Mengerikan, Wujud Ikan Laut Dalam Ini Bak Monster di Film Horror
loading...
A
A
A
AUSTRALIA - Banyak ikan laut dalam yang bertampang mengerikan dan memiliki wujud sangat unik. Ini, karena ikan-ikan tersebut hidup dalam kegelapan di bawah permukaan perairan yang disinari matahari.
Tepatnya, di bawah epipelagik atau zona fotik di lautan. Seperti penelitian baru yang diungkap oleh ilmuwan Australia di Institut Penelitian Museum Victoria. Mereka mengklaim menemukan ikan laut dalam yang langka.
Hal ini terungkap dalam penelitian untuk memetakan dasar laut di Taman Laut Kepulauan Cocos Australia secara mendetail untuk pertama kalinya dari September hingga 12 November 2022.
Para peneliti mengatakan mereka menemukan "pegunungan laut purba besar dengan puncak datar" yang terbentuk dari longsoran pasir yang merosot ke dasar laut.
Tak hanya itu, badan sains nasional Australia, Investigator, juga mensurvei kehidupan laut dalam yang sebelumnya tidak diketahui di wilayah Samudera Hindia.
Belut Congridae yang ditemukan di 2022. Foto: Museums Victoria
Menurut Museum, video bawah air yang mereka rekam mengungkap kehidupan ikan yang beragam. Termasuk belut buta yang sebelumnya tidak diketahui, batfish laut dalam, bulu babi Pancake, dan batu apung yang kemungkinan besar berasal dari letusan Krakatau tahun 1883 di Indonesia.
Ikan Batfish. Foto: Museums Victoria
"Kami telah menemukan sejumlah besar spesies baru yang berpotensi hidup di taman laut terpencil ini," kata kepala ilmuwan institut Dr. Tim O'Hara tentang ekspedisi tersebut. "Kami bangga bahwa peta, data, dan gambar kami akan digunakan oleh Parks Australia untuk mengelola taman laut baru di masa depan," tambahnya.
Tim ilmuwan juga merekam gambar tiga dimensi gunung di bawah pulau yang belum pernah dipetakan secara detail sebelumnya
Sciadonis. Foto: Museums Victoria
Ikan Highfin Lizard. Foto: Museums Victoria
Penemuan ini terjadi setelah pemerintah Australia memproklamasikan dua taman laut di seluruh wilayah Samudra Hindia negara itu pada Maret 2022 silam.
"Penelitian ini telah menghasilkan banyak penemuan penting tentang kehidupan laut dan medan laut dalam, dan kami sangat bangga dengan pekerjaan ini," kata CEO Museum Victoria LynleyCrosswell.
Tepatnya, di bawah epipelagik atau zona fotik di lautan. Seperti penelitian baru yang diungkap oleh ilmuwan Australia di Institut Penelitian Museum Victoria. Mereka mengklaim menemukan ikan laut dalam yang langka.
Hal ini terungkap dalam penelitian untuk memetakan dasar laut di Taman Laut Kepulauan Cocos Australia secara mendetail untuk pertama kalinya dari September hingga 12 November 2022.
Para peneliti mengatakan mereka menemukan "pegunungan laut purba besar dengan puncak datar" yang terbentuk dari longsoran pasir yang merosot ke dasar laut.
Tak hanya itu, badan sains nasional Australia, Investigator, juga mensurvei kehidupan laut dalam yang sebelumnya tidak diketahui di wilayah Samudera Hindia.
Belut Congridae yang ditemukan di 2022. Foto: Museums Victoria
Menurut Museum, video bawah air yang mereka rekam mengungkap kehidupan ikan yang beragam. Termasuk belut buta yang sebelumnya tidak diketahui, batfish laut dalam, bulu babi Pancake, dan batu apung yang kemungkinan besar berasal dari letusan Krakatau tahun 1883 di Indonesia.
Ikan Batfish. Foto: Museums Victoria
"Kami telah menemukan sejumlah besar spesies baru yang berpotensi hidup di taman laut terpencil ini," kata kepala ilmuwan institut Dr. Tim O'Hara tentang ekspedisi tersebut. "Kami bangga bahwa peta, data, dan gambar kami akan digunakan oleh Parks Australia untuk mengelola taman laut baru di masa depan," tambahnya.
Tim ilmuwan juga merekam gambar tiga dimensi gunung di bawah pulau yang belum pernah dipetakan secara detail sebelumnya
Sciadonis. Foto: Museums Victoria
Ikan Highfin Lizard. Foto: Museums Victoria
Penemuan ini terjadi setelah pemerintah Australia memproklamasikan dua taman laut di seluruh wilayah Samudra Hindia negara itu pada Maret 2022 silam.
"Penelitian ini telah menghasilkan banyak penemuan penting tentang kehidupan laut dan medan laut dalam, dan kami sangat bangga dengan pekerjaan ini," kata CEO Museum Victoria LynleyCrosswell.
(dan)