Terungkap, Ini Jawaban Mengapa Hiu Martil Punya Kepala yang Unik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hiu martil merupakan hiu yang sangat berbeda dibanding lainnya. Kepalanya yang mirip martil itu membuatnya terlihat lebih sangar. Bentuk kepala hiu martil memang sangat unik. Terkesan kepala hiu martil ditarik ke kiri dan ke kanan hingga kedua matanya ikut berjauhan.
Setiap bentuk yang terjadi di alam terbentuk bukan tanpa sebab atau alasan. Begitu juga dengan hiu martil dengan bentuk kepalanya yang sangat aneh. Gavin Naylor, Florida Program for Shark Research Director University of Florida dalam tulisannya di IFL Science menyebutkan setidaknya ada tiga manfaat dari bentuk kepala hiy martil.
Yang pertama berkaitan dengan penglihatan. Kedua mata hiu martil bisa menujuk ke dua arah yang berlawanan karena posisinya yang unik. Alhasil mata hiu martil bisa melihat dan memimndai kondisi lingkungan yang ada di sekitarnya. "Tetapi itu akan sulit untuk mengatakan seberapa jauh jarak objek yang dilihat," tulis Gavin Naylor.
Untuk menebus kekurangan itu, hiu martil memiliki organ indera khusus, yang disebut ampullae of Lorenzini, yang tersebar di bagian bawah palu mereka. Organ seperti pori-pori ini dapat mendeteksi listrik.
Pori-pori itu pada dasarnya bertindak seperti detektor logam, merasakan dan menemukan mangsa yang terkubur di bawah pasir di dasar laut. "Hiu biasa memiliki organ indera ini juga, tetapi hiu martil memiliki lebih banyak. Semakin jauh jarak organ-organ sensorik ini pada kepala martil yang terjulur, semakin akurat mereka dalam menentukan lokasi makanan," jelasnya.
Terakhir, kepala yang mirip palu itu akan membantu hiu berbelok lebih cepat saat berenang. Berkat kepala yang unik itu dia dapat berbalik lebih cepat untuk menangkapnya daripada hiu lainnya.
Namun itu baru kelebihan dari kepala yang berbentuk palu. Gavin Naylor mengatakan perlu adanya penelusuran lebih dalam mengenai leluhur hiu martil.
Perlu diketahui apakah bentuk kepala itu memang sudah ada dari sananya atau memang mengalami transformasi. Diperlukan penelitian terhadap fosil-fosil leluhur hiu martil untuk menemukan jawabannya. Dugaan awal, kepala hiu martil memang merupakan proses evolusi.
"Sayang fosil yang tersisa hanyalah gigi saja karena badan hiu memang tidak memiliki tulang tapi tulang rawan elastis (cartilage) seperti kuping dan hidung manusia," tulis Gavin Naylor.
Ketiadaan fosil itu membuat Gavin Naylor melakukan penelitian DNA. DNA adalah materi genetik yang ditemukan dalam sel yang membawa informasi tentang bagaimana makhluk hidup akan terlihat dan berfungsi. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat bagaimana makhluk hidup terkait.
"Kami mengambil DNA dari delapan dari sembilan spesies martil dan menggunakannya untuk melihat hubungan di antara mereka. Hasilnya sama sekali tidak seperti yang kami harapkan. Spesies yang lebih tua memiliki palu yang lebih besar secara proporsional dan spesies yang lebih muda memiliki palu yang lebih kecil," terangnya.
Gavin Naylor berteori, hiu martil memang mengalami perubahan kepala melalui proses evolusi. Hanya saja caranya beda dengan yang dikenal oleh masyarakat ilmiah saat ini.
Evolusi membuat makhluk hidup berubah sedikit demi sedikit, perlahan-lahan menyesuaikan diri untuk memanfaatkan lingkungan mereka dengan lebih baik. Proses ini disebut seleksi alam. Hiu martil justru mengalami keunikan di kepala karena adanya kecatatan genetik.
