Jiwa Manusia Kekal, Ini Penjelasan Ilmiahnya
Sabtu, 26 Agustus 2023 - 13:57 WIB
JAKARTA - Manusia secara fisik bisa mati, namun jiwa manusia kekal. Begitulah kepercayaan yang dianut sebagian besar orang, kini hal itu ada teori dan alasannya.
Dalam banyak tradisi spiritual dan keagamaan, jiwa atau kesadaran menjadi esensi dari kepribadian setiap makhluk bernyawa. Namun belakangan ini, jiwa dipahami sebagai bagian dari diri yang berpikir, seperti pikiran atau kesadaran.
Jiwa dan kesadaran pun menjadi salah satu misteri terbesar dari berbagai cabang ilmu pengetahuan. Sebuah teori baru tentang jiwa beberapa tahun lalu dikembangkan oleh beberapa fisikawan besar.
Mereka mengemukakan di Teori 'Orch-OR' Teori untuk meneliti kesadaran dan jiwa yang disebut dengan 'Orch-OR' (ORCHestrated Objective Reduction). Subyek penelitian ini dikembangkan sejak 1990an oleh fisikawan Roger Penrose dan Stuart Hameroff.
Mereka menemukan kesadaran muncul di dalam neuron dan bukan melalui interaksi di antara keduanya. Penrose yang dikenal sebagai seorang matematikawan, fisikawan, dan kosmolog terkemuka menerima Hadiah Nobel Fisika tahun 2020 berkat teori ini. Sedangkan Hameroff, seorang ahli anestesi dan dosen di Universitas Arizona di Amerika Serikat.
Orch-OR' saat ini hanya sebuah teori tetapi diyakini dapat diuji dan divalidasi. Teori ini ingin membuktikan bahwa sifat-sifat fisik otak tidak ditentukan oleh formalisme matematika tradisional tetapi oleh prinsip-prinsip mekanika kuantum yang menarik.
Pendekatan biologis pun digabungkan melalui komponen biologis kesadaran. Menurut Hameroff, struktur utama kesadaran adalah sel mikrotubulus di otak. Sedangkan pendekatan kuantum mencermati kesadaran sebagai gelombang yang bergetar.
Menurut teori 'Orch-OR', kesadaran adalah gelombang yang bergetar di alam semesta partikel subatom (fisika kuantum adalah fisika partikel) dan mikrotubulus bertindak sebagai komputer kuantum sejati. Proses ini mengubah getaran menjadi informasi yang dapat digunakan.
Dalam banyak tradisi spiritual dan keagamaan, jiwa atau kesadaran menjadi esensi dari kepribadian setiap makhluk bernyawa. Namun belakangan ini, jiwa dipahami sebagai bagian dari diri yang berpikir, seperti pikiran atau kesadaran.
Jiwa dan kesadaran pun menjadi salah satu misteri terbesar dari berbagai cabang ilmu pengetahuan. Sebuah teori baru tentang jiwa beberapa tahun lalu dikembangkan oleh beberapa fisikawan besar.
Mereka mengemukakan di Teori 'Orch-OR' Teori untuk meneliti kesadaran dan jiwa yang disebut dengan 'Orch-OR' (ORCHestrated Objective Reduction). Subyek penelitian ini dikembangkan sejak 1990an oleh fisikawan Roger Penrose dan Stuart Hameroff.
Mereka menemukan kesadaran muncul di dalam neuron dan bukan melalui interaksi di antara keduanya. Penrose yang dikenal sebagai seorang matematikawan, fisikawan, dan kosmolog terkemuka menerima Hadiah Nobel Fisika tahun 2020 berkat teori ini. Sedangkan Hameroff, seorang ahli anestesi dan dosen di Universitas Arizona di Amerika Serikat.
Orch-OR' saat ini hanya sebuah teori tetapi diyakini dapat diuji dan divalidasi. Teori ini ingin membuktikan bahwa sifat-sifat fisik otak tidak ditentukan oleh formalisme matematika tradisional tetapi oleh prinsip-prinsip mekanika kuantum yang menarik.
Pendekatan biologis pun digabungkan melalui komponen biologis kesadaran. Menurut Hameroff, struktur utama kesadaran adalah sel mikrotubulus di otak. Sedangkan pendekatan kuantum mencermati kesadaran sebagai gelombang yang bergetar.
Menurut teori 'Orch-OR', kesadaran adalah gelombang yang bergetar di alam semesta partikel subatom (fisika kuantum adalah fisika partikel) dan mikrotubulus bertindak sebagai komputer kuantum sejati. Proses ini mengubah getaran menjadi informasi yang dapat digunakan.
tulis komentar anda