Satam Belitung, Bukti Indonesia Simpan Banyak Kekayaan dari Angkasa

Jum'at, 20 November 2020 - 20:13 WIB
Istilah Taktite ini digunakan oleh para ilmuan yang meneliti Batu Satam, sedangkan istilah Billitonit digunakan oleh seorang peneliti dari Belanda bernama Wing Easton untuk menyebut "batu dari Belitung Timur".

Wing Easton melakukan penelitian terhadap Batu Satam sekitar 1922. Batu satam juga sudah diuji oleh Fakultas MIPA Universitas Padjajaran dan Laboratorium Kimia Mineral dan Lingkungan. Menurut penelitian ilmiah, konon sekitar 700 ribu tahun lalu, sebuah meteor jatuh ke bumi Indonesia. Meteor inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Batu Satam.

Suara dentuman t muncul, apabila benda apapun yang jatuh dari langit, sampai ke permukaan bumi serta melihat dari sejarah, Belitung masuk dalam catatan lokasi jatuhnya batu meteor.

Fenomena sekelebat cahaya dan suara dentuman menghebohkan masyarakat Pulau Belitung dan bahkan diketahui sampai ke Pulau Bangka. Cahaya tersebut sangat terang, berwarna kuning kemerahan, dan menghilang di langit dengan buntut berapi.

Sebagai informasi, seperti dilansir The Sun harga meteorit yang dimiliki orang Medan ini dihargai 757 Poundsterling (Rp 14,1 juta) per gram di sebuah situs jual-beli online. Artinya, harga batu meteor seberat 1.800 gram yang dijual Josua bisa mencapai hampir 1,4 juta Poundsterling atau setara dengan Rp 26 miliar.
(wbs)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More