4 Dampak Revolusi Bumi, Nomor 3 Hadirkan Perubahan Musim
loading...
A
A
A
JAKARTA - Revolusi bumi merupakan gerakan bumi pada orbitnya yang mengelilingi matahari. Dalam satu kali revolusi , bumi membutuhkan waktu sekitar 365 hari 6 jam 9 menit 10 detik atau satu tahun.
Saat berevolusi, bumi mengikuti lintasan yang disebut dengan orbit bumi. Karena diukur dengan garis khatulistiwa yang bergerak dengan kemiringan lalu membentuk sudut hingga mencapai 23,50 derajat terhadap matahari. Berikut dampak dari revolusi Bumi.
1. Gerak Semu Tahunan Matahari
Gerak semu tahunan matahari ini merupakan pergerakan matahari lebih banyak menerangi ke arah bumi bagian utara dan utara menuju selatan selama 6 bulan atau setengah tahun lamanya. Sebenarnya sumbu rotasi bumi tidak sejajar dengan revolusi bumi.
Sumbu bumi miring di perkirakan sekitar 23,5 derajat yang memnyebabkan matahari tidak selalu terlihat atas garis khatulistiwa. Namun berada di tampak samping utara atau selatan bumi. Hal inilah yang mengakibatkan gerakan revolusi bumi dengan sumbu rotasi miring matahari yang seolah-olah bergeser.
2. Perubahan Rasi Bintang
Di setiap bagian bumi, pasti rasi bintang terlihat berbeda-beda. Rasi bintang ini dari sekumpulan beberapa bintang yang membentuk pada pola-pola tertentu.
Saat bumi berada di sebelah utara matahari, hanya rasi bintang sebelah utara matahari yang terlihat. Maka dari perubahan rasi bintang itulah yang menyebabkan bumi terlihat akan selalu berubah.
3. Pergantian Musim
Revolusi bumi bisa mempengaruhi musim sehingga berdasarkan waktu setiap tahunnya musim selalu berganti. Di Indonesia, terdapat 2 musim yang berbeda, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Akan lebih menyulitkan ketika tidak terjadi pergantian musim di setiap daerah.
4. Perbedaan Waktu Siang dan Malam
Saat waktu siang dan malam di bagian utara dan setalan tentu berbeda dengan bagian garis khatulistiwa. Dari Revolusi bumi dan kemiringan sumbu bumi yang menyebabkan gejala alam bisa terjadi bahkan selalu berulang di setiap tahunnya.
Pada bagian bumi khatulistiwa, waktu antara siang dan malam masing-masing sekitar 12 jam. Semakin ke arah utara dan selatan, maka frekuensi waktu siang dan malam akan terasa lebih lama.
MG/ Nurhalimah Zahra
Saat berevolusi, bumi mengikuti lintasan yang disebut dengan orbit bumi. Karena diukur dengan garis khatulistiwa yang bergerak dengan kemiringan lalu membentuk sudut hingga mencapai 23,50 derajat terhadap matahari. Berikut dampak dari revolusi Bumi.
1. Gerak Semu Tahunan Matahari
Gerak semu tahunan matahari ini merupakan pergerakan matahari lebih banyak menerangi ke arah bumi bagian utara dan utara menuju selatan selama 6 bulan atau setengah tahun lamanya. Sebenarnya sumbu rotasi bumi tidak sejajar dengan revolusi bumi.
Sumbu bumi miring di perkirakan sekitar 23,5 derajat yang memnyebabkan matahari tidak selalu terlihat atas garis khatulistiwa. Namun berada di tampak samping utara atau selatan bumi. Hal inilah yang mengakibatkan gerakan revolusi bumi dengan sumbu rotasi miring matahari yang seolah-olah bergeser.
2. Perubahan Rasi Bintang
Di setiap bagian bumi, pasti rasi bintang terlihat berbeda-beda. Rasi bintang ini dari sekumpulan beberapa bintang yang membentuk pada pola-pola tertentu.
Saat bumi berada di sebelah utara matahari, hanya rasi bintang sebelah utara matahari yang terlihat. Maka dari perubahan rasi bintang itulah yang menyebabkan bumi terlihat akan selalu berubah.
3. Pergantian Musim
Revolusi bumi bisa mempengaruhi musim sehingga berdasarkan waktu setiap tahunnya musim selalu berganti. Di Indonesia, terdapat 2 musim yang berbeda, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Akan lebih menyulitkan ketika tidak terjadi pergantian musim di setiap daerah.
4. Perbedaan Waktu Siang dan Malam
Saat waktu siang dan malam di bagian utara dan setalan tentu berbeda dengan bagian garis khatulistiwa. Dari Revolusi bumi dan kemiringan sumbu bumi yang menyebabkan gejala alam bisa terjadi bahkan selalu berulang di setiap tahunnya.
Pada bagian bumi khatulistiwa, waktu antara siang dan malam masing-masing sekitar 12 jam. Semakin ke arah utara dan selatan, maka frekuensi waktu siang dan malam akan terasa lebih lama.
MG/ Nurhalimah Zahra
(wib)