Rentetan Erupsi Ibu dan Anak Krakatau Sampai Tsunami 40 Meter

Senin, 24 Desember 2018 - 00:03 WIB
Rentetan Erupsi Ibu...
Rentetan Erupsi Ibu dan Anak Krakatau Sampai Tsunami 40 Meter
A A A
BANTEN - Tsunami Selat Sunda yang menguncang Banten dan Lampung diduga kuat oleh para ahli karena erupsi Anak Gunung Krakatau jika di tilik kebelakang cukup beralasan. Pasalnya ketika Ibu Gunung Krakatau meletus di tahun 1883 memicu timbulnya tsunami setinggi 40 meter yang melenyapkan 36.000 jiwa manusia.

Seperti dilansir dari berbagai sumber, Kondisi geografis dan geologis Indonesia yang terletak di pertemuan 3 lempeng tektonik besar dunia, yaitu : lempeng asia, lempeng pasifik, dan lempeng indo-australia menyebabkan munculnya fenomena gunung api yang sangat aktif. Baca: NASA Ingatkan Hujan Meteor dan Gelombang Pasang Air Laut

Dalam setahun pasti terjadi berkali-kali letusan gunung api namun layaknya bencana lain kehadirannya sulit untuk diprediksikan.

Peristiwa yang tiba-tiba tanpa disangka itulah yang dirasakan oleh masyarakat kala itu ketika Krakatau meletus, Keterkejutan dan ketakutan menjadi atmosfir yang menyelimuti penduduk Hindia Belanda.

Selain memang kedahsyatan letusannya, nama Krakatau dan Hindia Belanda saat itu menjadi buah bibir di seluruh dunia karena menjadi bencana besar pertama di dunia yang diberitakan secara global menggunakan media komunikasi telegram. Sehingga dalam waktu sekian jam dari peristiwa letusan, kabarnya sudah sampai ke seluruh antero dunia. Baca: Tsunami Banten Langka, Kombinasi Longsor Bawah Laut dan Purnama

Salah satu fenomena dari akibat letusan Gunung Krakatau adalah kemunculan tsunami yang konon rambatan gelombangnya sampai hingga ke Hawaii, pantai barat Amerika, dan semenanjung Arab. Dengan ketinggian hingga 40 meter, gelombang tsunami tersebut melululantakkan pemukiman pendukuk di sepanjang pantai Jawa Barat dan Lampung.
Muntahan batu dan abu vulkanik begitu besar volumenya sehingga abu vulkaniknya bisa mencapai Sri Lanka, India, bahkan Selandia Baru. Hasilnya adalah suatu cekungan kaldera berdiameter 7 km dengan kedalaman 250 meter di Pulau Rakata. Walau demikian bukan berarti letusan krakatau paling dahsyat sepanjang sejarah bumi, setidaknya letusan krakatau masih kalah dengan letusan Gunung Tambora dan Gunung Toba. Baca: Ahli Sepakat Tsunami di Banten Dipicu Erupsi Anak Krakatau

Suara letusan Gunung Krakatau 1883 laksana dentuman meriam terdengar hingga Australia dan Pulau Rodrigue di Afrika. Debu vulkaniknya mengelilingi atmosfir bumi sehingga dunia tenggelam dalam kegelapan total selama 2 hari penuh.

Di kegelapan total 2 hari penuh itu lahirlah salah satu karya sastra terkenal berjudul Frankestein, yang awalnya adalah cerita lisan sang pengarangnya yang terlibat lomba mengarang cerita horror untuk membunuh kebosanan akibat malam yang panjang. Hingga berbulan-bulan kemudian sinar matahari nampak terlihat redup yang kemudian memicu perubahan iklim global yang salah satunya menimbulkan kegagalan panen di seluruh dunia.

Ternyata letusan di tahun 1883 bukanlah kisah letusan pertama bagi Krakatau. Dalam kitab Pustaka Raja Parwa yang ditulis pada tahun 416 Masehi dikisahkan adanya letusan maha dahsyat dari sebuah gunung bernanam Batuwarna (nama lain Krakatau Purba) yang menciptakan badai, banjir besar, bahkan membelah pulau Jawa (dahulu pulau jawa dan sumatera masih menyatu dan bernama pulau Jawa) sehingga terpecahlah pulau tersebut menjadi dua yaitu Jawa dan Sumatera. Baca: Purnama Sebabkan Tinggi Tsunami Banten Melebihi Tsunami Palu ?

Letusan dahsyat Krakatau 1883 merupakan letusan terakhir dari rangkaian letusan gunung tsb sebelumnya. Namun tidaklah benar-benar berakhir, karena kemunculan gunung ini dalam bentuk gunung yang terus bertumbuh dan membesar yang dinamakan sebagai Anak Krakatau.
(wbs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2053 seconds (0.1#10.140)