Mobil Terbang Boeing Diuji Coba

Jum'at, 25 Januari 2019 - 07:28 WIB
Mobil Terbang Boeing Diuji Coba
Mobil Terbang Boeing Diuji Coba
A A A
CHICAGO - Perusahaan dirgantara terbesar di dunia, The Boeing Company, berhasil melewati fase pertama uji coba penerbangan taksi terbang di bandara kecil di luar Washington, Amerika Serikat (AS), Selasa (22/1) waktu setempat.

Suksesnya percobaan tersebut menjadi sinyal positif bagi para pengembang mobil terbang selain Boeing. Mereka berharap, ke depan angkutan model melayang itu bisa menjadi solusi transportasi di kota-kota yang kerap dilanda kemacetan parah.

Kendati dibilang sukses, namun percobaan moibl terbang tersebut belum melibatkan penumpang atau pilot. Taksi terbang itu baru mengudara kurang dari satu menit. Taksi terbang itu juga tidak bergerak ke mana pun. Hanya melayang di atas landasan bandara sebelum kembali mendarat. Sejauh ini, Boeing menolak untuk mengungkapkan seberapa tinggi taksi terbang itu berada di atas tanah.

Meski demikian, Boeing memuji divisi NeXt yang bertugas mengembangkan pesawat otonom atas capaian tersebut. Prototipe taksi terbang yang dirancang Boeing memiliki panjang 30 kaki dan lebar 28 kaki. Di atas kertas, taksi itu dapat menempuh perjalanan hingga 50 miles sebelum kembali ke darat.

Seperti diketahui, Boeing merupakan produsen pesawat berbasis di Amerika Serikat yang memproduksi pesawat komersial dan militer. Khusus untuk segmen komersial, hingga 31 Desember tahun lalu Boeing tercatat telah menerima pesanan total sebanyak 893 unit. Dari jumlah tersebut, model Boeing 737 mendomiasi pesanan dengan jumlah sebanyak 675 unit.

Boeing beserta para pesaingnya seperti Airbus meyakini pesawat kecil yang dapat dikendarai sendiri yang juga dikenal dengan eVTOL (electric Vertical Takeoff and Landing) akan merevolusi transportasi, terutama di kawasan perkotaan. Mereka yakin jenis kendaraan itu akan menjadi solusi dalam mengatasi kemacetan.

Meski Boeing dan Airbus menjadi pemain terbesar dalam pengembangan taksi terbang, ada banyak juga perusahaan dengan ambisi serupa di Silicon Valley, AS, termasuk beberapa perusahaan yang didanai pendiri Google, Larry Page. Investor Cyrus Sigari menilai capaian Boeing sebagai sinyal dari komitmen positif.

“Boeing menunjukkan gaya produksi mereka dan mempublikasikannya di media massa,” kata Sigari, dikutip cnn.com.

“Hal itu menunjukkan bahwa Boeing sangat serius mengembangkan moda transportasi yang dapat memobilisasi pergerakan di wilayah urban. Saya sangat senang dapat melihat semangat kuat Boeing,”

Eric Bartsch, Chief Operating Officer di VerdeGo Aeuro, pengembang sistem daya eVTOL, juga memuji kemajuan kendaraan otonom, propulsi listrik, dan drone sebagai teknologi baru.

“Kita telah memasuki masa keemasan inovasi di mana orang-orang mencoba hal baru. Generasi ini sungguh berbeda,” imbuh Bartsch.

Bartsch mengaku bangga dengan semakin banyaknya perusahaan yang mengembangkan taksi terbang otonom. Aurora Flight Scoences, anak perusahaan Boeing untuk taksi terbang otonom, merupakan mitra pengembangan jaringan mobil terbang Uber, Uber Elevate. Uber berencana merilis taksi terbang pada 2023.

Taksi terbang terdengar seperti fiksi ilmiah. Namun, progresnya begitu pesat. Konsepnya juga dikembangkan oleh berbagai perusahaan besar dari Eropa, AS, Jepang, dan China. Dengan investasi dana hingga miliaran rupiah dan riset selama bertahun-tahun, taksi terbang kemungkinan akan segera menjadi kenyataan.

