Batu Langka Ini Dikira Mengandung Emas, Ternyata Jauh Lebih Berharga

Kamis, 08 Desember 2022 - 17:17 WIB
loading...
Batu Langka Ini Dikira Mengandung Emas, Ternyata Jauh Lebih Berharga
David Hole menunjukkan batu meteor yang ia temukan. Foto: ist
A A A
JAKARTA - Pada 2015, David Hole melakukan prospeksi di Maryborough Regional Park dekat Melbourne, Australia. Berbekal detektor logam, dia menemukan sesuatu yang tidak biasa. Yakni, batu kemerahan yang sangat berat yang terletak di tanah liat kuning.

David lantas membawanya pulang dan mencoba segala cara untuk membukanya. Ia yakin bahwa ada bongkahan emas di dalam batu itu.

Sebab, Maryborough berada di wilayah Goldfields, yang jadi tempat bersemayamnya logam mulia sejak abad ke-19.

Hole mencoba menggergaji batu, mengebornya, hingga menyiram batu dengan cairan asam. Namun semua usahanya sia-sia. Batu yang sangat keras tersebut tidak juga terbelah.

Tapi, ternyata setelah diteliti, batu tersebut merupakan bongkahan meteorit langka.

“Batu itu memiliki tampilan yang terpahat dan berlesung pipit. Itu terbentuk saat mereka melewati atmosfer, mereka meleleh di luar, dan atmosfer memahatnya,” kata ahli geologi museum Melbourne Dermot Henry kepada The Sydney Morning Herald.

Batu Langka Ini Dikira Mengandung Emas, Ternyata Jauh Lebih Berharga

Penampakan batu meteorit berusia 4,6 miliar tahun. Foto: ist

Seperti dilansir dari Science Alert, para peneliti telah menerbitkan makalah ilmiah yang menggambarkan meteorit berusia 4,6 miliar tahun yang mereka sebut Maryborough. Maryborough adalah nama kota terdekat dari penemuan meteor itu.

Beratnya 17 kilogram. Setelah menggunakan gergaji berlian untuk memotong sepotong kecil, mereka menemukan komposisinya memiliki persentase besi yang tinggi, membuatnya menjadi kondrit biasa H5.

Di dalamnya juga terdapat tetesan mineral logam kecil yang mengkristal yang disebut chondrules.

"Meteorit menyediakan bentuk eksplorasi ruang angkasa termurah. Mereka membawa kita kembali ke masa lalu, memberikan petunjuk tentang usia, pembentukan, dan kimia Tata Surya kita (termasuk Bumi)," ungkap Henry menerangkan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2203 seconds (0.1#10.140)