Fenomena Badai Pasir Diprediksi Akan Terjang Eropa
loading...
A
A
A
LONDON - Fenomena badai pasir yang melanda sejumlah negara di kawasan Asia Barat hingga menyebabkan langit berwarna merah dikhawatirkan menyebar ke seluruh Benua Eropa pada pekan depan.
Seperti dilansir dari Mirror, negara-negara Teluk seperti Kuwait, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Suriah, dan Irak kini dilanda fenomena tersebut dengan udara sekitar yang berubah warna menjadi oranye.
Wilayah tersebut telah dilanda cuaca ekstrem sejak pertengahan Maret, namun para ahli cuaca yakin fenomena badai pasir bisa menyebar ke negara lain.
Mereka mengatakan badai pasir kali ini lebih berbahaya dan bisa berakibat fatal setelah dokter di Suriah dilaporkan merawat begitu banyak pasien yang kesulitan bernapas akibat menghirup debu pasir.
Sebagian besar negara Teluk juga telah menyatakan keadaan darurat karena situasi tersebut.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Suriah Seif al-Bard mengatakan tiga orang tewas akibat badai pasir di provinsi Deir ez-Zor. Menyusul perkembangan tersebut, ia mengeluarkan peringatan tentang bahaya fenomena tersebut ke negara lain.
"Efek badai pasir ini melampaui batas regional dan benua. Ini bukan masalah orang lain, tapi masalah kita semua,” ujarnya.
Maret lalu, angin yang membawa pasir dilaporkan menerjang wilayah pesisir di Inggris, sementara beberapa minggu sebelumnya, debu pasir telah mempengaruhi sebagian wilayah di Prancis dan Spanyol.
Awan debu Gurun Sahara juga menghasilkan efek 'hujan darah' di London dan menyebabkan jalanan Inggris tertutup debu.
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nevada, Muge Akpinar-Elci mengatakan kepada surat kabar The Guardian bahwa situasinya sangat mengkhawatirkan.
“ Badai pasir tidak hanya mempengaruhi satu negara atau lokasi tertentu, tetapi dapat mempengaruhi negara lain di seluruh dunia,” katanya.
Menurut layanan meteorologi Accuweather, Inggris akan mengalami radiasi tingkat delapan ultra violet (UV) dalam indeks UV mulai 18 Juni yang dianggap 'tidak sehat'. Diperkirakan berlangsung selama tiga hari.
Seperti dilansir dari Mirror, negara-negara Teluk seperti Kuwait, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Suriah, dan Irak kini dilanda fenomena tersebut dengan udara sekitar yang berubah warna menjadi oranye.
Wilayah tersebut telah dilanda cuaca ekstrem sejak pertengahan Maret, namun para ahli cuaca yakin fenomena badai pasir bisa menyebar ke negara lain.
Mereka mengatakan badai pasir kali ini lebih berbahaya dan bisa berakibat fatal setelah dokter di Suriah dilaporkan merawat begitu banyak pasien yang kesulitan bernapas akibat menghirup debu pasir.
Sebagian besar negara Teluk juga telah menyatakan keadaan darurat karena situasi tersebut.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Suriah Seif al-Bard mengatakan tiga orang tewas akibat badai pasir di provinsi Deir ez-Zor. Menyusul perkembangan tersebut, ia mengeluarkan peringatan tentang bahaya fenomena tersebut ke negara lain.
"Efek badai pasir ini melampaui batas regional dan benua. Ini bukan masalah orang lain, tapi masalah kita semua,” ujarnya.
Maret lalu, angin yang membawa pasir dilaporkan menerjang wilayah pesisir di Inggris, sementara beberapa minggu sebelumnya, debu pasir telah mempengaruhi sebagian wilayah di Prancis dan Spanyol.
Awan debu Gurun Sahara juga menghasilkan efek 'hujan darah' di London dan menyebabkan jalanan Inggris tertutup debu.
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nevada, Muge Akpinar-Elci mengatakan kepada surat kabar The Guardian bahwa situasinya sangat mengkhawatirkan.
“ Badai pasir tidak hanya mempengaruhi satu negara atau lokasi tertentu, tetapi dapat mempengaruhi negara lain di seluruh dunia,” katanya.
Menurut layanan meteorologi Accuweather, Inggris akan mengalami radiasi tingkat delapan ultra violet (UV) dalam indeks UV mulai 18 Juni yang dianggap 'tidak sehat'. Diperkirakan berlangsung selama tiga hari.
(wbs)