Wow, Sampah Sisa Sayur dan Buah-Buahan Bisa Diubah Jadi Hand Sanitizer
loading...
A
A
A
JAKARTA - Peneliti dari Universitas Pertamina berhasil mengembangkan metode produksi penyanitasi tangan ( hand sanitizer ) dari bahan baku sampah dapur atau limbah rumah tangga.
Pengembangan metode ini telah dilakukan sejak Juli 2021 di Laboratorium Kimia Terintegrasi Universitas Pertamina, yang saat ini telah menghasilkan 100 liter hand sanitizer.
Dosen Program Studi Kimia Universitas Pertamina, Dr. Suharti, mengatakan proses pembuatan penyanitasi tangan berbahan baku limbah rumah tangga ini cukup sederhana serta mudah dan murah.
Limbah yang bisa dimanfaatkan adalah sisa sayuran dan buah-buahan yang sudah melalui proses fermentasi. Sampah sayuran dan buah-buahan terlebih dahulu dibersihkan, kemudian direndam dengan gula merah atau molase, lalu disimpan pada ember yang tertutup.
”Proses fermentasi ini dilakukan untuk mendapatkan eco-enzim , yang memiliki fungsi seperti alkohol yakni sebagai desinfektan.
Semakin beragam limbah sayur dan buah yang digunakan, semakin beragam endofit atau mikroorganisme untuk menghasilkan eco-enzim,” tutur Suharti dalam keterangan tertulis.
”Efektivitasnya setara produk serupa berbahan dasar kimia,” tambahnya.
Pada minggu pertama proses fermentasi, lanjut Suharti, wadah tersebut harus dibuka untuk mengeluarkan gas yang ada di dalamnya.
Kemudian, wadah harus dibuka kembali pada usia 30 hari untuk melepaskan gas dan mengecek keberhasilan proses fermentasi.
Kegagalan fermentasi biasanya terjadi akibat udara yang tidak bersih sehingga dianjurkan untuk menyimpan fermentasi jauh dari tempat sampah.
Pengembangan metode ini telah dilakukan sejak Juli 2021 di Laboratorium Kimia Terintegrasi Universitas Pertamina, yang saat ini telah menghasilkan 100 liter hand sanitizer.
Dosen Program Studi Kimia Universitas Pertamina, Dr. Suharti, mengatakan proses pembuatan penyanitasi tangan berbahan baku limbah rumah tangga ini cukup sederhana serta mudah dan murah.
Limbah yang bisa dimanfaatkan adalah sisa sayuran dan buah-buahan yang sudah melalui proses fermentasi. Sampah sayuran dan buah-buahan terlebih dahulu dibersihkan, kemudian direndam dengan gula merah atau molase, lalu disimpan pada ember yang tertutup.
”Proses fermentasi ini dilakukan untuk mendapatkan eco-enzim , yang memiliki fungsi seperti alkohol yakni sebagai desinfektan.
Semakin beragam limbah sayur dan buah yang digunakan, semakin beragam endofit atau mikroorganisme untuk menghasilkan eco-enzim,” tutur Suharti dalam keterangan tertulis.
”Efektivitasnya setara produk serupa berbahan dasar kimia,” tambahnya.
Pada minggu pertama proses fermentasi, lanjut Suharti, wadah tersebut harus dibuka untuk mengeluarkan gas yang ada di dalamnya.
Kemudian, wadah harus dibuka kembali pada usia 30 hari untuk melepaskan gas dan mengecek keberhasilan proses fermentasi.
Kegagalan fermentasi biasanya terjadi akibat udara yang tidak bersih sehingga dianjurkan untuk menyimpan fermentasi jauh dari tempat sampah.