Pensiun 2030, Ini Alasan Stasiun Luar Angkasa Internasional Tak Bisa Selamanya di Orbit
loading...
A
A
A
NASA mengumumkan menghentikan operasional Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) sampai tahun 2030 dan berencana menurunkan dari orbit ke Samudra Pasifik pada tahun 2031. Berbagai pertanyaan muncul mengapa Stasiun Luar Angkasa Internasional tetap berada di orbit selamanya.
Sama seperti bangunan atau objek di Bumi, Stasiun Luar Angkasa Internasional juga menua. Kenyataan ini menjadi tantangan khusus di luar angkasa. Apalagi laboratorium ini selalu menghadapi risiko dampak dari puing-puing ruang angkasa dan mikrometeorit, bahkan cegukan terkecil dapat berarti bencana.
Konon, NASA dan lembaga mitra lainnya secara teratur mengevaluasi kondisi stasiun dengan memperhatikan umur dan masa pakainya. Sampai sekarang, NASA yakin bahwa stasiun itu akan tetap sehat hingga 2030, meskipun analisis lengkap terakhir diperkirakan hanya sampai pada tahun 2028.
Meskipun Stasiun Luar Angkasa Internasional masih dalam kondisi sempurna, tetap tidak dapat mengorbit sendiri tanpa batas waktu. Stasiun Luar Angkasa membutuhkan dorongan reguler atau injeksi bahan bakar dari pesawat ruang angkasa yang berkunjung. Jika injeksi bahan bakar berhenti atau ada yang tidak beres, cepat atau lambat, stasiun luar angkasa itu akan jatuh dari orbit.
"Pada dasarnya, setiap kapal kargo yang datang ke stasiun luar angkasa, atau kapal mana pun, biasanya memiliki kelebihan propelan hingga tingkat tertentu. Mereka harus memiliki propelan untuk melakukan pertemuan, dan kemudian mereka kadang-kadang dapat memiliki tambahan untuk melakukan reboost," kata Jonathan McDowell, astronom dari Harvard kepada Space.com.
Jika pengiriman bahan bakar itu berhenti, Stasiun Luar Angkasa akan berada di bawah kendali gravitasi dan atmosfer Bumi. Kondisi itu membuat posisinya naik turun tak terkendali di angkasa. Kondisi ini jelas tidak aman bagi Stasiun Luar Angkasa Internasional yang punya bobot 420.000 kilogram saat di Bumi.
Berhubung Stasiun Luar Angkasa Internasional dikelola Amerika Serikat dan sejumlah negara mitra, yaitu Rusia, Kanada, Jepang dan negara-negara yang berpartisipasi dari Badan Antariksa Eropa, maka keputusan untuk pensiun didasarkan pada faktor teknik dan politik. Meskipun NASA telah berkomitmen untuk menjaga stasiun di orbit hingga 2030, negara mitra lainnya belum menandatangani kesepakatan itu.
Sama seperti bangunan atau objek di Bumi, Stasiun Luar Angkasa Internasional juga menua. Kenyataan ini menjadi tantangan khusus di luar angkasa. Apalagi laboratorium ini selalu menghadapi risiko dampak dari puing-puing ruang angkasa dan mikrometeorit, bahkan cegukan terkecil dapat berarti bencana.
Konon, NASA dan lembaga mitra lainnya secara teratur mengevaluasi kondisi stasiun dengan memperhatikan umur dan masa pakainya. Sampai sekarang, NASA yakin bahwa stasiun itu akan tetap sehat hingga 2030, meskipun analisis lengkap terakhir diperkirakan hanya sampai pada tahun 2028.
Meskipun Stasiun Luar Angkasa Internasional masih dalam kondisi sempurna, tetap tidak dapat mengorbit sendiri tanpa batas waktu. Stasiun Luar Angkasa membutuhkan dorongan reguler atau injeksi bahan bakar dari pesawat ruang angkasa yang berkunjung. Jika injeksi bahan bakar berhenti atau ada yang tidak beres, cepat atau lambat, stasiun luar angkasa itu akan jatuh dari orbit.
"Pada dasarnya, setiap kapal kargo yang datang ke stasiun luar angkasa, atau kapal mana pun, biasanya memiliki kelebihan propelan hingga tingkat tertentu. Mereka harus memiliki propelan untuk melakukan pertemuan, dan kemudian mereka kadang-kadang dapat memiliki tambahan untuk melakukan reboost," kata Jonathan McDowell, astronom dari Harvard kepada Space.com.
Jika pengiriman bahan bakar itu berhenti, Stasiun Luar Angkasa akan berada di bawah kendali gravitasi dan atmosfer Bumi. Kondisi itu membuat posisinya naik turun tak terkendali di angkasa. Kondisi ini jelas tidak aman bagi Stasiun Luar Angkasa Internasional yang punya bobot 420.000 kilogram saat di Bumi.
Berhubung Stasiun Luar Angkasa Internasional dikelola Amerika Serikat dan sejumlah negara mitra, yaitu Rusia, Kanada, Jepang dan negara-negara yang berpartisipasi dari Badan Antariksa Eropa, maka keputusan untuk pensiun didasarkan pada faktor teknik dan politik. Meskipun NASA telah berkomitmen untuk menjaga stasiun di orbit hingga 2030, negara mitra lainnya belum menandatangani kesepakatan itu.
(wib)