Kadar Oksigen di Mars Bikin Pusing Peneliti Antariksa
A
A
A
NEW YORK - Robot penjelajah milik NASA , Curiosity, kembali menemukan cerita baru terkait lingkungan di Mars. Kali ini, Curiosity berhasil menemukan variasi kadar oksigen di permukaan Mars, setelah diteliti oleh labolatorium kimia Curiosity, Sample Analysis at Mars (SAM).
Ketika menjelajah di sekitar Gale Crater, Curiosity menemukan atmosfer di Mars mengandung 95% volume karbon dioksida (CO2), 2,6% nitrogen molekul (N2), 1,9% argon (Ar), 0,16% molekul oksigen (O2), dan 0,06% karbon monoksida (CO).
Khusus nitrogen dan argon, kandungannya mengikuti pola musim yang dapat diprediksi. Sedangkan jumlah karbon dioksida relatif berubah-ubah Namun, kadar oksigen tidak sesuai dengan pola yang diharapkan. Sebab, selama musim semi dan musim panas naik sebanyak 30%.
Tingkat oksigen yang bervariasi ini membuat para ilmuwan kebingungan. “Baru pertama kali kami melihat yang seperti ini, dan ini membingungkan,” kata Sushil Atreya, Profesor Ilmu Iklim dan Ruang Angkasa dari University of Michigan, dikutip dari Digital Trends, Senin (18/11/2019).
Para llmuwan kemudian mencoba berbagai cara untuk menjelaskan variasi oksigen ini. Misalnya dengan memastikan SAM berfungsi dengan benar. Lalu melihat apakah molekul karbon dioksida bisa pecah di atmosfer untuk menghasilkan oksigen atau tidak. Sayangnya, tidak ada dari pemeriksaan itu yang membuahkan hasil.
“Kami tengah berjuang untuk menjelaskan hal ini,” ujar Melissa Trainer, seorang Ilmuwan Planet dari NASA’s Goddard Space Flight Center.
“Perilaku oksigen yang tidak dapat diulang dengan sempurna setiap musim, membuat kami berpikir bahwa itu bukan masalah yang berkaitan dengan dinamika atmosfer, melainkan sumber bahan kimia yang belum bisa kami pastikan,” jelasnya, yang juga pemimpin penelitian.
Ketika menjelajah di sekitar Gale Crater, Curiosity menemukan atmosfer di Mars mengandung 95% volume karbon dioksida (CO2), 2,6% nitrogen molekul (N2), 1,9% argon (Ar), 0,16% molekul oksigen (O2), dan 0,06% karbon monoksida (CO).
Khusus nitrogen dan argon, kandungannya mengikuti pola musim yang dapat diprediksi. Sedangkan jumlah karbon dioksida relatif berubah-ubah Namun, kadar oksigen tidak sesuai dengan pola yang diharapkan. Sebab, selama musim semi dan musim panas naik sebanyak 30%.
Tingkat oksigen yang bervariasi ini membuat para ilmuwan kebingungan. “Baru pertama kali kami melihat yang seperti ini, dan ini membingungkan,” kata Sushil Atreya, Profesor Ilmu Iklim dan Ruang Angkasa dari University of Michigan, dikutip dari Digital Trends, Senin (18/11/2019).
Para llmuwan kemudian mencoba berbagai cara untuk menjelaskan variasi oksigen ini. Misalnya dengan memastikan SAM berfungsi dengan benar. Lalu melihat apakah molekul karbon dioksida bisa pecah di atmosfer untuk menghasilkan oksigen atau tidak. Sayangnya, tidak ada dari pemeriksaan itu yang membuahkan hasil.
“Kami tengah berjuang untuk menjelaskan hal ini,” ujar Melissa Trainer, seorang Ilmuwan Planet dari NASA’s Goddard Space Flight Center.
“Perilaku oksigen yang tidak dapat diulang dengan sempurna setiap musim, membuat kami berpikir bahwa itu bukan masalah yang berkaitan dengan dinamika atmosfer, melainkan sumber bahan kimia yang belum bisa kami pastikan,” jelasnya, yang juga pemimpin penelitian.
(wbs)