Ini Alasan Pesawat Luar Angkasa Berkecepatan Cahaya Mustahil Diciptakan
Rabu, 06 Desember 2023 - 13:00 WIB
JAKARTA - Pesawat luar angkasa dengan kecepatan cahaya selalu menjadi mimpi umat manusia. Mimpi itu tampaknya tak akan menjadi nyata lantaran hampir mustahil menciptakan pesawat seperti itu. Para ilmuwan menyebut pesawat luar angkasa berkecepatan cahaya mustahil diciptakan karena tidak masuk akal.
Dikutip dari IFL Science, Rabu (6/12/2023), empat ilmuwan dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat yakni David G Messerschmitt, Ian Morrison, Thomas J Mozdzen, dan Philip Lubin sudah pernah membahas masalah tersebut.
Dalam laporan berjudul "Timing relationships and resulting communications challenges in relativistic travel" disebutkan bahwa gagasan untuk membuat pesawat luar angkasa dengan kecepatan cahaya mustahil diwujudkan.
Masalahnya ada banyak kendala yang akan terjadi jika pesawat luar angkasa dengan kecepatan cahaya di kirim ke luar Bumi. Dalam gambaran mereka masalah komunikasi membuat pesawat luar angkasa dengan kecepatan cahaya jadi hal yang tidak masuk akal. Pada awalnya komunikasi dua arah antara Bumi dengan pesawat luar angkasa akan bisa berjalan dengan baik.
Hal itu terjadi karena memang kecepatan cahaya masih sangat terbatas jika berada dalam area orbit Bumi. Hanya saja semakin ke luar dari Bumi maka komunikasi akan tidak terjadi. Pesawat luar angkasa dengan kecepatan cahaya tidak akan mampu menerima pesan dari Bumi. "Pesawat luar angkasa itu seperti tidak bersentuhan lagi dengan Bumi," sebut laporan tersebut.
Bahkan kalau pun ingin agar komunikasi tetap terjaga diperlukan sebuah antena khusus. Tepatnya antena yang bisa mendeteksi cahaya yang frekuensinya akan berubah seiring waktu.
Pesawat juga akan mengalami fenomena yang aneh. Secara teori, sebuah benda yang bergerak mendekati kecepatan cahaya akan mengalami pelebaran waktu. Keadaan itu akan berdampak pada putaran jam yang melambat.
Selama fase perlambatan semua pesan cenderung terakumulasi. Jadi pesan-pesan yang dikirim tidak akan mencapai pesawat luar angkasa sesuai keinginan.
Jadi diperlukan sebuah teknologi otonom yang memang bisa mengatasi masalah komunikasi tersebut."Konsep interaksi operasional yang biasa tidak akan bisa berjalan di pesawat tersebut," tulis para peneliti di laporan tersebut.
Dikutip dari IFL Science, Rabu (6/12/2023), empat ilmuwan dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat yakni David G Messerschmitt, Ian Morrison, Thomas J Mozdzen, dan Philip Lubin sudah pernah membahas masalah tersebut.
Dalam laporan berjudul "Timing relationships and resulting communications challenges in relativistic travel" disebutkan bahwa gagasan untuk membuat pesawat luar angkasa dengan kecepatan cahaya mustahil diwujudkan.
Masalahnya ada banyak kendala yang akan terjadi jika pesawat luar angkasa dengan kecepatan cahaya di kirim ke luar Bumi. Dalam gambaran mereka masalah komunikasi membuat pesawat luar angkasa dengan kecepatan cahaya jadi hal yang tidak masuk akal. Pada awalnya komunikasi dua arah antara Bumi dengan pesawat luar angkasa akan bisa berjalan dengan baik.
Hal itu terjadi karena memang kecepatan cahaya masih sangat terbatas jika berada dalam area orbit Bumi. Hanya saja semakin ke luar dari Bumi maka komunikasi akan tidak terjadi. Pesawat luar angkasa dengan kecepatan cahaya tidak akan mampu menerima pesan dari Bumi. "Pesawat luar angkasa itu seperti tidak bersentuhan lagi dengan Bumi," sebut laporan tersebut.
Bahkan kalau pun ingin agar komunikasi tetap terjaga diperlukan sebuah antena khusus. Tepatnya antena yang bisa mendeteksi cahaya yang frekuensinya akan berubah seiring waktu.
Pesawat juga akan mengalami fenomena yang aneh. Secara teori, sebuah benda yang bergerak mendekati kecepatan cahaya akan mengalami pelebaran waktu. Keadaan itu akan berdampak pada putaran jam yang melambat.
Selama fase perlambatan semua pesan cenderung terakumulasi. Jadi pesan-pesan yang dikirim tidak akan mencapai pesawat luar angkasa sesuai keinginan.
Jadi diperlukan sebuah teknologi otonom yang memang bisa mengatasi masalah komunikasi tersebut."Konsep interaksi operasional yang biasa tidak akan bisa berjalan di pesawat tersebut," tulis para peneliti di laporan tersebut.
(msf)
tulis komentar anda