Inilah Anika Chebrolu Penemu Terapi Corona yang Diganjar Hadiah Rp366 Juta
Jum'at, 23 Oktober 2020 - 07:29 WIB
TEXAS - Gadis berusia 14 tahun bernama Anika Chebrolu berhasil menemukan sebuah terapi virus corona. Ia pun diganjar hadiah USD25 ribu atau Rp366 juta oleh 3M Young Scientist Challenge tahun 2020 karena penemuannya.
BACA JUGA:Cari TWS Terbaik? Ini Beda Galaxy Buds Live dan Galaxy Buds+
Metode terapi yang digunakan oleh perempuan asal Texas, Amerika Serikat, itu adalah in-silico, yakni menemukan molekul yang secara selektif dapat mengikat protein spike dari virus corona.
(Baca juga: Mark Zuckerberg Disebut Biang Kerok Dibalik Permusuhan Trump dengan TikTok )
Pada awalnya, gadis keturunan India-Amerika itu tak berniat menggunakan metode in-silico untuk menemukan terapi potensial untuk Covid-19.
Metode itu hanya digunakan untuk mengidentifikasi senyawa timbal yang dapat mengikat protein virus corona biasa.
Melansir dari CNN, Kamis (22/10/2020), ketertarikan Anika dalam menemukan obat potensial virus corona setelah ia belajar tentang pandemi flu 1918.
Anika kemudian juga mencari tahu berapa banyak orang yang meninggal setiap tahun di Amerika Serikat karena penyakit tersebut, meskipun vaksinasi tahunan dan obat anti-influenza tersedia di pasar.
"Anika serba ingin tahu dan menggunakan keingintahuannya itu untuk mendalami vaksin Covid-19," kata Cindy Moss, juri untuk 3M Young Scientist Challenge.
Sementara itu, ilmuwan dari Perusahaan 3M, Mahfuza Ali, menjadi mentor Anika selama musim panas 2020. Saat itu, keduanya bertekad mengubah ide Anika dari konsep menjadi kenyataan.
Ali membantu Anika menyempurnakan inovasinya melalui metode ilmiah, kemudian mempresentasikan proyeknya kepada panel juri yang terdiri dari para ilmuwan dan pemimpin.
BACA JUGA:Cari TWS Terbaik? Ini Beda Galaxy Buds Live dan Galaxy Buds+
Metode terapi yang digunakan oleh perempuan asal Texas, Amerika Serikat, itu adalah in-silico, yakni menemukan molekul yang secara selektif dapat mengikat protein spike dari virus corona.
(Baca juga: Mark Zuckerberg Disebut Biang Kerok Dibalik Permusuhan Trump dengan TikTok )
Pada awalnya, gadis keturunan India-Amerika itu tak berniat menggunakan metode in-silico untuk menemukan terapi potensial untuk Covid-19.
Metode itu hanya digunakan untuk mengidentifikasi senyawa timbal yang dapat mengikat protein virus corona biasa.
Melansir dari CNN, Kamis (22/10/2020), ketertarikan Anika dalam menemukan obat potensial virus corona setelah ia belajar tentang pandemi flu 1918.
Anika kemudian juga mencari tahu berapa banyak orang yang meninggal setiap tahun di Amerika Serikat karena penyakit tersebut, meskipun vaksinasi tahunan dan obat anti-influenza tersedia di pasar.
"Anika serba ingin tahu dan menggunakan keingintahuannya itu untuk mendalami vaksin Covid-19," kata Cindy Moss, juri untuk 3M Young Scientist Challenge.
Sementara itu, ilmuwan dari Perusahaan 3M, Mahfuza Ali, menjadi mentor Anika selama musim panas 2020. Saat itu, keduanya bertekad mengubah ide Anika dari konsep menjadi kenyataan.
Ali membantu Anika menyempurnakan inovasinya melalui metode ilmiah, kemudian mempresentasikan proyeknya kepada panel juri yang terdiri dari para ilmuwan dan pemimpin.
(wbs)
tulis komentar anda