Tak Perlu Panik, Ini Penjelasan Kenapa Terjadi Hujan Es di Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Fenomena hujan es kembali terjadi di Indonesia, kali ini dialami sejumlah wilayah di Surabaya, Bekasi, Lampung dan beberapa daerah lainnya yang didahului denga hujan lebat.
Mengenai fenomena langka ini, ilmuwan memperkirakan kalau ini terjadi karena suhu saat ini memiliki kelembapan yang sangat tinggi.
Melansir laman Teknik Lingkungan Adhi Tama Institute of Technologi (ITATS), ada beberapa faktor yang menyebabkan hujan es, di antaranya, tersedianya energi potensial di udara, kelembaban udara yang cukup tinggi, serta udara lembab tersebut berada di bawah udara kering.
Hujan es sendiri bisa terjadi di Indonesia karena wilayah ini memiliki kelembaban yang cukup tinggi, meskipun beriklim tropis. Hujan es juga bisa terjadi karena munculnya tumpukan awan cumulonimbus. Kemunculan awan tersebut merupakan bagian dari siklus hidrologi.
Energi panas yang dipancarkan matahari dapat membuat air laut mengalami penguapan. Uap air itu lalu naik ke atmosfer dan membentuk awan kemudian pada ketinggian tertentu akan mencapai suhu yang sangat dingin.
Awan cumulonimbus terbentuk dari awan-awan kecil yang berkumpul dan berubah menjadi tumpukan awan yang tebal karena hembusan angin. Tumpukan awan tersebut berisi air, es dan muatan listrik berupa petir.
Lantaran suhu yang dingin, butiran es cumulonimbus tidak mencair secara sempurna. Butiran es ini jatuh ke permukaan bumi hingga kemudian disebut sebagai hujan es.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam akun Twitternya, memaparkan, fenomena hujan es lebih sering terjadi pada masa peralihan musim atau pancaroba pada siang atau sore hari.
BMKG menyebut hujan es bersifat sangat lokal dengan luasan berkisar 5-10 kilometer dan durasinya singkat, yakni sekitar kurang dari 10 menit saja.
Mengingat potensi cuaca ekstrem berupa puting beliung, hujan es, hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang masih dapat terjadi hingga Maret-April mendatang.
BMKG juga memberikan imbauan kepada masyarakat untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya potensi cuaca ekstrem tersebut serta dampak yang dapat ditimbulkan berupa bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, jalan licin, pohon tumbang, dan lain-lain.
Mengenai fenomena langka ini, ilmuwan memperkirakan kalau ini terjadi karena suhu saat ini memiliki kelembapan yang sangat tinggi.
Melansir laman Teknik Lingkungan Adhi Tama Institute of Technologi (ITATS), ada beberapa faktor yang menyebabkan hujan es, di antaranya, tersedianya energi potensial di udara, kelembaban udara yang cukup tinggi, serta udara lembab tersebut berada di bawah udara kering.
Hujan es sendiri bisa terjadi di Indonesia karena wilayah ini memiliki kelembaban yang cukup tinggi, meskipun beriklim tropis. Hujan es juga bisa terjadi karena munculnya tumpukan awan cumulonimbus. Kemunculan awan tersebut merupakan bagian dari siklus hidrologi.
Energi panas yang dipancarkan matahari dapat membuat air laut mengalami penguapan. Uap air itu lalu naik ke atmosfer dan membentuk awan kemudian pada ketinggian tertentu akan mencapai suhu yang sangat dingin.
Awan cumulonimbus terbentuk dari awan-awan kecil yang berkumpul dan berubah menjadi tumpukan awan yang tebal karena hembusan angin. Tumpukan awan tersebut berisi air, es dan muatan listrik berupa petir.
Lantaran suhu yang dingin, butiran es cumulonimbus tidak mencair secara sempurna. Butiran es ini jatuh ke permukaan bumi hingga kemudian disebut sebagai hujan es.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam akun Twitternya, memaparkan, fenomena hujan es lebih sering terjadi pada masa peralihan musim atau pancaroba pada siang atau sore hari.
BMKG menyebut hujan es bersifat sangat lokal dengan luasan berkisar 5-10 kilometer dan durasinya singkat, yakni sekitar kurang dari 10 menit saja.
Mengingat potensi cuaca ekstrem berupa puting beliung, hujan es, hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang masih dapat terjadi hingga Maret-April mendatang.
BMKG juga memberikan imbauan kepada masyarakat untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya potensi cuaca ekstrem tersebut serta dampak yang dapat ditimbulkan berupa bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, jalan licin, pohon tumbang, dan lain-lain.
(ysw)