Badan Antariksa Eropa Rilis Atlas 3D Paling Detail Galaksi Bimasakti
A
A
A
GRAFIK bintang paling detail yang pernah dibuat untuk Galaksi Bima saksi dan galaksi di sekitarnya telah dirilis Badan Antariksa Eropa (ESA). Data yang dirilis pekan ini termasuk ukuran sangat presisi sekitar 1,7 miliar bintang yang dikumpulkan penyelidik Gaia yang diluncurkan pada 2013.
Grafik terbaru ini setelah rilis dua tahun lalu ukuran lebih kecil yang mencakup dua juta bintang. Analisis awal telah mengungkap detail yang lebih bagus tentang populasi bintang di Galaksi Bimasakti, termasuk bagaimana bintang-bintang bergerak. Ini menjadi informasi penting untuk investigasi formasi dan evolusi galaksi tempat tata surya berada.
ESA yang berbasis di Paris menjelaskan, para astronom amatir dan profesional dapat mengakses data itu dan melakukan penemuan baru di galaksi Bima Saksi dan sekitarnya. Tidak seperti teleskop Hubble, NASA, yang mengambil gambar antariksa, Gaia mengukur jarak, gerakan, kecerahan, dan warna-warna bintang. Data ini kemudian diproses oleh ratusan pakar dan insinyur software untuk menghasilkan peta, termasuk asteroid di sistem tata surya dan grafik tiga dimensi bintang-bintang terdekat.
Temuan itu juga memungkinkan semua orang memvisualisasikan jumlah objek antariksa yang dipetakan oleh proyek tersebut. Temuan ini dirilis berdasarkan 22 bulan pembuatan grafik angkasa. Data baru itu termasuk posisi, indikator jarak, dan gerakan lebih dari satu miliar bintang, bersama dengan pengukuran presisi tinggi asteroid dalam tata surya kita dan bintang-bintang di luar Galaksi Bimasakti.
"Berbagai observasi yang dikumpulkan Gaia mendefinisikan kembali fondasi astronomi," papar Gunter Hasinger, Direktur Sains ESA dalam pernyataan tertulis. Hasinger menambahkan, "Gaia merupakan misi ambisius yang tergantung pada kolaborasi manusia banyak untuk menghasilkan volume data yang sangat rumit. Ini menunjukkan perlunya proyek-proyek jangka panjang untuk menjamin kemajuan dalam sains dan teknologi antariksa serta menerapkan misi sains lebih berani dalam beberapa dekade mendatang."
Gaia diluncurkan pada Desember 2013 dan memulai operasi sains setelah itu. Data pertama yang dirilis berdasarkan hanya setahun observasi dan dirilis pada 2016. Data itu berisi jarak dan pergerakan dua juta bintang. Data yang baru yang dirilis itu mencakup periode antara 25 Juli 2014 dan 23 Mei 2016, dengan memantau posisi hampir 1,7 miliar bintang dan dengan tingkat presisi lebih besar.
Untuk beberapa bintang paling terang dalam survei itu, level presisinya sama dengan para pengamat di bumi dapat melihat koin tergeletak di permukaan bulan. Daftar katalog baru ini menunjukkan paralak dan kecepatan di langit atau pergerakan yang lebih terukur untuk lebih dari 1,3 miliar bintang.
Dari pengukuran paralak yang lebih akurat, sekitar 10% dari total bintang itu, para astronom dapat secara langsung memperkirakan jarak ke setiap bintang tersebut. "Data Gaia kedua yang dirilis mewakili lompatan besar ke depan berkat satelit Hipparcos, EPA, pendahulu Gaia dan misi antariksa pertama untuk astrometri yang menyurvei sekitar 118.000 bintang hampir 30 tahun silam," papar Anthony Brown dari Universitas Leiden di Belanda.
Dr Brown merupakan ketua eksekutif konsorsium analis dan pemrosesan data Gaia yang mengawasi kolaborasi besar sekitar 450 peneliti dan pakar software dengan tugas menciptakan katalog Gaia dari data satelit. "Jumlah bintang-bintangnya saja, dengan posisi dan gerakan mereka, akan membuat katalog baru Gaia sudah sangat mengesankan. Namun, ini lebih lagi. Katalog sains unik ini termasuk banyak jenis data lain, dengan informasi tentang properti bintang-bintang dan objek angkasa lain, menjadikan rilis ini sangat luar biasa," ujarnya.
