih lanjut diperlukan untuk menentukan dampak ini terhadap ekosistem dan masyarakat,” kata Basile Poujol, seorang ilmuwan dari Paris Sciences and Letters University.
(wib)