Drone Autonomus Melacak Keberadaan Burung Berjalan di Antartika

Sabtu, 07 November 2020 - 11:20 WIB
Survei dari udara tentang koloni penguin telah dilakukan oleh beberapa peneliti menggunakan helikopter atau drone. Penggunaan drone dan helikopter tentu memiliki perbedaan yang cukup signifikan.

Metode dengan helikopter memang menghasilkan kualitas gambar yang bagus, tapi sangat mahal karena bahan bakarnya dan mengganggu burung. Sementara penggunaan drone harus diluncurkan dari jarak aman, yakni sekitar 5 km dari tempat penguin dan sulit dinavigasi. (Baca juga: Perkuat Imunitas dengan Konsumsi Buah)

Kekurangan lain dari drone adalah mereka harus terbang ke udara secara berulang-ulang karena masa pakai baterai hanya beberapa menit, tidak sampai setengah jam. Padahal, kecepatan dan ketepatan survei sangat penting mengingat koloni penguin berpindah-pindah tempat.

Beberapa faktor tersebut membuat para peneliti Standford mengembangkan algoritma perencanaan rute yang unik. Algoritma dibentuk dengan membagi ruang, menetapkan titik tujuan ke setiap drone dan menemukan cara untuk memindahkan drone melalui titik-titik tertentu secara efisien, termasuk membatasi perjalanan mundur dan berlebihan.

Ada catatan penting dalam penelitian ini adalah setiap drone yang keluar-masuk dari tempat yang sama dapat menghemat waktu penerbangan. Algoritma juga mempertahankan jarak aman dan konstan, meskipun ada perubahan ketinggian, sekaligus memiliki persentase gambar yang tumpang tindih untuk memastikan kelengkapan survei.

Tidak seperti gerakan bolak-balik robot vakum, Schwager mendeskripsikan jalur algoritma sebagai

organik dan spidery. Kecepatan pengambilan gambar dan data sangat menentukan penelitian. (Baca juga: Kampanye tatap Muka Meningkat, kampanye Daring Turun)

“Prosesnya cepat. Apa yang tadinya hanya coretan algoritma di layar berubah menjadi gambar besar dari semua penguin. Kami dapat melihat orang-orang berjalan di sekitar koloni penguin dan semua burung yang bersarang dan datang ke dan dari laut. Itu luar biasa,” kata Shah, peneliti utama.

Para peneliti membayangkan kegunaan lain untuk sistem multidrone yang mereka gunakan saat ini.

Algoritma itu kemungkinannya dapat digunakan untuk pemantauan lalu lintas dan pelacakan kebakaran hutan.

Para peneliti telah melakukan pengujian di beberapa pengaturan yang bervariasi. Mereka telah menerbangkan drone di atas peternakan besar di Marin, California, untuk menilai vegetasi yang tersedia untuk menggembala ternak.

Selain itu, mereka juga membawa drone ke Danau Mono, dekat perbatasan California-Nevada untuk

melakukan survei populasi camar California. Burung ini tinggal di dekat Pulau Paoha di tengah danau. (Lihat videonya: Pemda DKI Jakarta berancana Perpanjang PSBB Transisi)

Sama seperti di Antartika , uji coba di Danau Mono memiliki tantangan sendiri karena burung-burungnya lebih kecil sehingga para peneliti harus berlayar ke lokasi sebelum melepaskan drone. Ada juga risiko yang harus diterima oleh tim peneliti saat drone mereka bergerak terlalu jauh, yaitu kehilangan drone. (Fandy)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More