Gempa Banten M6,7 Disebut Bisa Picu Pelepasan Energi Megatrust Selatan Jawa yang Berpotensi Tsunami 20 Meter
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gempa Bumi M6.7 yang menguncangan Banten kemaren menimbulkan kecemasan warga di pulau Jawa. Hal ini cukup wajar, pasalnya hasil riset yang dilakukan beberapa lembaga menyebut Jawa berpotensi akan dilanda gempa besar, dan gempa kemaren ditakutkan mempercepat pelepasan energi Sunda Megathrust.
Gempa bumi berkekuatan besar (megathrust) di Laut Selatan Jawa diprediksi bakal terjadi dan menyebabkan ancaman bencana tsunami hingga puluhan meter. Sampai saat ini belum ada alat atau hasil riset yang bisa memprediksi kapan bencana itu bakal terjadi.
Kendati begitu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan beberapa indikator atau warning atas potensi bakal terjadinya gempa besar . Walaupun, indikator tersebut juga tidak bisa menjadi acuan konkret.
Bahkan pakar yang juga Kepala Laboratorium Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas pernah mengingatkan potensi terjadinya gempa bumi berkekuatan 8,7 hingga 9 SR di megathrust selatan Jawa. Jika gempa bumi tersebut terjadi diprediksi bakal menimbulkan bencana tsunami setinggi 20 meter.
Menurut Heri, sifat gempa bumi adalah berulang. Artinya gempa yang telah terjadi akan terjadi lagi di masa kini, dan yang akan datang. Secara bahasa keilmuannya disebut Earthquake Cycle.
"Salah satu sumber gempa bumi adalah megathrust selatan Jawa. Megathrust ini dapat menghasilkan gempa dengan kekuatan sangat besar. Saat ini tengah berada di ujung siklus atau perulangan. Dengan kata lain berpeluang terjadi dalam waktu yang tidak lama lagi," kata dia dalam keterangan resmi Agustus 2021 seperti yang diterima SINDOnews.
Menurut dia, Data GNSS (Global Navigation Satellite System) mengkonfirmasi adanya akumulasi energi di bagian megathrust Selat Sunda hingga Pelabuhan Ratu dan selatan Parangtritis hingga selatan Pantai Jawa Timur. Jika gempa terjadi dengan kekuatannya dapat mencapai 8.7 Mw hingga 9.0 Mw, diprediksi bisa diikuti tsunami dengan ketinggian hingga 20 meter.
"Gelombang tsunami berdasarkan hasil pemodelan ternyata bisa sampai di pesisir Jakarta dengan ketinggian 1 meter hingga 1.5 meter. Dibandingkan dengan 20 meter tentunya 1 meter adalah kecil. Namun demikian fakta saat ini pesisir Jakarta wilayahnya sudah ada di bawah laut hingga minus 1-2 meter, ini artinya potensi tsunami akan lebih besar," beber dia.
Berdasarkan hasil simulasi model, run up tsunami dapat mencapai sebagian besar Pluit, Ancol, Gunung Sahari, Kota Tua hingga Gajah Mada. "Kalau Kita perhatikan modelnya ternyata nyaris menyentuh Istana," tegas dia.
Dengan simulasi model ini, maka akan menyadarkan bahwa tanggul pantai atau laut di Jakarta akan berperan sangat penting. Tidak hanya mencegah banjir rob, tetapi juga memproteksi Jakarta dari tsunami. "Untuk itu Kita harus mendukung pemerintah dalam mempercepat upaya pembangunan tanggul sepanjang pesisir Jakarta," katanya.
Menurut dia, fakta ini mau tidak mau harus diungkap, meskipun terkesan menakut-nakuti. Heri Andreas, yang juga Ketua Lembaga Riset Kebencanaan IA-ITB mengajak masyarakat menyikapi dengan bijak dan waspada. Gempa bumi dan tsunami merupakan bencana alam yang hampir tidak mungkin dicegah kecuali dengan Doa.
