Pertama Kali, Molekul Air Terdeteksi di Permukaan Asteroid
Jum'at, 16 Februari 2024 - 15:26 WIB
JAKARTA - Molekul air terdeteksi di permukaan sebuah asteroid untuk pertama kalinya. Temuan ini mengungkap petunjuk baru tentang distribusi air di tata surya.
Space.com melansir, Jumat (16/2/2024) data sampel dari empat asteroid kaya silikat yang dikumpulkan oleh Stratospheric Observatory for Infrared Astronomy (SOFIA). Infrastruktur SOFIA yang kini telah dinonaktifkan ini dulunya dilengkapi teleskop milik NASA dan German Aerospace Center.
Observasi oleh instrumen Kamera InfraMerah Objek Samar SOFIA (FORCAST) menunjukkan bahwa dua dari empat asteroid - yang diberi nama Iris dan Massalia menunjukkan panjang gelombang cahaya tertentu. Hal ini menandakan adanya molekul air di permukaannya.
"Asteroid adalah sisa-sisa dari proses pembentukan planet, jadi komposisi mereka bervariasi tergantung dimana mereka terbentuk di nebula surya," kata penulis utama studi Anicia Arredondo, dari Southwest Research Institute di San Antonio.
Distribusi air di asteroid, menurutnya, bisa memberikan gambaran distribusi air ke Bumi. Meskipun molekul air sebelumnya telah terdeteksi dalam sampel asteroid yang dikembalikan ke Bumi. Fenomena ini pertama kalinya terjadi di permukaan sebuah asteroid di luar angkasa. Dalam sebuah studi sebelumnya, SOFIA menemukan jejak serupa air di permukaan bulan, di salah satu kawah terbesar di belahan bumi selatannya.
"Kami mendeteksi fitur yang secara pasti dapat didistribusikan pada air molekuler di asteroid Iris dan Massalia," kata Arredondo.
Para ilmuwan merujuk penelitian ini setelah menemukan molekul air di permukaan bulan yang disinari matahari. SOFIA pun sanggup menemukan tanda spektral ini pada benda-benda lain. Observasi SOFIA terhadap bulan mengungkapkan kira-kira setara dengan botol air 12 ons yang terperangkap di dalam satu meter kubik tanah yang tersebar di permukaan bulan, terikat kimia dalam mineral.
Dalam studi baru ini, ilmuwan menemukan bahwa kelimpahan air di kedua asteroid tersebut mirip dengan yang terlihat di bulan dan juga bisa terikat pada mineral, seperti di permukaan bulan, atau terserap dalam silikat.
Iris dan Massalia, masing-masing berukuran 199 kilometer dan 135 kilometer dalam diameter, memiliki orbit yang mirip. Asteroid silikat anhidrat, atau kering terbentuk dekat dengan matahari sementara bahan berair mengumpul lebih jauh membuat bentuk air apapun yang ada di permukaan benda-benda di tata surya bagian dalam diyakini menguap akibat panas matahari. "Memahami lokasi asteroid dan komposisi mereka memberi tahu kita bagaimana material dalam nebula surya didistribusikan dan berevolusi sejak terbentuk," jelas Arredondo.
Oleh karena itu, temuan di Iris dan Massalia menyarankan bahwa beberapa asteroid silikat dapat mempertahankan sebagian airnya selama berabad-abad dan mungkin lebih sering ditemukan di tata surya bagian dalam daripada yang sebelumnya diperkirakan. Bahkan, asteroid diyakini sebagai sumber utama air di Bumi, menyediakan unsur-unsur yang diperlukan bagi kehidupan. Pemahaman tentang distribusi air di luar angkasa akan membantu para peneliti menilai lebih baik untuk mencari bentuk-bentuk kehidupan potensial lainnya, baik di tata surya maupun di luar batasannya.
Space.com melansir, Jumat (16/2/2024) data sampel dari empat asteroid kaya silikat yang dikumpulkan oleh Stratospheric Observatory for Infrared Astronomy (SOFIA). Infrastruktur SOFIA yang kini telah dinonaktifkan ini dulunya dilengkapi teleskop milik NASA dan German Aerospace Center.
Observasi oleh instrumen Kamera InfraMerah Objek Samar SOFIA (FORCAST) menunjukkan bahwa dua dari empat asteroid - yang diberi nama Iris dan Massalia menunjukkan panjang gelombang cahaya tertentu. Hal ini menandakan adanya molekul air di permukaannya.
"Asteroid adalah sisa-sisa dari proses pembentukan planet, jadi komposisi mereka bervariasi tergantung dimana mereka terbentuk di nebula surya," kata penulis utama studi Anicia Arredondo, dari Southwest Research Institute di San Antonio.
Distribusi air di asteroid, menurutnya, bisa memberikan gambaran distribusi air ke Bumi. Meskipun molekul air sebelumnya telah terdeteksi dalam sampel asteroid yang dikembalikan ke Bumi. Fenomena ini pertama kalinya terjadi di permukaan sebuah asteroid di luar angkasa. Dalam sebuah studi sebelumnya, SOFIA menemukan jejak serupa air di permukaan bulan, di salah satu kawah terbesar di belahan bumi selatannya.
"Kami mendeteksi fitur yang secara pasti dapat didistribusikan pada air molekuler di asteroid Iris dan Massalia," kata Arredondo.
Para ilmuwan merujuk penelitian ini setelah menemukan molekul air di permukaan bulan yang disinari matahari. SOFIA pun sanggup menemukan tanda spektral ini pada benda-benda lain. Observasi SOFIA terhadap bulan mengungkapkan kira-kira setara dengan botol air 12 ons yang terperangkap di dalam satu meter kubik tanah yang tersebar di permukaan bulan, terikat kimia dalam mineral.
Dalam studi baru ini, ilmuwan menemukan bahwa kelimpahan air di kedua asteroid tersebut mirip dengan yang terlihat di bulan dan juga bisa terikat pada mineral, seperti di permukaan bulan, atau terserap dalam silikat.
Iris dan Massalia, masing-masing berukuran 199 kilometer dan 135 kilometer dalam diameter, memiliki orbit yang mirip. Asteroid silikat anhidrat, atau kering terbentuk dekat dengan matahari sementara bahan berair mengumpul lebih jauh membuat bentuk air apapun yang ada di permukaan benda-benda di tata surya bagian dalam diyakini menguap akibat panas matahari. "Memahami lokasi asteroid dan komposisi mereka memberi tahu kita bagaimana material dalam nebula surya didistribusikan dan berevolusi sejak terbentuk," jelas Arredondo.
Oleh karena itu, temuan di Iris dan Massalia menyarankan bahwa beberapa asteroid silikat dapat mempertahankan sebagian airnya selama berabad-abad dan mungkin lebih sering ditemukan di tata surya bagian dalam daripada yang sebelumnya diperkirakan. Bahkan, asteroid diyakini sebagai sumber utama air di Bumi, menyediakan unsur-unsur yang diperlukan bagi kehidupan. Pemahaman tentang distribusi air di luar angkasa akan membantu para peneliti menilai lebih baik untuk mencari bentuk-bentuk kehidupan potensial lainnya, baik di tata surya maupun di luar batasannya.
(msf)
tulis komentar anda