Perubahan Iklim Ganggu Sistem Pernapasan Laut
loading...
A
A
A
LAUT Labrador yang terletak antara Kanada dan Greenland dikenal sebagai "paru-paru lautan dalam" karena oksigen dari atmosfer dapat menembus hingga jangkauan terdalam. Dari “paru-paru” akuatik ini, oksigen mengalir ke laut dalam di seluruh dunia dan menopang keseimbangan kehidupan di laut lepas.
Proses "bernapas" pada lautan ini terjadi karena pendinginan saat musim dingin di permukaan membuat perairan dekat permukaan yang kaya oksigen menjadi lebih padat dan cukup berat untuk tenggelam ke kedalaman. Pencampuran oksigen di Laut Labrador adalah langkah pertama dalam reaksi berantai pendukung kehidupan laut dalam.
Arus kuat di kedalaman membawa oksigen itu ke seluruh Atlantik dan kemudian ke luar. Oksigen yang "dihirup" di Laut Labrador dapat menopang kehidupan laut dalam sejauh Samudra Pasifik dan Hindia.
Dalam sebuah studi baru di Biogeosciences, tim peneliti dari Kanada dan Jerman telah mengukur aliran oksigen melalui siklus ini. Proses ini mereka samakan dengan mengukur aliran oksigen yang melalui tubuh kita, dipompa melalui aorta.
“Oksigen yang baru dihirup terlihat jelas sebagai denyut konsentrasi oksigen tinggi yang melewati sensor kami antara Maret dan Agustus,” kata Jannes Koelling, seorang ahli kelautan di Universitas Dalhousie, Kanada dikutip SINDOnews dari laman cosmosmagazine, Rabu (2/2/2022).
Penelitian dilakukan selama dua tahun, ilmuwan memasang sensor yang bisa mendeteksi oksigen terlarut melalui kabel yang menjangkau dari dasar laut ke dekat permukaan. Pengukuran mengungkapkan, setengah dari oksigen yang diambil dari Laut Labrador pada musim dingin disuntikkan ke arus dalam selama lima bulan berikutnya.
Sedangkan separuh lainnya, telah dikonsumsi oleh ikan dan organisme lain atau keluar dari wilayah pencampuran. Para ilmuwan juga menemukan fakta bahwa perubahan iklim berdampak pada sistem pernapasan laut.
Model iklim memprediksi serbuan besar air tawar ke lautan melalui gletser di Arktik yang mencair. Kondisi itu mengkhawatirkan, karena pencampuran air tawar dengan air laut di Labrador ini dapat mengurangi kedalaman pencampuran oksigen, membuat pernapasan menjadi lebih dangkal.
Kondisi ini mengurangi pasokan oksigen untuk pendukung kehidupan di lautan dalam. “Ini adalah contoh bagaimana pemantauan yang dimungkinkan oleh teknologi kelautan terbaru, dapat membantu kami mengisi kesenjangan pengetahuan di wilayah penting ini,” kata Dariia Atamanchuk, Pemimpin Program Oksigen di Dalhousie.
Proses "bernapas" pada lautan ini terjadi karena pendinginan saat musim dingin di permukaan membuat perairan dekat permukaan yang kaya oksigen menjadi lebih padat dan cukup berat untuk tenggelam ke kedalaman. Pencampuran oksigen di Laut Labrador adalah langkah pertama dalam reaksi berantai pendukung kehidupan laut dalam.
Arus kuat di kedalaman membawa oksigen itu ke seluruh Atlantik dan kemudian ke luar. Oksigen yang "dihirup" di Laut Labrador dapat menopang kehidupan laut dalam sejauh Samudra Pasifik dan Hindia.
Dalam sebuah studi baru di Biogeosciences, tim peneliti dari Kanada dan Jerman telah mengukur aliran oksigen melalui siklus ini. Proses ini mereka samakan dengan mengukur aliran oksigen yang melalui tubuh kita, dipompa melalui aorta.
“Oksigen yang baru dihirup terlihat jelas sebagai denyut konsentrasi oksigen tinggi yang melewati sensor kami antara Maret dan Agustus,” kata Jannes Koelling, seorang ahli kelautan di Universitas Dalhousie, Kanada dikutip SINDOnews dari laman cosmosmagazine, Rabu (2/2/2022).
Penelitian dilakukan selama dua tahun, ilmuwan memasang sensor yang bisa mendeteksi oksigen terlarut melalui kabel yang menjangkau dari dasar laut ke dekat permukaan. Pengukuran mengungkapkan, setengah dari oksigen yang diambil dari Laut Labrador pada musim dingin disuntikkan ke arus dalam selama lima bulan berikutnya.
Sedangkan separuh lainnya, telah dikonsumsi oleh ikan dan organisme lain atau keluar dari wilayah pencampuran. Para ilmuwan juga menemukan fakta bahwa perubahan iklim berdampak pada sistem pernapasan laut.
Model iklim memprediksi serbuan besar air tawar ke lautan melalui gletser di Arktik yang mencair. Kondisi itu mengkhawatirkan, karena pencampuran air tawar dengan air laut di Labrador ini dapat mengurangi kedalaman pencampuran oksigen, membuat pernapasan menjadi lebih dangkal.
Kondisi ini mengurangi pasokan oksigen untuk pendukung kehidupan di lautan dalam. “Ini adalah contoh bagaimana pemantauan yang dimungkinkan oleh teknologi kelautan terbaru, dapat membantu kami mengisi kesenjangan pengetahuan di wilayah penting ini,” kata Dariia Atamanchuk, Pemimpin Program Oksigen di Dalhousie.
(wib)