Suhu Global Capai Rekor Terpanas Selama 3 Hari Berturut-turut di Bulan Juli
Jum'at, 14 Juli 2023 - 07:05 WIB
WASHINGTON - Suhu rata-rata dunia mencapai rekor terpanas selama tiga hari berturut-turut dari Senin 3 Juli hingga Rabu 5 Juli 2023. Suhu rata-rata dunia pada 3 Juli naik menjadi 17 derajat Celcius, sementara 4 Juli dan 5 Juli mencapai 17,2 derajat Celcius.
Menurut Climate Reanalyzer dari University of Maine, alat yang mengumpulkan data dan model untuk mengukur atmosfer global, selama tiga hari terakhir suhu global telah memecahkan atau menyamai rekor hari terpanas di Bumi setidaknya sejak 1979. Kondisi ini menurut para ilmuwan akibat perubahan iklim dan El Nino .
Suhu ini mungkin tidak terlihat terlalu tinggi, namun perlu diingat ini adalah suhu rata-rata global. Angka ini dihitung dengan menggabungkan pengukuran dari Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi Selatan, yang saat ini sedang musim dingin.
Para ilmuwan menyebutkan kondisi ini akibat perubahan iklim dan El Nino, pola iklim yang ditandai dengan suhu permukaan laut yang hangat di sekitar ekuator menuju pantai Pasifik Amerika Selatan. Peristiwa El Nino dapat mengubah kondisi atmosfer cukup untuk meningkatkan gelombang panas di seluruh dunia, menurut penelitian.
“Sangat membantu untuk mengingat bahwa Samudra Pasifik menutupi hampir separuh planet ini. Kondisi ini mendorong suhu rata-rata global,” kata Kim Cobb, ilmuwan iklim di Institut Teknologi Georgia, kepada Live Science, Jumat (14/7/2023).
Climate Reanalyzer menarik data dari alat pengukuran atmosfer, pengamatan permukaan, dan satelit untuk memperkirakan suhu rata-rata global. Meskipun nilai tersebut tidak dianggap sebagai perkiraan resmi pemerintah, Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) mengindikasikan akan mempertimbangkan pengukuran ini saat menghitung catatan suhunya.
Juli bukan satu-satunya bulan yang memecahkan rekor suhu tertinggi. Layanan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa menemukan bahwa bulan lalu adalah Juni terpanas dalam catatan, rata-rata 0,2 derajat Celcius lebih hangat daripada Juni 2022.
Menurut Climate Reanalyzer dari University of Maine, alat yang mengumpulkan data dan model untuk mengukur atmosfer global, selama tiga hari terakhir suhu global telah memecahkan atau menyamai rekor hari terpanas di Bumi setidaknya sejak 1979. Kondisi ini menurut para ilmuwan akibat perubahan iklim dan El Nino .
Suhu ini mungkin tidak terlihat terlalu tinggi, namun perlu diingat ini adalah suhu rata-rata global. Angka ini dihitung dengan menggabungkan pengukuran dari Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi Selatan, yang saat ini sedang musim dingin.
Para ilmuwan menyebutkan kondisi ini akibat perubahan iklim dan El Nino, pola iklim yang ditandai dengan suhu permukaan laut yang hangat di sekitar ekuator menuju pantai Pasifik Amerika Selatan. Peristiwa El Nino dapat mengubah kondisi atmosfer cukup untuk meningkatkan gelombang panas di seluruh dunia, menurut penelitian.
“Sangat membantu untuk mengingat bahwa Samudra Pasifik menutupi hampir separuh planet ini. Kondisi ini mendorong suhu rata-rata global,” kata Kim Cobb, ilmuwan iklim di Institut Teknologi Georgia, kepada Live Science, Jumat (14/7/2023).
Climate Reanalyzer menarik data dari alat pengukuran atmosfer, pengamatan permukaan, dan satelit untuk memperkirakan suhu rata-rata global. Meskipun nilai tersebut tidak dianggap sebagai perkiraan resmi pemerintah, Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) mengindikasikan akan mempertimbangkan pengukuran ini saat menghitung catatan suhunya.
Juli bukan satu-satunya bulan yang memecahkan rekor suhu tertinggi. Layanan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa menemukan bahwa bulan lalu adalah Juni terpanas dalam catatan, rata-rata 0,2 derajat Celcius lebih hangat daripada Juni 2022.
tulis komentar anda