"Apa yang bisa Kita perbuat adalah bagaimana Kita bersiap menghadapinya. Seperti di Jakarta, tanggul pantai atau laut adalah salah satu bentuk kesiapsiagaan Kita menghadapinya. Untuk itu sekali lagi Kita harus mendukung pemerintah dalam mempercepat proses pembangunan tanggul di pesisir Jakarta, takutnya tsunami nya keburu datang, Karena saat ini tengah di ujung perulangan," pungkasnya.
Gempa bumi berkekuatan besar (megathrust) di Laut Selatan Jawa diprediksi bakal terjadi dan menyebabkan ancaman bencana tsunami hingga puluhan meter. Sampai saat ini belum ada alat atau hasil riset yang bisa memprediksi kapan bencana itu bakal terjadi.
Kendati begitu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan beberapa indikator atau warning atas potensi bakal terjadinya gempa besar . Walaupun, indikator tersebut juga tidak bisa menjadi acuan konkret.
Bahkan pakar yang juga Kepala Laboratorium Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas pernah mengingatkan potensi terjadinya gempa bumi berkekuatan 8,7 hingga 9 SR di megathrust selatan Jawa. Jika gempa bumi tersebut terjadi diprediksi bakal menimbulkan bencana tsunami setinggi 20 meter.
Menurut Heri, sifat gempa bumi adalah berulang. Artinya gempa yang telah terjadi akan terjadi lagi di masa kini, dan yang akan datang. Secara bahasa keilmuannya disebut Earthquake Cycle.
"Salah satu sumber gempa bumi adalah megathrust selatan Jawa. Megathrust ini dapat menghasilkan gempa dengan kekuatan sangat besar. Saat ini tengah berada di ujung siklus atau perulangan. Dengan kata lain berpeluang terjadi dalam waktu yang tidak lama lagi," kata dia dalam keterangan resmi Agustus 2021 seperti yang diterima SINDOnews.
Menurut dia, Data GNSS (Global Navigation Satellite System) mengkonfirmasi adanya akumulasi energi di bagian megathrust Selat Sunda hingga Pelabuhan Ratu dan selatan Parangtritis hingga selatan Pantai Jawa Timur. Jika gempa terjadi dengan kekuatannya dapat mencapai 8.7 Mw hingga 9.0 Mw, diprediksi bisa diikuti tsunami dengan ketinggian hingga 20 meter.
"Gelombang tsunami berdasarkan hasil pemodelan ternyata bisa sampai di pesisir Jakarta dengan ketinggian 1 meter hingga 1.5 meter. Dibandingkan dengan 20 meter tentunya 1 meter adalah kecil. Namun demikian fakta saat ini pesisir Jakarta wilayahnya sudah ada di bawah laut hingga minus 1-2 meter, ini artinya potensi tsunami akan lebih besar," beber dia.
Berdasarkan hasil simulasi model, run up tsunami dapat mencapai sebagian besar Pluit, Ancol, Gunung Sahari, Kota Tua hingga Gajah Mada. "Kalau Kita perhatikan modelnya ternyata nyaris menyentuh Istana," tegas dia.
Dengan simulasi model ini, maka akan menyadarkan bahwa tanggul pantai atau laut di Jakarta akan berperan sangat penting. Tidak hanya mencegah banjir rob, tetapi juga memproteksi Jakarta dari tsunami. "Untuk itu Kita harus mendukung pemerintah dalam mempercepat upaya pembangunan tanggul sepanjang pesisir Jakarta," katanya.
Menurut dia, fakta ini mau tidak mau harus diungkap, meskipun terkesan menakut-nakuti. Heri Andreas, yang juga Ketua Lembaga Riset Kebencanaan IA-ITB mengajak masyarakat menyikapi dengan bijak dan waspada. Gempa bumi dan tsunami merupakan bencana alam yang hampir tidak mungkin dicegah kecuali dengan Doa.
"Apa yang bisa Kita perbuat adalah bagaimana Kita bersiap menghadapinya. Seperti di Jakarta, tanggul pantai atau laut adalah salah satu bentuk kesiapsiagaan Kita menghadapinya. Untuk itu sekali lagi Kita harus mendukung pemerintah dalam mempercepat proses pembangunan tanggul di pesisir Jakarta, takutnya tsunami nya keburu datang, Karena saat ini tengah di ujung perulangan," pungkasnya.
(wbs)