Grafik terbaru ini setelah rilis dua tahun lalu ukuran lebih kecil yang mencakup dua juta bintang. Analisis awal telah mengungkap detail yang lebih bagus tentang populasi bintang di Galaksi Bimasakti, termasuk bagaimana bintang-bintang bergerak. Ini menjadi informasi penting untuk investigasi formasi dan evolusi galaksi tempat tata surya berada.
ESA yang berbasis di Paris menjelaskan, para astronom amatir dan profesional dapat mengakses data itu dan melakukan penemuan baru di galaksi Bima Saksi dan sekitarnya. Tidak seperti teleskop Hubble, NASA, yang mengambil gambar antariksa, Gaia mengukur jarak, gerakan, kecerahan, dan warna-warna bintang. Data ini kemudian diproses oleh ratusan pakar dan insinyur software untuk menghasilkan peta, termasuk asteroid di sistem tata surya dan grafik tiga dimensi bintang-bintang terdekat.
Temuan itu juga memungkinkan semua orang memvisualisasikan jumlah objek antariksa yang dipetakan oleh proyek tersebut. Temuan ini dirilis berdasarkan 22 bulan pembuatan grafik angkasa. Data baru itu termasuk posisi, indikator jarak, dan gerakan lebih dari satu miliar bintang, bersama dengan pengukuran presisi tinggi asteroid dalam tata surya kita dan bintang-bintang di luar Galaksi Bimasakti.
"Berbagai observasi yang dikumpulkan Gaia mendefinisikan kembali fondasi astronomi," papar Gunter Hasinger, Direktur Sains ESA dalam pernyataan tertulis. Hasinger menambahkan, "Gaia merupakan misi ambisius yang tergantung pada kolaborasi manusia banyak untuk menghasilkan volume data yang sangat rumit. Ini menunjukkan perlunya proyek-proyek jangka panjang untuk menjamin kemajuan dalam sains dan teknologi antariksa serta menerapkan misi sains lebih berani dalam beberapa dekade mendatang."
Gaia diluncurkan pada Desember 2013 dan memulai operasi sains setelah itu. Data pertama yang dirilis berdasarkan hanya setahun observasi dan dirilis pada 2016. Data itu berisi jarak dan pergerakan dua juta bintang. Data yang baru yang dirilis itu mencakup periode antara 25 Juli 2014 dan 23 Mei 2016, dengan memantau posisi hampir 1,7 miliar bintang dan dengan tingkat presisi lebih besar.
Untuk beberapa bintang paling terang dalam survei itu, level presisinya sama dengan para pengamat di bumi dapat melihat koin tergeletak di permukaan bulan. Daftar katalog baru ini menunjukkan paralak dan kecepatan di langit atau pergerakan yang lebih terukur untuk lebih dari 1,3 miliar bintang.
Dari pengukuran paralak yang lebih akurat, sekitar 10% dari total bintang itu, para astronom dapat secara langsung memperkirakan jarak ke setiap bintang tersebut. "Data Gaia kedua yang dirilis mewakili lompatan besar ke depan berkat satelit Hipparcos, EPA, pendahulu Gaia dan misi antariksa pertama untuk astrometri yang menyurvei sekitar 118.000 bintang hampir 30 tahun silam," papar Anthony Brown dari Universitas Leiden di Belanda.
Dr Brown merupakan ketua eksekutif konsorsium analis dan pemrosesan data Gaia yang mengawasi kolaborasi besar sekitar 450 peneliti dan pakar software dengan tugas menciptakan katalog Gaia dari data satelit. "Jumlah bintang-bintangnya saja, dengan posisi dan gerakan mereka, akan membuat katalog baru Gaia sudah sangat mengesankan. Namun, ini lebih lagi. Katalog sains unik ini termasuk banyak jenis data lain, dengan informasi tentang properti bintang-bintang dan objek angkasa lain, menjadikan rilis ini sangat luar biasa," ujarnya.
(amm)