Gejolak Iklim Membahayakan Keselamatan Penerbangan
A
A
A
JAKARTA - Perubahan iklim memang bisa membuat perjalanan udara lebih bergejolak. Itu kita rasakan saat pesawat berada dalam awan hujan atau ketika landing dan take-off.
Namun belakangan potensi berdampak lebih drastis bisa saja terjadi. Sebuah studi terbaru di jurnal “Climatic Change” meneliti bagaimana kenaikan suhu udara memengaruhi kemampuan pesawat untuk lepas landas. Dan hasilnya memang mengkhawatirkan.
Peneliti dari Columbia University, NASA, dan Institut Manajemen Logistik melakukan penelitian dengan membangun model berdasarkan lima pesawat paling populer. Serta 19 bandara utama yang ada di dunia.
"Kami menemukan bahwa rata-rata, 10–30% penerbangan tahunan yang berangkat pada saat suhu maksimum harian memerlukan pengurangan batas berat di bawah bobot lepas landas maksimumnya. Dengan batasan rata-rata berkisar 0,5% sampai 4% dari total muatan pesawat, sekaligus bahan bakar pada pertengahan hingga akhir abad ini," simpul para peneliti.
Menurut mereka, masalahnya ada pada kepadatan udara. Bila udara hangat, menjadi kurang padat dan lebih ekspansif daripada udara yang lebih dingin. Artinya bahwa untuk lepas landas dalam suhu yang lebih hangat, pesawat terbang harus berada pada kecepatan yang lebih tinggi.
Mereka menambahkan, seiring dengan meningkatnya suhu udara, maka penerbangan harus memiliki landasan pacu yang lebih panjang.Para periset mencatat, saat mereka menguji pesawat kecil dan besar dalam modelnya, keduanya terpengaruh oleh suhu yang lebih tinggi. Akan ada beberapa dampak nyata akibat hal ini, yaitu maskapai penerbangan akan membatalkan dan menjadwal ulang penerbangan lebih karena panas yang berlebihan.
Atau maskapai penerbangan harus mulai berinvestasi di infrastruktur untuk memperpanjang landasan pacu. Selain itu, hal yang bisa dilakukan guna mengurangi potensi hal tak diinginkan adalah beban berat pesawat harus dikurangi sehingga memaksa maskapai mengurangi jumlah penumpang dan bagasi.
Namun belakangan potensi berdampak lebih drastis bisa saja terjadi. Sebuah studi terbaru di jurnal “Climatic Change” meneliti bagaimana kenaikan suhu udara memengaruhi kemampuan pesawat untuk lepas landas. Dan hasilnya memang mengkhawatirkan.
Peneliti dari Columbia University, NASA, dan Institut Manajemen Logistik melakukan penelitian dengan membangun model berdasarkan lima pesawat paling populer. Serta 19 bandara utama yang ada di dunia.
"Kami menemukan bahwa rata-rata, 10–30% penerbangan tahunan yang berangkat pada saat suhu maksimum harian memerlukan pengurangan batas berat di bawah bobot lepas landas maksimumnya. Dengan batasan rata-rata berkisar 0,5% sampai 4% dari total muatan pesawat, sekaligus bahan bakar pada pertengahan hingga akhir abad ini," simpul para peneliti.
Menurut mereka, masalahnya ada pada kepadatan udara. Bila udara hangat, menjadi kurang padat dan lebih ekspansif daripada udara yang lebih dingin. Artinya bahwa untuk lepas landas dalam suhu yang lebih hangat, pesawat terbang harus berada pada kecepatan yang lebih tinggi.
Mereka menambahkan, seiring dengan meningkatnya suhu udara, maka penerbangan harus memiliki landasan pacu yang lebih panjang.Para periset mencatat, saat mereka menguji pesawat kecil dan besar dalam modelnya, keduanya terpengaruh oleh suhu yang lebih tinggi. Akan ada beberapa dampak nyata akibat hal ini, yaitu maskapai penerbangan akan membatalkan dan menjadwal ulang penerbangan lebih karena panas yang berlebihan.
Atau maskapai penerbangan harus mulai berinvestasi di infrastruktur untuk memperpanjang landasan pacu. Selain itu, hal yang bisa dilakukan guna mengurangi potensi hal tak diinginkan adalah beban berat pesawat harus dikurangi sehingga memaksa maskapai mengurangi jumlah penumpang dan bagasi.
(mim)