Ciri Fisik dan Ukuran Ular Monster Titanoboa yang Sudah Punah
loading...
A
A
A
AMERIKA - Ular raksasa Titanoboa adalah ular terbesar yang pernah ditemukan di dunia. Hidup pada 58 juta-61 juta tahun lalu. Tepatnya, pada masa Paleogen. Habitat asli ular Titanoboa ini sangat mirip dengan habitat asli Anaconda.
Walau sudah lama punah, namun kerangka tubuh ular ini masih bisa kita lihat di Museum Sejarah Alam, Florida, Amerika Serikat.
Para ilmuwah menduga, punahnya ular raksasa Titanoboa diakibatkan karena adanya perubahan iklim. Termasuk penurunan suhu bumi, yang membuat punahnya hewan sebesar Titanoboa dan muncul jenis ular yang lebih kecil.
Fosil ular Titanoboa ditemukan di sebuah tambang batu bara di bagian utara Cerrejon, Kolombia. Tepatnya pada 1994, oleh ahli geologi asal Kolombia Henry Garcia.
Namun, Henry Garcia tidak menyadari penemuannya. Fosil tersebut hanya ditempatkan di etalase perusahaan batu bara Cerrejon.
Ular Titanoboa di museum. Foto: ist
Pada 2003, sebuah ekspedisi pencarian fosil-fosil tumbuhan mulai diadakan di Cerrejon dan di dalam kegiatan ekspedisi tersebut ternyata diikuti oleh salah satu peneliti bernama Scott Wing yang merupakan pengawas dan pengurus tumbuhan di Smithsonian’s National Museum of Natural History.
Di dalam ekspedisi tersebut Wing menyadari fosil asing yang ditemukan Henry Gracia bukan fosil yang berasal dari tumbuhan, melainkan fosil dari hewan darat.
Pemberitaan terkait penemuan fosil ular Titanoboa membuat para ilmuwan mulai melakukan identifikasi tulang-tulang milik ular Titanoboa dan melakukan ekspedisi baru. Dengan harapan bisa mengumpulkan fosil-fosil hewan ini.
Juga, membuat para ilmuwan mulai melakukan ekspedisi dengan mengumpulkan berbagai fosil yang tersisa dari ular Titanoboa.
Ciri khas yang dimiliki oleh ular Titanoboa adalah gigi yang rapat. Ular dengan panjang dan berat melebihi Anaconda raksasa tersebut bisa memakan kura-kura dan buaya purba yang tinggal di satu habitat yang sama dengannya dengan mudah.
Tidak hanya itu, Titanoboa bisa memiliki panjang 13 meter dengan berat 1,25 ton. Menariknya, setelah memakan buaya dan kura-kura purba, ular Titanoboa tidak akan makan selama berbulan-bulan.
MG/Nabillah Amanda Rahmawaty
Walau sudah lama punah, namun kerangka tubuh ular ini masih bisa kita lihat di Museum Sejarah Alam, Florida, Amerika Serikat.
Para ilmuwah menduga, punahnya ular raksasa Titanoboa diakibatkan karena adanya perubahan iklim. Termasuk penurunan suhu bumi, yang membuat punahnya hewan sebesar Titanoboa dan muncul jenis ular yang lebih kecil.
Fosil ular Titanoboa ditemukan di sebuah tambang batu bara di bagian utara Cerrejon, Kolombia. Tepatnya pada 1994, oleh ahli geologi asal Kolombia Henry Garcia.
Namun, Henry Garcia tidak menyadari penemuannya. Fosil tersebut hanya ditempatkan di etalase perusahaan batu bara Cerrejon.
Ular Titanoboa di museum. Foto: ist
Pada 2003, sebuah ekspedisi pencarian fosil-fosil tumbuhan mulai diadakan di Cerrejon dan di dalam kegiatan ekspedisi tersebut ternyata diikuti oleh salah satu peneliti bernama Scott Wing yang merupakan pengawas dan pengurus tumbuhan di Smithsonian’s National Museum of Natural History.
Di dalam ekspedisi tersebut Wing menyadari fosil asing yang ditemukan Henry Gracia bukan fosil yang berasal dari tumbuhan, melainkan fosil dari hewan darat.
Pemberitaan terkait penemuan fosil ular Titanoboa membuat para ilmuwan mulai melakukan identifikasi tulang-tulang milik ular Titanoboa dan melakukan ekspedisi baru. Dengan harapan bisa mengumpulkan fosil-fosil hewan ini.
Juga, membuat para ilmuwan mulai melakukan ekspedisi dengan mengumpulkan berbagai fosil yang tersisa dari ular Titanoboa.
Ciri khas yang dimiliki oleh ular Titanoboa adalah gigi yang rapat. Ular dengan panjang dan berat melebihi Anaconda raksasa tersebut bisa memakan kura-kura dan buaya purba yang tinggal di satu habitat yang sama dengannya dengan mudah.
Tidak hanya itu, Titanoboa bisa memiliki panjang 13 meter dengan berat 1,25 ton. Menariknya, setelah memakan buaya dan kura-kura purba, ular Titanoboa tidak akan makan selama berbulan-bulan.
MG/Nabillah Amanda Rahmawaty
(dan)