Putus Hubungan dengan Rusia, Jerman Langsung Matikan Teleskop Lubang Hitam
loading...
A
A
A
BERLIN - Jerman langsung mematikan teleskop pemburu lubang hitam, yang disebut eROSITA, setelah putus hubungan kerja sama antariksa dengan Rusia. Jerman menghentikan operasional teleskop eROSITA sebagai sikap protes atas invasi Rusia ke Ukraina.
Teleskop eROSITA diluncurkan pada 2019 dari Baikonur Cosmodrome, Kazakhstan, menggunakan satelit Spectrum-Roentgen-Gamma buatan Rusia. Misi tersebut didanai bersama oleh Pusat Dirgantara Jerman (German Aerospace Center/DLR) dan badan antariksa Rusia Roscosmos.
Teleskop luar angkasa buatan Jerman ini berfungsi membuat peta lubang hitam di alam semesta. Teleskop eROSITA mulai dinonaktifkan pada 26 Februari 2022. “Ditempatkan ke mode aman selama kontak darat pada hari Sabtu, 26 Februari,” kata juru bicara Institut Max Planck untuk Fisika Luar Angkasa Jerman kepada Space.com dikutip SINDOnews Jumat (4/2/2022).
Langkah itu dilakukan setelah Kementerian Pendidikan dan Penelitian Federal Jerman mengumumkan pada Jumat 25 Februari2022 bahwa semua kerja sama yang sudah berlangsung lama dalam bidang sains dan penelitian dengan Rusia akan segera dihentikan. DLR mengeluarkan pernyataannya pada Kamis 3 Maret 2022, untuk mengonfirmasi bahwa mereka akan menghentikan semua kemitraan dengan Rusia.
"Mengingat agresi terhadap Ukraina, Dewan Eksekutif DLR memutuskan untuk menghentikan kerja sama pada proyek yang sedang berlangsung dan yang direncanakan. Tidak ada proyek dan inisiatif baru dengan lembaga penelitian Rusia yang akan dilakukan," demikian keterangan DLR.
Jerman sebelumnya bekerja dengan Rusia dalam misi Bion M, yang mengirim 45 tikus dan beberapa spesies kadal, ikan, dan siput dalam perjalanan luar angkasa selama sebulan pada 2013. Kedua negara juga telah berkolaborasi dalam pengembangan teknologi robot untuk eksplorasi ruang angkasa.
Yang paling signifikan, adalah Jerman merupakan penyumbang terbesar anggaran Badan Antariksa Eropa (ESA), bagian kemitraan Stasiun Luar Angkasa Internasional yang melibatkan Rusia, Jepang, dan AS. Saat ini, astronot Jerman Matthias Maurer berada di pos terdepan orbit bersama dengan kosmonot Rusia Pyotr Dubrov dan Anton Shkaplerov. Astronot NASA Kayla Barron, Mark Vande Hei, Raja Chari dan Thomas Mashburn juga berada di stasiun luar angkasa.
Rusia sebelumnya mengatakan tidak berencana untuk bekerja sama dengan negara-negara barat dalam upaya eksplorasi ruang angkasa di masa depan di luar ISS. Namun, smapai saat ini, kerja sama ISS tetap tidak berubah.
Badan antariksa Prancis CNES mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Rabu 2 Maret 2022 bahwa kolaborasi ISS di bawah ESA berlanjut dengan keterlibatan semua mitra. Hal yang sama berlaku untuk beberapa kemitraan penelitian CNES/Roscosmos di stasiun luar angkasa yang berfokus pada kedokteran luar angkasa.
CNES, yang mengoperasikan pelabuhan antariksa Eropa di Kourou, Guyana Prancis, saat ini sedang mencari pengganti roket Soyuz yang dipasok Rusia. Penyedia peluncuran Eropa Arianespace telah menggunakan Soyuz sejak 2011 untuk melengkapi peluncur Vega ringan dan Ariane 5 angkat berat.
CNES mengikuti keputusan Rusia awal pekan ini untuk segera menghentikan peluncuran Soyuz dari Guyana Prancis, mengingat apa yang dianggap Rusia sebagai agresi barat. Jerman sebelumnya telah dikritik karena sikapnya yang permisif terhadap Rusia setelah pencaplokan militer tahun 2014 atas bekas wilayah Ukraina di Krimea.
