Bukan Mitos, Ini Cara Melewati Lie Detector tanpa Ketahuan Bohong
loading...
A
A
A
JAKARTA - Cara melewati Lie Detector tanpa ketahuan berbohong ternyata bukan mitos belaka. Penulis buku George Maschke dan Gino Scalabrini mengajarkan caranya.
Lie Detector saat ini jadi pembicaraan masyarakat berkaitan kasus pembunuhan Brigadir Joshua yang diduga dilakukan oleh mantan Kadiv Propam Polri, Ferdy Sambo dan empat tersangka lainnya Putri Candrawathi, Kuwat Ma'ruf, Brigadir Eliezer, dan Brigadir Ricky Rizal. Seluruh tersangka harus menjalani pemeriksaan Lie Detector guna mengungkap peristiwa materil pembunuhan Brigadir Joshua.
Diharapkan Lie Detector bisa memberikan fakta-fakta baru yang membuat kasus pembunuhan Brigadir Joshua semakin terang berderang. Masalahnya apakah semua orang tidak bisa berbohong ketika menjalani pengujian Lie Detector?
George Maschke dan Gino Scalabrini, penulis buku The Lie Behind Lie Detector mengatakan mesin detektor kebohongan sangat bergantung pada tanda-tanda perubahan psikologis. Mesin pendeteksi kebohongan hanya memberikan informasi kepada poligrafer mengenai perubahan-perubahan tanda psikologis tersebut ketika tersangka menjalani sesi tanya jawab.
Jadi menurut George Masche dan Gino Scalabrini tersangka tidak memahami betul bagaimana cara Lie Detector bekerja. Selebihnya dia harus mengkondisikan seluruh badan berikut indra-indra yang ada di tubuhnya ikut berbohong seiring dengan ucapan palsunya.
"Poligrafer menilai tes dengan membandingkan respons fisiologis seperti pernapasan, tekanan darah, jantung, dan tingkat keringat terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan," tulis George Mache.
Dia mengatakan teknik-teknik lolos dari mesin pendeteksi kebohongan sudah sangat sering diperlihatkan di berbagai film Hollywood. Contohnya film Ocean's Eleven dimana para perampok yang dipimpin Danny Ocean (George Clooney) harus melewati serangkaian tes uji kebohongan.
Salah satu cara yang paling sering dilakukan untuk melewati tes itu adalah mengatur tingkat detak jantung, tekanan darah, serta pernapasan. Untuk melakukannya hanya membutuhkan kemampuan agar bisa mendeteksi pertanyaan-pertanyaan yang menjebak.
Termasuk pertanyaan-pertanyaan yang harusnya bisa menimbulkan emosi. "Pertahankan pola pernapasan dasar Anda. Pikiran Anda harus lebih tenang mengetahui bahwa Anda dan bukan poligrafer Anda yang memegang kendali. Bahkan jika Anda menghasilkan sedikit respons ketika ditanya pertanyaan yang relevan, Anda akan secara artifisial menghasilkan respons yang lebih kuat saat menjawab pertanyaan," tulis Gino Scalabrini.
Sementara Doug Williams, mantan petugas kepolisian dari Oklahoma City Police Department, di Bloomberg Business mengaku sudah ribuan kali melakukan tes poligraf atau Lie Detector. Hanya dia selalu meragukan keefektifan dari tes tersebut.
"Lie Detector itu bukan ujian tapi bagian interogasi menegangkan agar tersangka ketakutan dan akhirnya mengaku," ujarnya.
Dia mengatakan poligraf tidak menemukan kebohongan tapi justru hanya merekam reaksi kegugupan yang dilakukan tersangka. Pasalnya yang direkam oleh Lie Detector hanyalah tekanan darah, detak jantung, dan reaksi kulit galvanis atau perubahan-perubahan dalam daya perlawanan listrik dari kulit saat berada dalam situasi tertentu.
"Semua orang bisa melewati Lie Detector dengan meniru respons psikologis pada waktu yang tepat," jelasnya.
Lie Detector saat ini jadi pembicaraan masyarakat berkaitan kasus pembunuhan Brigadir Joshua yang diduga dilakukan oleh mantan Kadiv Propam Polri, Ferdy Sambo dan empat tersangka lainnya Putri Candrawathi, Kuwat Ma'ruf, Brigadir Eliezer, dan Brigadir Ricky Rizal. Seluruh tersangka harus menjalani pemeriksaan Lie Detector guna mengungkap peristiwa materil pembunuhan Brigadir Joshua.
Diharapkan Lie Detector bisa memberikan fakta-fakta baru yang membuat kasus pembunuhan Brigadir Joshua semakin terang berderang. Masalahnya apakah semua orang tidak bisa berbohong ketika menjalani pengujian Lie Detector?
George Maschke dan Gino Scalabrini, penulis buku The Lie Behind Lie Detector mengatakan mesin detektor kebohongan sangat bergantung pada tanda-tanda perubahan psikologis. Mesin pendeteksi kebohongan hanya memberikan informasi kepada poligrafer mengenai perubahan-perubahan tanda psikologis tersebut ketika tersangka menjalani sesi tanya jawab.
Jadi menurut George Masche dan Gino Scalabrini tersangka tidak memahami betul bagaimana cara Lie Detector bekerja. Selebihnya dia harus mengkondisikan seluruh badan berikut indra-indra yang ada di tubuhnya ikut berbohong seiring dengan ucapan palsunya.
"Poligrafer menilai tes dengan membandingkan respons fisiologis seperti pernapasan, tekanan darah, jantung, dan tingkat keringat terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan," tulis George Mache.
Dia mengatakan teknik-teknik lolos dari mesin pendeteksi kebohongan sudah sangat sering diperlihatkan di berbagai film Hollywood. Contohnya film Ocean's Eleven dimana para perampok yang dipimpin Danny Ocean (George Clooney) harus melewati serangkaian tes uji kebohongan.
Salah satu cara yang paling sering dilakukan untuk melewati tes itu adalah mengatur tingkat detak jantung, tekanan darah, serta pernapasan. Untuk melakukannya hanya membutuhkan kemampuan agar bisa mendeteksi pertanyaan-pertanyaan yang menjebak.
Termasuk pertanyaan-pertanyaan yang harusnya bisa menimbulkan emosi. "Pertahankan pola pernapasan dasar Anda. Pikiran Anda harus lebih tenang mengetahui bahwa Anda dan bukan poligrafer Anda yang memegang kendali. Bahkan jika Anda menghasilkan sedikit respons ketika ditanya pertanyaan yang relevan, Anda akan secara artifisial menghasilkan respons yang lebih kuat saat menjawab pertanyaan," tulis Gino Scalabrini.
Sementara Doug Williams, mantan petugas kepolisian dari Oklahoma City Police Department, di Bloomberg Business mengaku sudah ribuan kali melakukan tes poligraf atau Lie Detector. Hanya dia selalu meragukan keefektifan dari tes tersebut.
"Lie Detector itu bukan ujian tapi bagian interogasi menegangkan agar tersangka ketakutan dan akhirnya mengaku," ujarnya.
Dia mengatakan poligraf tidak menemukan kebohongan tapi justru hanya merekam reaksi kegugupan yang dilakukan tersangka. Pasalnya yang direkam oleh Lie Detector hanyalah tekanan darah, detak jantung, dan reaksi kulit galvanis atau perubahan-perubahan dalam daya perlawanan listrik dari kulit saat berada dalam situasi tertentu.
"Semua orang bisa melewati Lie Detector dengan meniru respons psikologis pada waktu yang tepat," jelasnya.
(wsb)