Robot Bertenaga Surya Ini Bersihkan Gulma Lebih Presisi

Minggu, 27 Mei 2018 - 14:16 WIB
Robot Bertenaga Surya Ini Bersihkan Gulma Lebih Presisi
Robot Bertenaga Surya Ini Bersihkan Gulma Lebih Presisi
A A A
DI ladang gula bit di Swiss, robot tenaga surya yang terlihat seperti meja dengan roda memindai barisan tanaman dengan kamera. Robot itu mengidentifikasi gulma dan menyemprotnya dengan cairan biru melalui tentakel mekaniknya. Selama tes akhir sebelum cairan itu diganti dengan pembunuh gulma, robot Swiss itu menjadi salah satu inovasi kecerdasan buatan ahli gulma yang menurut para penciptanya dapat mengguncang industri benih dan pestisida senilai USD100 miliar.

Hal itu lantaran robot itu dapat mengurangi kebutuhan herbisida secara global dan tanaman modifikasi genetika (GM) yang tahan terhadap herbisida. Industri benih dan pestisida selama ini didominasi oleh perusahaan-perusahaan, seperti Bayer, DowDuPont, BASF, dan Syngenta. Kini mereka akan terkena dampak teknologi pertanian digital dan beberapa perusahaan telah menyesuaikan model bisnis mereka. Pertaruhannya tinggi.

Penjualan herbisida bernilai USD26 miliar per tahun dan mencakup 46% pendapatan total pestisida, adapun 90% benih GM memiliki toleransi pada herbisida, menurut peneliti pasar Phillips McDougall. "Beberapa kolam laba yang sekarang di tangan perusahaan agrokimia besar akan bergeser, sebagian pada para petani dan sebagian pada manufaktur perlengkapan," papar Cedric Lecamp, yang mengelola $1billion Pictet-Nutrition yang berinvestasi pada perusahaan-perusahaan di jaringan suplai makanan.

Untuk merespons, para produsen seperti Bayer asal Jerman telah mencari mitra untuk sistem penyemprot presisi mereka sendiri. Adapun Syngenta, ChemChina, berupaya mengembangkan produk proteksi tanaman yang cocok dengan peralatan baru. Meski masih tahap awal, pendekatan bertahap ini menunjukkan perubahan dari metode produksi tanaman standar.

Selama ini, pembunuh gulma nonselektif, seperti Roundup, Monsanto, disemprotkan di lahan pertanian secara merata pada benih GM yang toleran pada obat tersebut. Ini pun menjadi model bisnis paling menguntungkan dalam industri itu. Model ini berbeda dengan EcoRobotix yang dikembangkan perusahaan Swiss.

EcoRobotix yakin, desain robot mereka dapat mengurangi jumlah herbisida yang digunakan para petani hingga 20 kali. Perusahaan menyatakan akan segera mendapat pendanaan dari kesepakatan dengan para investor dan akan menuju pasar pada awal 2019.

Blue River juga telah mengembangkan mesin yang menggunakan sejumlah kamera untuk membedakan antara gulma dan tanaman dan hanya menyemprotkan herbisida jika diperlukan. Blue River merupakan startup Silicon Valley yang dibeli perusahaan traktor Amerika Serikat (AS) Deere & Co senilai USD305 juta tahun lalu. Mesin pengontrol gulma See and Spray yang mereka kembangkan telah diuji di ladang kapas AS.

Mesin itu ditarik traktor dan para pengembang memperkirakan alat itu dapat mengurangi penggunaan herbisida hingga 90% pada tanaman sejak mulai tumbuh. Perusahaan teknik Jerman Robert Bosch juga bekerja dengan peralatan penyemprot presisi serupa, seperti startup lain, Agrointelli asal Denmark.

ROBO Global yakin, mesin penyemprot presisi untuk tiap tanaman akan sangat penting di masa depan. ROBO Global merupakan perusahaan konsultan yang mengelola indeks investasi robotik dan otomatisasi yang dilacak oleh berbagai industri dengan nilai total USD4 miliar. "Banyak teknologi telah ada. Ini hanya pertanyaan pengemasannya bersama pada harga yang tepat untuk para petani," papar Richard Lightbound, CEO ROBO Global untuk Eropa, Timur Tengah, dan Afrika.

Lightbound menambahkan, "Jika Anda dapat mengurangi herbisida hingga 10 kali, itu menjadi sangat cocok bagi petani untuk produktivitas. Ini juga ramah lingkungan dan jelas akan jadi sangat populer, jika tidak melengkapi, pada beberapa tahap."

Adapun Blue River yang berbasis di Sunnyvale, California, sedang menguji produk itu di ladang kapas. Mereka akan mencobanya di lahan pertanian lain, seperti kedelai. Diharapkan mereka akan membuat produk itu segera sehingga dapat digunakan para petani dalam waktu empat hingga lima tahun mendatang. Proses distribusi dan penjualan akan dibantu oleh jaringan dealer Deere. Lightbound dari ROBO dan Lecamp dari Pictet menjelaskan, mereka senang dengan proyek tersebut.

Jeneiv Shah, deputi manajer Sarasin Food & Agriculture Opportunities yang mengelola dana USD212 juta menyatakan teknologi itu dapat menempatkan bisnis pertanian Bayer dan Syngenta dalam ancaman. Adapun perusahaan-perusahaan benih juga akan terkena dampaknya, meski tak terlalu besar.

"Fakta bahwa perusahaan yang berorientasi traktor dan tanaman berbaris, seperti John Deere melakukan ini, berarti tidak lama lagi sebelum para petani jagung atau kedelai di Midwest Amerika Serikat akan mulai menggunakan penyemprot presisi," ungkap Shah.

Meski teknologi itu dapat menghemat uang, alat itu dapat sulit dijual kepada para petani AS karena dalam lima tahun terakhir harga jual produk pertanian, seperti jagung dan kedelai turun. Pendapatan petani AS turun hingga lebih dari setengah sejak 2013, mengurangi belanja peralatan, benih, dan pupuk. "Namun dengan perkembangan tersebut, para investor di sektor agrokimia memiliki waktu untuk berpikir," ungkap pengamat dari Berenberg, Nick Anderson.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0303 seconds (0.1#10.140)