Makam Tertua di Mesir Ini Dibangun Mengikuti Titik Balik Matahari Musim Dingin
loading...
A
A
A
KAIRO - Para peneliti Universitas Malaga (UMA) dan Universitas Jaen (UJA) telah menemukan makam tertua di Mesir yang berorientasi pada titik balik matahari musim dingin. Makam ini terletak di pekuburan Qubbet el-Hawa (Aswan), tepat diorientasikan ke titik balik matahari musim dingin.
Ini merupakan makam gubernur, dikatalogkan dengan No 33, dan kemungkinan dibangun oleh Gubernur Heqaib-ankh. Makam tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga sinar matahari menyinari makam yang dihiasi patung gubernur kota Elephantine, yang hidup pada akhir Dinasti XII, sekitar tahun 1830 SM.
Dengan cara ini, makam tersebut dengan sempurna mencatat seluruh siklus matahari, terkait dengan gagasan kelahiran (kehidupan) kembali. Sementara titik balik matahari musim dingin berarti awal kemenangan sinar matahari atas kegelapan.
Berbeda dengan titik balik matahari musim panas, secara umum bertepatan dengan awal banjir tahunan Sungai Nil. Oleh karena itu kedua peristiwa tersebut memiliki simbolisme penting yang terkait dengan kebangkitan sosok sang gubernur.
Studi ini menunjukkan bahwa orang Mesir mampu menghitung posisi matahari dan orientasi sinarnya untuk merancang monumen mereka yang indah. “Meskipun makam Qubbet el-Hawa No. 33 adalah contoh tertua yang pernah ditemukan, tentu itu bukan satu-satunya satu,” kata para ilmuwan dikutip SINDOnews dari laman Phys, Sabtu (19/11/2022).
Makam ini digali oleh ilmuwan UJA antara tahun 2008 dan 2018. Sejak saat itu, telah dipelajari arsitekturnya oleh berbagai spesialis, di antaranya Profesor Arsitektur dari UMA Lola Joyanes, yang telah berpartisipasi dalam proyek ini sejak 2015 dan mengerjakan penelitiannya sendiri sejak 2019.
Dalam makalah ini, yang baru-baru ini diterbitkan di Mediterranean Archaeology and Archaeometry, para peneliti menjelaskan bahwa, untuk mencapai kesempurnaan dalam orientasi, arsitek Mesir hanya menggunakan tiang dua hasta. Ukuran panjang sekitar satu meter, sebuah bujur sangkar, dan beberapa jubah, yang diorientasikan sebagai kapel penguburan dan lokasi patung gubernur.
Selain itu, mereka menjelaskan bahwa arsitek Mesir tidak hanya mencapai orientasi yang sempurna, tetapi juga merancang volumenya dengan sangat presisi. Sebagaimana ditentukan dalam makalah sebelumnya yang diterbitkan oleh UJA pada tahun 2020, mengungkapkan bahwa volume makam telah dihitung dengan sempurna untuk menghindari bersinggungan dengan makam sebelumnya.
Ini merupakan makam gubernur, dikatalogkan dengan No 33, dan kemungkinan dibangun oleh Gubernur Heqaib-ankh. Makam tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga sinar matahari menyinari makam yang dihiasi patung gubernur kota Elephantine, yang hidup pada akhir Dinasti XII, sekitar tahun 1830 SM.
Dengan cara ini, makam tersebut dengan sempurna mencatat seluruh siklus matahari, terkait dengan gagasan kelahiran (kehidupan) kembali. Sementara titik balik matahari musim dingin berarti awal kemenangan sinar matahari atas kegelapan.
Berbeda dengan titik balik matahari musim panas, secara umum bertepatan dengan awal banjir tahunan Sungai Nil. Oleh karena itu kedua peristiwa tersebut memiliki simbolisme penting yang terkait dengan kebangkitan sosok sang gubernur.
Studi ini menunjukkan bahwa orang Mesir mampu menghitung posisi matahari dan orientasi sinarnya untuk merancang monumen mereka yang indah. “Meskipun makam Qubbet el-Hawa No. 33 adalah contoh tertua yang pernah ditemukan, tentu itu bukan satu-satunya satu,” kata para ilmuwan dikutip SINDOnews dari laman Phys, Sabtu (19/11/2022).
Makam ini digali oleh ilmuwan UJA antara tahun 2008 dan 2018. Sejak saat itu, telah dipelajari arsitekturnya oleh berbagai spesialis, di antaranya Profesor Arsitektur dari UMA Lola Joyanes, yang telah berpartisipasi dalam proyek ini sejak 2015 dan mengerjakan penelitiannya sendiri sejak 2019.
Dalam makalah ini, yang baru-baru ini diterbitkan di Mediterranean Archaeology and Archaeometry, para peneliti menjelaskan bahwa, untuk mencapai kesempurnaan dalam orientasi, arsitek Mesir hanya menggunakan tiang dua hasta. Ukuran panjang sekitar satu meter, sebuah bujur sangkar, dan beberapa jubah, yang diorientasikan sebagai kapel penguburan dan lokasi patung gubernur.
Selain itu, mereka menjelaskan bahwa arsitek Mesir tidak hanya mencapai orientasi yang sempurna, tetapi juga merancang volumenya dengan sangat presisi. Sebagaimana ditentukan dalam makalah sebelumnya yang diterbitkan oleh UJA pada tahun 2020, mengungkapkan bahwa volume makam telah dihitung dengan sempurna untuk menghindari bersinggungan dengan makam sebelumnya.
(wib)