Waktu Gerhana Bulan di AS Berada di Tengah, Indonesia Jelang Tenggelam
A
A
A
JAKARTA - Gerhana bulan parsial atau sebagian akan terjadi selama bulan purnama, mulai Rabu (17/7/2019) dini hari WIB, akan terlihat di Amerika Selatan, Eropa, Afrika, Asia, Australia termasuk Indonesia.
Seperti dilansir dari Space, datu-satunya wilayah yang tidak bisa melihat gerhana seluruhnya adalah Amerika Utara, termasuk Amerika Serikat.
Gerhana bulan terjadi pada saat sebagian atau keseluruhan penampakan bulan tertutup oleh bayangan bumi, dan keadaan demikian dapat terjadi pada saat bumi berada di antara matahari dan bulan terdapat pada satu garis lurus yang sama. Sinar Matahari tidak dapat mencapai bulan, karena terhalang oleh bumi.
Garis lurus matahari, bumi dan bulan kali ini menghasilkan gerhana bulan parsial karena bulan akan sedikit miring dari garis langsung bayangan Bumi.
Gerhana bulan ini terjadi dua minggu setelah gerhana matahari total terlihat di Amerika Selatan. Fenomena ini mengikuti pola astronomi khas gerhana bulan yang terjadi dalam dua minggu setelah gerhana matahari.
Gerhana bulan terakhir terjadi pada bulan Januari 2019 dan terlihat dari Amerika selatan maupun utara, serta bagian-bagian Eropa dan Afrika.
Gerhana bulan berikutnya tidak akan terjadi sampai tahun depan, tetapi keempat gerhana yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2020 hanya merupakan gerhana bulan penumbra, yang jauh lebih lemah daripada gerhana sebagian atau gerhana penuh.
Selama berlangsungnya gerhana penumbra, bulan melewati bayangan terlemah dari Bumi dan seringkali tidak tampak gelap jika dilihat dengan mata telanjang.
Para pakar meramalkan tidak akan ada gerhana bulan total lainnya hingga bulan Mei 2021. Gerhana bulan pada hari Selasa ini (16/7) akan diamati oleh para pengamat benda-benda langit pada waktu yang berbeda-beda di seluruh dunia.
Pemirsa di Amerika Selatan akan menjadi yang pertama untuk melihat bayangan Bumi menyentuh permukaan bulan , ketika bulan naik di langit, pada saat bersamaan ketika matahari terbenam pada 16 Juli. Sementara pengamat di Asia dan Australia, akan dapat melihat bulan dalam gerhana saat matahari terbenam pada 17 Juli .
Seperti dilansir dari Space, datu-satunya wilayah yang tidak bisa melihat gerhana seluruhnya adalah Amerika Utara, termasuk Amerika Serikat.
Gerhana bulan terjadi pada saat sebagian atau keseluruhan penampakan bulan tertutup oleh bayangan bumi, dan keadaan demikian dapat terjadi pada saat bumi berada di antara matahari dan bulan terdapat pada satu garis lurus yang sama. Sinar Matahari tidak dapat mencapai bulan, karena terhalang oleh bumi.
Garis lurus matahari, bumi dan bulan kali ini menghasilkan gerhana bulan parsial karena bulan akan sedikit miring dari garis langsung bayangan Bumi.
Gerhana bulan ini terjadi dua minggu setelah gerhana matahari total terlihat di Amerika Selatan. Fenomena ini mengikuti pola astronomi khas gerhana bulan yang terjadi dalam dua minggu setelah gerhana matahari.
Gerhana bulan terakhir terjadi pada bulan Januari 2019 dan terlihat dari Amerika selatan maupun utara, serta bagian-bagian Eropa dan Afrika.
Gerhana bulan berikutnya tidak akan terjadi sampai tahun depan, tetapi keempat gerhana yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2020 hanya merupakan gerhana bulan penumbra, yang jauh lebih lemah daripada gerhana sebagian atau gerhana penuh.
Selama berlangsungnya gerhana penumbra, bulan melewati bayangan terlemah dari Bumi dan seringkali tidak tampak gelap jika dilihat dengan mata telanjang.
Para pakar meramalkan tidak akan ada gerhana bulan total lainnya hingga bulan Mei 2021. Gerhana bulan pada hari Selasa ini (16/7) akan diamati oleh para pengamat benda-benda langit pada waktu yang berbeda-beda di seluruh dunia.
Pemirsa di Amerika Selatan akan menjadi yang pertama untuk melihat bayangan Bumi menyentuh permukaan bulan , ketika bulan naik di langit, pada saat bersamaan ketika matahari terbenam pada 16 Juli. Sementara pengamat di Asia dan Australia, akan dapat melihat bulan dalam gerhana saat matahari terbenam pada 17 Juli .
(wbs)