Di Belanda, perusahaan bernama PAL-V menjual mobil terbang PAL-V Liberty senilai USD399.000 (Rp5,3 miliar). Namun, tidak semua orang dapat membelinya. Sebab, calon pembeli disyaratkan memiliki surat izin mengemudi dan menerbangkan pesawat. PAL-V menyatakan, mobil itu baru akan dikirim ke pembeli pada 2019.

PAL-V Liberty merupakan kendaraan roda tiga yang dapat diubah menjadi gyrocopter dalam waktu 5-10 menit. Saat hendak mengudara, PAL-V Liberty meregangkan baling-baling. Kendaraan ini butuh landasan khusus. Dengan mesin Rotax dan kapasitas tangki 102 liter, mobil itu dapat menjelajah hingga 399 km di udara.

Start-up asal China, Ehang, juga merancang mobil terbang Ehang 184. Kendaraan yang dilengkapi delapan baling-baling dan navigasi otomatis itu mampu mengangkut bobot hingga 100 kilogram.

“Pesawat ini dapat terbang pada ketinggian 300-500 meter,” ujar Pendiri Ehang, Derrick Xiong, dikutip straitstimes.com.

Audi yang menggandeng Airbus dan Italdesign juga tidak mau kalah. Mereka merilis mobil terbang bertenaga listrik Pop Up yang dapat mendarat secara horizontal dan vertikal. Dengan tenaga penerbangan output gabungan sebesar 160 kW, kendaraan tersebut dapat melaju hingga 120 kilometer per jam.

Kendaraan eVTOL juga dikembangkan di Eropa. Perusahaan asal Jerman, Lilium, berhasil melakukan uji coba penerbangan Lilium Jet. Taksi itu melakukan beberapa manuver dasar. Ada dua jenis Lilium Jet, yakni dua dan lima kursi. Keduanya dapat terbang hingga 200 mil per jam dan menggunakan tenaga listrik.

“Kami melewati berbagai tantangan engineering yang sangat besat untuk dapat sampai pada titik ini,” ungkap Co-Founder dan Chief Executive Officer (CEO) Lilium, Daniel Wiegand. “Kesuksesan uji coba penerbangan ini menunjukkan desainnya sudah tepat. Kami tinggal fokus menyempurnakannya,” tambahnya.

Dengan mesin yang tidak boros dan infrastruktur yang minim, Lilium Jet disebut dapat mengubah wajah transportasi udara. Bahkan, tarif penerbangan disebut bakal sama dengan tarif taksi biasa, tapi lebih cepat lima kali lipat. Perjalanan dari Manhattan ke Bandara John F Kennedy yang biasanya memakam waktu lebih dari 30 menit, bisa ditempuh hanya lima menit.

Pengemudi Lilium Jet memerlukan license pilot dengan sedikitnya 20 jam penerbangan. Artinya, jika dikategorikan, Lilium Jet setara dengan Pesawat Ringan. Badan Antariksa Eropa (ESA) memuji desain Lilium Jet yang hemat energi dan ramah lingkungan. ESA menyatakan akan mendukung penuh inovasi bangsa Eropa.

Persaingan teknologi mobil terbang juga sempat terlihat dalam ajang Consumer Electronic Show (CES) 2019 yang baru saja berlalu. Di ajang tahunan itu, Ford, General Motors, Toyota dan Volkswagen menampilkan mobil berteknologi tinggi termsuk mobil terbang yang akan digunakan Uber untuk menjadi solusi transportasi cepat. Diketahui, pada 2023 Uber akan menggunakan mobil terbang sebagai layanan taksi dengan mobil yang diproduksi Bell Nexus.

“Ruang di jalanan sudah terbatas. Kita memberikan solusi transportasi dengan dimensi vertical,” kata CEO Bell Mitch Snyder.

Tren mobil terbang, akan menjadi penerus era mobil otonom yang saat ini masih dikembangkan. Sejauh ini, beberapa produsen masih terus mengembangkan teknologi mobil otonom seperti Lyft, yang dimiliki Uber dan Waymo milik Google. Mobil tersebut terkoneksi langsung dengan aplikasi di ponsel pintar. Bahkan, produsen Korea Selatan, Kia, juga mengembangkan konsep mobil otonomi di mana kendali bisa dipantau dari kamar tidur hingga kantor. (Muh Shamil)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0958 seconds (0.1#10.140)