WHO Sebut Angka Kematian Akibat Omicron Lebih Tinggi Dibandingkan Korban Kecelakaan Pesawat
loading...
A
A
A
JENEWA - Varian Omicron masih dianggap tidak berbahaya dan dinilai hanya memberikan dampak yang ringan dibandingkan varian lain COVID-19. Namun, Badan Kesehatan Dunia ( WHO ) memberikan fakta yang bikin ngeri terkait kasus kematian akibat varian Omicron.
WHO Incident Manager Abdi Mahamud dari WHO mengatakan, dalam waktu 24 jam (minggu lalu), tercatat ada 3.400 kasus meninggal akibat COVID-19 varian Omicron. Bahkan di Amerika Serikat sudah ada 100.000 kasus kematian karena COVID-19 sejak varian Omicron terdeteksi di negara tersebut.
Jumah itu setara, sebagai perbandingan, dengan korban 18 unit pesawat Boeing 737 jatuh yang dalam waktu bersamaan. Sebagai perbandingan, Boeing 737 Max, dua di antaranya jatuh pada 2018 dan 2019, menyebabkan 346 orang meninggal.
“Seseorang yang lebih pintar dari saya membuat perbandingan, jika Anda mengambil waktu hanya 24 jam di AS, jumlah korban kematian akibat Omicron itu adalah setara dengan korban 18 Boeing 737 yang jatuh setiap hari,” katanya dikutip SINDOnews dari laman Live Mint, Minggu (12/2/2022).
WHO mengatakan banyak negara belum melewati puncak Omicron, sementara beberapa negara sudah melihat penurunan kasus di Omicron. Jadi lonjakan jumlah kasus infeksi Omicron masih bisa terus bertambah.
“Yang lebih memprihatinkan bagi saya adalah jumlah kematian yang meningkat selama lima minggu berturut-turut. Setengah juta orang yang kita ketahui telah meninggal,” tambahnya.
Sementara itu, Spesialis Health Emergency Program di WHO, Maria Van Kerkhove menjelaskan, perkembangan varian Omicron sangat dinamis. Penyebaran varian Omicron sangat berbeda terhadap individu yang divaksinasi dengan satu dosis, dua dosis dan yang sudah tiga dosis.
“Cara varian Omicron menyebar menggantikan Delta di seluruh dunia begitu cepat. Kita sudah melihat puncak penyebaran yang tajam.Kita harus benar-benar menggambar ulang skala kurva epidemi," ujarnya.
WHO Incident Manager Abdi Mahamud dari WHO mengatakan, dalam waktu 24 jam (minggu lalu), tercatat ada 3.400 kasus meninggal akibat COVID-19 varian Omicron. Bahkan di Amerika Serikat sudah ada 100.000 kasus kematian karena COVID-19 sejak varian Omicron terdeteksi di negara tersebut.
Jumah itu setara, sebagai perbandingan, dengan korban 18 unit pesawat Boeing 737 jatuh yang dalam waktu bersamaan. Sebagai perbandingan, Boeing 737 Max, dua di antaranya jatuh pada 2018 dan 2019, menyebabkan 346 orang meninggal.
“Seseorang yang lebih pintar dari saya membuat perbandingan, jika Anda mengambil waktu hanya 24 jam di AS, jumlah korban kematian akibat Omicron itu adalah setara dengan korban 18 Boeing 737 yang jatuh setiap hari,” katanya dikutip SINDOnews dari laman Live Mint, Minggu (12/2/2022).
WHO mengatakan banyak negara belum melewati puncak Omicron, sementara beberapa negara sudah melihat penurunan kasus di Omicron. Jadi lonjakan jumlah kasus infeksi Omicron masih bisa terus bertambah.
“Yang lebih memprihatinkan bagi saya adalah jumlah kematian yang meningkat selama lima minggu berturut-turut. Setengah juta orang yang kita ketahui telah meninggal,” tambahnya.
Sementara itu, Spesialis Health Emergency Program di WHO, Maria Van Kerkhove menjelaskan, perkembangan varian Omicron sangat dinamis. Penyebaran varian Omicron sangat berbeda terhadap individu yang divaksinasi dengan satu dosis, dua dosis dan yang sudah tiga dosis.
“Cara varian Omicron menyebar menggantikan Delta di seluruh dunia begitu cepat. Kita sudah melihat puncak penyebaran yang tajam.Kita harus benar-benar menggambar ulang skala kurva epidemi," ujarnya.
(wib)