Lihat Juga: Misteri Rudal Hipersonik Oreshnik Rusia Gempur Ukraina, Dikira Rudal Balistik Antarbenua
Teleskop eROSITA diluncurkan pada 2019 dari Baikonur Cosmodrome, Kazakhstan, menggunakan satelit Spectrum-Roentgen-Gamma buatan Rusia. Misi tersebut didanai bersama oleh Pusat Dirgantara Jerman (German Aerospace Center/DLR) dan badan antariksa Rusia Roscosmos.
Teleskop luar angkasa buatan Jerman ini berfungsi membuat peta lubang hitam di alam semesta. Teleskop eROSITA mulai dinonaktifkan pada 26 Februari 2022. “Ditempatkan ke mode aman selama kontak darat pada hari Sabtu, 26 Februari,” kata juru bicara Institut Max Planck untuk Fisika Luar Angkasa Jerman kepada Space.com dikutip SINDOnews Jumat (4/2/2022).
Langkah itu dilakukan setelah Kementerian Pendidikan dan Penelitian Federal Jerman mengumumkan pada Jumat 25 Februari2022 bahwa semua kerja sama yang sudah berlangsung lama dalam bidang sains dan penelitian dengan Rusia akan segera dihentikan. DLR mengeluarkan pernyataannya pada Kamis 3 Maret 2022, untuk mengonfirmasi bahwa mereka akan menghentikan semua kemitraan dengan Rusia.
"Mengingat agresi terhadap Ukraina, Dewan Eksekutif DLR memutuskan untuk menghentikan kerja sama pada proyek yang sedang berlangsung dan yang direncanakan. Tidak ada proyek dan inisiatif baru dengan lembaga penelitian Rusia yang akan dilakukan," demikian keterangan DLR.
Jerman sebelumnya bekerja dengan Rusia dalam misi Bion M, yang mengirim 45 tikus dan beberapa spesies kadal, ikan, dan siput dalam perjalanan luar angkasa selama sebulan pada 2013. Kedua negara juga telah berkolaborasi dalam pengembangan teknologi robot untuk eksplorasi ruang angkasa.
Yang paling signifikan, adalah Jerman merupakan penyumbang terbesar anggaran Badan Antariksa Eropa (ESA), bagian kemitraan Stasiun Luar Angkasa Internasional yang melibatkan Rusia, Jepang, dan AS. Saat ini, astronot Jerman Matthias Maurer berada di pos terdepan orbit bersama dengan kosmonot Rusia Pyotr Dubrov dan Anton Shkaplerov. Astronot NASA Kayla Barron, Mark Vande Hei, Raja Chari dan Thomas Mashburn juga berada di stasiun luar angkasa.
Rusia sebelumnya mengatakan tidak berencana untuk bekerja sama dengan negara-negara barat dalam upaya eksplorasi ruang angkasa di masa depan di luar ISS. Namun, smapai saat ini, kerja sama ISS tetap tidak berubah.
Badan antariksa Prancis CNES mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Rabu 2 Maret 2022 bahwa kolaborasi ISS di bawah ESA berlanjut dengan keterlibatan semua mitra. Hal yang sama berlaku untuk beberapa kemitraan penelitian CNES/Roscosmos di stasiun luar angkasa yang berfokus pada kedokteran luar angkasa.
CNES, yang mengoperasikan pelabuhan antariksa Eropa di Kourou, Guyana Prancis, saat ini sedang mencari pengganti roket Soyuz yang dipasok Rusia. Penyedia peluncuran Eropa Arianespace telah menggunakan Soyuz sejak 2011 untuk melengkapi peluncur Vega ringan dan Ariane 5 angkat berat.
CNES mengikuti keputusan Rusia awal pekan ini untuk segera menghentikan peluncuran Soyuz dari Guyana Prancis, mengingat apa yang dianggap Rusia sebagai agresi barat. Jerman sebelumnya telah dikritik karena sikapnya yang permisif terhadap Rusia setelah pencaplokan militer tahun 2014 atas bekas wilayah Ukraina di Krimea.
Lihat Juga: Misteri Rudal Hipersonik Oreshnik Rusia Gempur Ukraina, Dikira Rudal Balistik Antarbenua
(wib)