Teknologi Satelit NASA Bantu Petani Bangladesh Gunakan Air dan Kurangi Limbah

Kamis, 10 Agustus 2023 - 10:42 WIB
Penggunaan teknologi satelit ini merupakan upaya untuk dapat mengurangi jejak air dan energi dari produksi beras skala besar di Bangladesh. Foto/NASA/Space
DHAKA - Para ilmuwan menggunakan data satelit NASA untuk membantu petani di Bangladesh mengurangi limbah air saat mengairi tanaman padi. Data dari satelit Landsat NASA yang mengamati Bumi mampu memperkirakan jumlah air yang telah dikonsumsi tanaman padi.

Penggunaan teknologi satelit ini merupakan upaya untuk dapat mengurangi jejak air dan energi dari produksi beras skala besar negara tersebut. Teknologi versi terbaru ini dikenal sebagai Integrated Rice Advisory System (IRAS), kolaborasi antara University of Washington dan Kementerian Pertanian Bangladesh.

Para peneliti dapat membandingkan data tersebut dengan berapa banyak air yang benar-benar dibutuhkan tanaman, berdasarkan prakiraan cuaca mingguan dan dengan mempertimbangkan kemampuan irigasi lokal. Panduan sederhana ini kemudian dikirim sebagai SMS ke petani setiap dua minggu sekali tentang cara optimal untuk menggunakan pemompaan air tanah.



“Teknologi semacam itu dapat membantu dunia menjadi lebih hemat air dan hemat energi dalam menanam makanan, sekaligus menjadi lebih terjangkau dan nyaman bagi petani,” kata Faisal Hossain, profesor teknik sipil dan lingkungan di University of Washington di Seattle dikutip SINDOnews dari laman Space, Kamis (10/8/2023).



Bangladesh dengan populasi 170 juta penduduk merupakan produsen beras terbesar ketiga di dunia. Pekerjaan utama hampir separuh tenaga kerja negara itu adalah petani. Padi merupakan salah satu tanaman yang paling banyak menyerap air.



Petani di Bangladesh menggunakan 1,3 juta pompa irigasi yang dijalankan dengan solar untuk mengairinya. Namun, hanya sekitar 1.400 pompa yang bertenaga surya.

Selama bertahun-tahun, praktik irigasi yang intensif dan tidak berkelanjutan, seperti memompa lebih banyak air ke ladang daripada yang diperlukan, telah menurunkan tingkat air tanah negara itu. Apalagi hujan monsun sekarang tidak cukup untuk mengisi kembali air bawah tanah yang diekstraksi.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More