Laser Baru Israel Seharga Rp18,5 Triliun Siap Hentikan Hujan Roket Iran
Rabu, 21 Agustus 2024 - 13:00 WIB
JAKARTA - Israel tengah bersiaga menghadapi serangan rudal, drone serta persenjataan lain dari Iran dan mitra koalisinya seperti Hizbullah dan Hamas. Senjata laser pun bakal diterjunkan untuk memastikan bom-bom musuh tak jatuh di wilayahnya.
Kelebihan senjata laser adalah amunisi yang tak terbatas selama masih memiliki daya serta biayanya murah. Alhasil kejadian serupa saat serangan drone dan rudal massal dari Iran beberapa waktu lalu tak akan terulang, di mana sembilan rudal Iran mengenai Pangkalan Udara Nevatim dan Ramon, mengakibatkan satu orang terluka oleh serpihan.
Dalam serangan malam hari pada 13 April 2024, Iran meluncurkan lebih dari 300 drone dan rudal ke Israel. Pada saat yang sama, Hizbullah menembakkan puluhan roket Grad ke posisi Angkatan Pertahanan Israel di Dataran Tinggi Golan. Yang terjadi selanjutnya adalah serangan roket yang menghadapi dinding pertahanan.
Popular Mechanism, Rabu (21/8/2024) mencatat, Interceptor Arrow 3 Israel berhasil menghancurkan rudal balistik saat masih berada di luar angkasa. Di ketinggian yang lebih rendah, rudal David’s Sling, menghancurkan lebih banyak lagi.
Sementara itu, kapal perang dan pesawat tempur AS menembak jatuh beberapa penyerang. Garis pertahanan terakhir adalah Iron Dome Israel, sebuah jaringan rudal interceptor jarak pendek yang dipandu radar.
Israel berhasil mengalahkan hampir seluruh serangan, menangkis roket jelajah, rudal balistik, roket, dan drone dari langit. “Israel adalah sebuah jalur sempit dengan pusat populasi urban yang padat. Itu tidak meninggalkan banyak kedalaman, jadi sangat penting untuk mencegat ancaman saat terbang,” kata James Black, asisten direktur di RAND Europe, sebuah lembaga pemikir nirlaba.
Namun, sistem pertahanan udara terintegrasi Israel yang canggih dan multi-lapis tidak bisa menghentikan semuanya. Gelombang drone, rudal, dan roket yang disinkronkan untuk menyerang secara bersamaan dimaksudkan untuk membebani pertahanan Israel dan menguras stok interceptor. Dinding tersebut bertahan dengan baik kali ini, tetapi perencana Israel tahu bahwa ini adalah permainan angka.
“Melihat Israel dan Ukraina, kami melihat para pembela membakar rudal lebih cepat daripada industri dapat menggantinya,” kata Black. Jadi, Israel menginginkan sistem pertahanan udara yang tidak pernah kehabisan amunisi, yaitu Iron Beam.
Kelebihan senjata laser adalah amunisi yang tak terbatas selama masih memiliki daya serta biayanya murah. Alhasil kejadian serupa saat serangan drone dan rudal massal dari Iran beberapa waktu lalu tak akan terulang, di mana sembilan rudal Iran mengenai Pangkalan Udara Nevatim dan Ramon, mengakibatkan satu orang terluka oleh serpihan.
Dalam serangan malam hari pada 13 April 2024, Iran meluncurkan lebih dari 300 drone dan rudal ke Israel. Pada saat yang sama, Hizbullah menembakkan puluhan roket Grad ke posisi Angkatan Pertahanan Israel di Dataran Tinggi Golan. Yang terjadi selanjutnya adalah serangan roket yang menghadapi dinding pertahanan.
Popular Mechanism, Rabu (21/8/2024) mencatat, Interceptor Arrow 3 Israel berhasil menghancurkan rudal balistik saat masih berada di luar angkasa. Di ketinggian yang lebih rendah, rudal David’s Sling, menghancurkan lebih banyak lagi.
Sementara itu, kapal perang dan pesawat tempur AS menembak jatuh beberapa penyerang. Garis pertahanan terakhir adalah Iron Dome Israel, sebuah jaringan rudal interceptor jarak pendek yang dipandu radar.
Israel berhasil mengalahkan hampir seluruh serangan, menangkis roket jelajah, rudal balistik, roket, dan drone dari langit. “Israel adalah sebuah jalur sempit dengan pusat populasi urban yang padat. Itu tidak meninggalkan banyak kedalaman, jadi sangat penting untuk mencegat ancaman saat terbang,” kata James Black, asisten direktur di RAND Europe, sebuah lembaga pemikir nirlaba.
Namun, sistem pertahanan udara terintegrasi Israel yang canggih dan multi-lapis tidak bisa menghentikan semuanya. Gelombang drone, rudal, dan roket yang disinkronkan untuk menyerang secara bersamaan dimaksudkan untuk membebani pertahanan Israel dan menguras stok interceptor. Dinding tersebut bertahan dengan baik kali ini, tetapi perencana Israel tahu bahwa ini adalah permainan angka.
“Melihat Israel dan Ukraina, kami melihat para pembela membakar rudal lebih cepat daripada industri dapat menggantinya,” kata Black. Jadi, Israel menginginkan sistem pertahanan udara yang tidak pernah kehabisan amunisi, yaitu Iron Beam.
tulis komentar anda