Ini Mega-Tsunami Pertama yang Tercatat Sejarah, Setinggi Gedung Bertingkat 30 Lantai

Senin, 01 Mei 2023 - 13:15 WIB
Gunung berapi bawah laut Hunga Tonga-Hunga Haapai yang meletus pada 14 Januari 2022 menyebabkan mega-tsunami setinggi 85 meter. Foto/Tonga Geological Services/NASA
WASHINGTON - Mega-Tsunami pertama yang tercatat dalam sejarah ketinggiannya setara gedung bertingkat 30 lantai atau kira-kira 85 meter. Mega-Tsunami ini dipicu letusan gunung berapi bawah laut Tonga pada 14 Januari 2022.

Para ilmuwan menemukan sifat kompleks dan dangkal dari medan bawah laut di kawasan itu membantu menjebak gelombang berkecepatan rendah dari letusan gunung berapi bawah laut Tonga. Pada gilirannya, letusan itu memicu mega-tsunami yang berlangsung lebih dari satu jam.

Sam Purkis, Profesor dan Ketua Departemen Ilmu Geosains Kelautan, Sekolah Ilmu Kelautan dan Atmosfer Universitas Miami Rosenstiel mengatakan, kekuatan letusan gunung Tonga tahun 2022 menyaingi letusan Krakatau tahun 1883. Bedanya, letusan Krakatau menewaskan lebih dari 36.000 orang, dan letusan Tonga hanya menyebabkan 6 orang meninggal.



Purkis menjelaskan ledakan gunung Tonga itu sekuat 15 megaton TNT, menjadikannya sekuat ledakan nuklir terbesar di Amerika Serikat, Castle Bravo, pada tahun 1954 (Atomic Heritage Foundation). “Letusan itu juga menjadikan sebagai ledakan alami terbesar dalam lebih dari satu abad,” kata Purkis kepada Live Science, Senin (1/5/2023).



Gunung berapi bawah laut Hunga Tonga-Hunga Ha'apai, merupakan gunung besar berbentuk kerucut yang terletak di dekat pulau Kerajaan Tonga di Pasifik Selatan. Gunung Tonga meletus dengan ledakan dahsyat yang menghasilkan gumpalan vulkanik tertinggi yang pernah tercatat.

Tinggi gumpalan vulkanik mencapai 35 mil atau 57 kilometer ke udara menembus atmosfer. Ledakan tersebut memicu tsunami sejauh Karibia, serta gelombang atmosfer yang menyebar ke seluruh dunia beberapa kali.

Untuk menentukan secara detail kekuatan letusan gunung Tonga, para ilmuwan mengumpulkan gambar optik dan radar sebelum dan sesudah satelit, peta drone, dan pengamatan lapangan. Kemudian menghasilkan simulasi komputer dari bencana tersebut.

Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More