Pertama Kali Terbang Sudah Mengesankan, Pesawat Tempur KF-21 Korsel Dilengkapi 4 Rudal Meteor
loading...
A
A
A
SEOUL - Pesawat tempur canggih generasi berikutnya KF-21 Korea Selatan terbang untuk pertama kalinya dari Bandara Sacheon, Rabu (20/7/2022). Penerbangan pertama KF-21 semakin mengesankan, karena tampil lengkap dengan empat mock-up rudal udara-ke-udara jarak jauh Meteor (AAM) di bawah badan pesawat.
Prototipe pertama (serial 001) KF-21, bernama Boramae, yang berarti elang dalam bahasa Korea, lepas landas pada pukul 15:40 waktu setempat, setelah tertunda sesaat karena cuaca, dan mendarat pada pukul 16:13. Prototipe KF-21 Boramae memakai bendera Korea Selatan dan Indonesia (sebagai mitra) di bagian hidung.
Penerbangan pertama pesawat tempur KF-21 ini adalah tonggak terbaru dan paling signifikan dalam program pengembangan yang sangat cepat untuk jet tempur modern. Penerbangan ini terjadi hanya sekitar dua minggu setelah pertama kali KF-21 melakukan tes darat di Bandara Sacheon, sebelah Tenggara Korea Selatan.
Dapat dimengerti, penerbangan pertama KF-21 mendapat perhatian besar media Korea Selatan, termasuk kantor berita Yonhap. Sebab, setelah sekitar enam setengah tahun proyek pengembangan raksasa ini mendapat sikap skeptisisme atas hambatan teknologi, efektivitas biaya, dan berbagai pertanyaan soal kelayakan lainnya.
“Saat kami selangkah lebih dekat pada keberhasilan pengembangan pesawat tempur lokal, ini menjadi lompatan baru dalam teknologi penerbangan domestik dan kebangkitan militer berteknologi tinggi yang kuat,” kata Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (Defense Acquisition Program Administration/DAPA) yang mengelola Pengadaan pertahanan Korea Selatan, dikutip SINDOnews dari laman The War Zone, Rabu (20/7/2022).
DAPA menggambarkan pesawat tempur KF-21 sebagai jet tempur generasi 4,5 yang merupakan kategori umum untuk mendefinisikan pesawat tempur baru atau yang dimodernisasi secara signifikan. Berbeda dengan pesawat tempur generasi kelima, yang biasanya tidak memiliki atribut kunci seperti kemampuan siluman sebagai desain utama dan sensor canggih di antara atribut lainnya.
Di sisi lain, dengan KF-21, Korea Selatan telah memilih rute yang sangat berbeda untuk menghasilkan pesawat tempur generasi 4,5, seperti Super Hornet, Eurofighter Typhoon atau Dassault Rafale. Sebagai gantinya, KF-21 tidak hanya akan menambah kemampuan misi baru tetapi juga mengarah ke versi jet dengan karakteristik rendah yang jauh lebih signifikan, termasuk pembawa senjata internal.
Bahkan dalam bentuk awalnya, yang dikenal sebagai Blok 1, KF-21 akan dilengkapi dengan radar active electronically scaned array (AESA) dan infrared search and track (IRST) untuk menangkap target udara. Dalam pendekatan ini, Seoul tampaknya secara cerdik menemukan cara untuk menghindari biaya besar dan proses panjang yang melekat dalam mengembangkan pesawat tempur generasi kelima.
Pada saat yang sama, KF-21 dasar berjanji untuk menawarkan banyak kelebihan dibandingkan pesawat tempur generasi 4,5 saingan lainnya. Nilai total program KF-21 dipatok pada 8,8 triliun won, setara dengan USD6,67 miliar jika dikonversikan dengan nilai tukar saat ini.
Seoul berharap bisa mendapatkan KF-21 versi Blok 1 untuk Angkatan Udara Korsel (Republic of Korea Air Force/ROKAF) dengan cepat melalui program ini. Korea Aerospace Industries (KAI) berencana memproduksi KF-21 produksi seri pertama antara tahun 2026 dan 2028, untuk penggantian pesawat tempur F-4E Phantom II dan F-5E/F Tiger II milik ROKAF yang sudah tua.