"Terkadang seekor hewan bisa terlahir dengan cacat genetik yang ternyata sangat berguna untuk kelangsungan hidupnya. Selama kelainan itu bisa bertahan dan hewan itu bisa kawin, sifat itu bisa diturunkan. Kami pikir itulah yang terjadi dengan hiu martil," pungkasnya.
Setiap bentuk yang terjadi di alam terbentuk bukan tanpa sebab atau alasan. Begitu juga dengan hiu martil dengan bentuk kepalanya yang sangat aneh. Gavin Naylor, Florida Program for Shark Research Director University of Florida dalam tulisannya di IFL Science menyebutkan setidaknya ada tiga manfaat dari bentuk kepala hiy martil.
Yang pertama berkaitan dengan penglihatan. Kedua mata hiu martil bisa menujuk ke dua arah yang berlawanan karena posisinya yang unik. Alhasil mata hiu martil bisa melihat dan memimndai kondisi lingkungan yang ada di sekitarnya. "Tetapi itu akan sulit untuk mengatakan seberapa jauh jarak objek yang dilihat," tulis Gavin Naylor.
Untuk menebus kekurangan itu, hiu martil memiliki organ indera khusus, yang disebut ampullae of Lorenzini, yang tersebar di bagian bawah palu mereka. Organ seperti pori-pori ini dapat mendeteksi listrik.
Pori-pori itu pada dasarnya bertindak seperti detektor logam, merasakan dan menemukan mangsa yang terkubur di bawah pasir di dasar laut. "Hiu biasa memiliki organ indera ini juga, tetapi hiu martil memiliki lebih banyak. Semakin jauh jarak organ-organ sensorik ini pada kepala martil yang terjulur, semakin akurat mereka dalam menentukan lokasi makanan," jelasnya.
Terakhir, kepala yang mirip palu itu akan membantu hiu berbelok lebih cepat saat berenang. Berkat kepala yang unik itu dia dapat berbalik lebih cepat untuk menangkapnya daripada hiu lainnya.
Namun itu baru kelebihan dari kepala yang berbentuk palu. Gavin Naylor mengatakan perlu adanya penelusuran lebih dalam mengenai leluhur hiu martil.
Perlu diketahui apakah bentuk kepala itu memang sudah ada dari sananya atau memang mengalami transformasi. Diperlukan penelitian terhadap fosil-fosil leluhur hiu martil untuk menemukan jawabannya. Dugaan awal, kepala hiu martil memang merupakan proses evolusi.
"Sayang fosil yang tersisa hanyalah gigi saja karena badan hiu memang tidak memiliki tulang tapi tulang rawan elastis (cartilage) seperti kuping dan hidung manusia," tulis Gavin Naylor.
Ketiadaan fosil itu membuat Gavin Naylor melakukan penelitian DNA. DNA adalah materi genetik yang ditemukan dalam sel yang membawa informasi tentang bagaimana makhluk hidup akan terlihat dan berfungsi. Hal ini juga dapat digunakan untuk melihat bagaimana makhluk hidup terkait.
"Kami mengambil DNA dari delapan dari sembilan spesies martil dan menggunakannya untuk melihat hubungan di antara mereka. Hasilnya sama sekali tidak seperti yang kami harapkan. Spesies yang lebih tua memiliki palu yang lebih besar secara proporsional dan spesies yang lebih muda memiliki palu yang lebih kecil," terangnya.
Gavin Naylor berteori, hiu martil memang mengalami perubahan kepala melalui proses evolusi. Hanya saja caranya beda dengan yang dikenal oleh masyarakat ilmiah saat ini.
Evolusi membuat makhluk hidup berubah sedikit demi sedikit, perlahan-lahan menyesuaikan diri untuk memanfaatkan lingkungan mereka dengan lebih baik. Proses ini disebut seleksi alam. Hiu martil justru mengalami keunikan di kepala karena adanya kecatatan genetik.
"Terkadang seekor hewan bisa terlahir dengan cacat genetik yang ternyata sangat berguna untuk kelangsungan hidupnya. Selama kelainan itu bisa bertahan dan hewan itu bisa kawin, sifat itu bisa diturunkan. Kami pikir itulah yang terjadi dengan hiu martil," pungkasnya.
(wsb)