Diperkirakan sampai pada tahun 2032 akan diproduksi sebanyak 120 unit pesawat tempur KF-21 Blok 1, diikuti pengembangan Blok 2 yang secara signifikan mampu melakukan misi udara-ke-darat. Blok 2 akan menggabungkan tingkat observabilitas rendah yang ditingkatkan dengan senjata udara-ke-darat yang dibawa secara internal untuk menembus pertahanan udara target tinggi.
Prototipe pertama (serial 001) KF-21, bernama Boramae, yang berarti elang dalam bahasa Korea, lepas landas pada pukul 15:40 waktu setempat, setelah tertunda sesaat karena cuaca, dan mendarat pada pukul 16:13. Prototipe KF-21 Boramae memakai bendera Korea Selatan dan Indonesia (sebagai mitra) di bagian hidung.
Penerbangan pertama pesawat tempur KF-21 ini adalah tonggak terbaru dan paling signifikan dalam program pengembangan yang sangat cepat untuk jet tempur modern. Penerbangan ini terjadi hanya sekitar dua minggu setelah pertama kali KF-21 melakukan tes darat di Bandara Sacheon, sebelah Tenggara Korea Selatan.
Dapat dimengerti, penerbangan pertama KF-21 mendapat perhatian besar media Korea Selatan, termasuk kantor berita Yonhap. Sebab, setelah sekitar enam setengah tahun proyek pengembangan raksasa ini mendapat sikap skeptisisme atas hambatan teknologi, efektivitas biaya, dan berbagai pertanyaan soal kelayakan lainnya.
“Saat kami selangkah lebih dekat pada keberhasilan pengembangan pesawat tempur lokal, ini menjadi lompatan baru dalam teknologi penerbangan domestik dan kebangkitan militer berteknologi tinggi yang kuat,” kata Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (Defense Acquisition Program Administration/DAPA) yang mengelola Pengadaan pertahanan Korea Selatan, dikutip SINDOnews dari laman The War Zone, Rabu (20/7/2022).
DAPA menggambarkan pesawat tempur KF-21 sebagai jet tempur generasi 4,5 yang merupakan kategori umum untuk mendefinisikan pesawat tempur baru atau yang dimodernisasi secara signifikan. Berbeda dengan pesawat tempur generasi kelima, yang biasanya tidak memiliki atribut kunci seperti kemampuan siluman sebagai desain utama dan sensor canggih di antara atribut lainnya.
Di sisi lain, dengan KF-21, Korea Selatan telah memilih rute yang sangat berbeda untuk menghasilkan pesawat tempur generasi 4,5, seperti Super Hornet, Eurofighter Typhoon atau Dassault Rafale. Sebagai gantinya, KF-21 tidak hanya akan menambah kemampuan misi baru tetapi juga mengarah ke versi jet dengan karakteristik rendah yang jauh lebih signifikan, termasuk pembawa senjata internal.
Bahkan dalam bentuk awalnya, yang dikenal sebagai Blok 1, KF-21 akan dilengkapi dengan radar active electronically scaned array (AESA) dan infrared search and track (IRST) untuk menangkap target udara. Dalam pendekatan ini, Seoul tampaknya secara cerdik menemukan cara untuk menghindari biaya besar dan proses panjang yang melekat dalam mengembangkan pesawat tempur generasi kelima.
Pada saat yang sama, KF-21 dasar berjanji untuk menawarkan banyak kelebihan dibandingkan pesawat tempur generasi 4,5 saingan lainnya. Nilai total program KF-21 dipatok pada 8,8 triliun won, setara dengan USD6,67 miliar jika dikonversikan dengan nilai tukar saat ini.
Seoul berharap bisa mendapatkan KF-21 versi Blok 1 untuk Angkatan Udara Korsel (Republic of Korea Air Force/ROKAF) dengan cepat melalui program ini. Korea Aerospace Industries (KAI) berencana memproduksi KF-21 produksi seri pertama antara tahun 2026 dan 2028, untuk penggantian pesawat tempur F-4E Phantom II dan F-5E/F Tiger II milik ROKAF yang sudah tua.
Diperkirakan sampai pada tahun 2032 akan diproduksi sebanyak 120 unit pesawat tempur KF-21 Blok 1, diikuti pengembangan Blok 2 yang secara signifikan mampu melakukan misi udara-ke-darat. Blok 2 akan menggabungkan tingkat observabilitas rendah yang ditingkatkan dengan senjata udara-ke-darat yang dibawa secara internal untuk menembus pertahanan udara target tinggi.
(wib)